Di balik kaca tebal apartemennya, sang empu belum sadar kalau sinar matahari sudah mulai memanasi lantai dingin kamarnya. Floral belum juga bangun dari tidurnya kala mendengar alarm di handphonenya pukul 06.00 tadi pagi
Sekarang sudah jam 10 lewat beberapa menit dan dia baru selesai mandi. Pikirnya, mending terlambat dari pada tidak sama sekali. Cukup menempuh 25 menit untuk sampai ke kantornya menggunakan bus
Tadinya dia ingin bolos kerja saja hari ini karena masih merasa sakit hati, tapi dia tahu kalau bos nya ini lumayan kejam juga sarkas dan untuk tinggal di apartemen ini dia masih perlu gaji untuk membayarnya.
Dengan langkah lunglai dan tak bersemangat, dia masuk ke dalam ruangan yang dimana memang ruangannya dan Sunghoon itu sama, hanya meja mereka yang berbeda. Dari depan pintu kaca, dia bisa melihat sang atasan tengah membolak balik kertas. Floral lantas menapaki kakinya dengan penuh doa
"Selamat pagi pak" sapanya langsung menghadap ke meja Sunghoon
"Untuk masalah terlambat atau bolos kerja mungkin saya masih bisa terima, tapi untuk masalah mabok saya tidak menyediakan toleransi untuk itu." Ucapnya datar tanpa melirik sedikit pun pada Floral yang menggigit bibirnya panik
"M-maaf pak saya-"
"Apa kata dunia kalau sekertaris seorang pengusaha muda Park, mabok tengah malam mana sendiri, sampai-sampai berani bicara tidak senonoh pada sepupu pengusaha Park. Di titik mana saya bisa toleransi?" Kini mata dingin itu menatap Floral yang tampak bingung
"Mak-sud bapak apa yah?" Floral tidak mengingat apapun soal sepupu dan bicara tidak senonoh seperti yang di bilang Sunghoon, tapi untuk mabok ia mengakui itu
"Sakit hati sok soan mabok, udah tau toleransi alkoholnya kurang!" Sunghoon kembali mengamati kertas di atasnya
"Kamu saya-"
"PAK PLIS PAK JANGAN PECAT SAYA PAK, SAYA TAU SAYA SALAH TAPI PLIS JANGAN PECAT SAYA, SAYA MASIH BUTUH DUIT PAK." Tangis Floral langsing pecah, dia berlutut di hadapan meja sang atasan berusaha membujuk agar dirinya tidak di berhentikan
"Kamu saya hukum, potong gaji 5% plus tidak boleh masuk kerja 3 hari!" Ucapan Sunghoon barusan membuat Floral langsung bangkit dan merapikan bajunya
"Pak tapi kok di kasih cuti?"
"Siapa bilang cuti?"
"Tadi bapak bilang nggak masuk kerja 3 hari apa?"
"Tetap kerja tidak masuk kantor!"
"Lah di rumah dong saya pak?"
"Jemput anak saya di bandara jam 1 siang!"
Sontak Floral membulatkan matanya dengan sempurna kala mendengar ucapan Sunghoon. "Bapak punya anak, nikah aja belum pak, astaga bapak ngelakuin aneh-aneh ya?!"
"Heh jaga omongan kamu!, Dia anak angkat saya. Kamu ini saya hukum, jangan sok dekat sama saya!"
Floral langsung memasang wajah julid andalannya lalu ingin beranjak ke kursi kerjanya,tapi belum juga dia melangkah, tarikan suara dari sang bos mengurung niatnya.
"Siapa suruh duduk?!" Sunghoon benar-benar menyebalkan kala sifat sok profesionalnya muncul, sungguh
"Lah kan jemput anak bapak jam 1, saya kerja pekerjaan saya dulu lah" Floral yang masih merasa dirinya benar, mencoba membela diri
"Jemput anak saya sekarang juga, saya ngak mau dia nunggu!" Sunghoon membuka laci kerjanya untuk mengeluarkan kunci mobilnya
Seperi intruksi dari Sunghoon, Floral menjemput anak dari Sunghoon di bandara. Terlalu cepat memang tapi dia tidak bisa membantah untuk itu. Di perjalanan dia terus memikirkan perkataan tidak senonoh apa yang dia katakan pada sepupu atasannya itu.
Se tahu dia, sepupu Sunghoon yang ia kenal hanya pengusaha muda di naungan park itu hanya Jay Park. Ah sudahlah dia juga cukup kenal dengan Jay jadi tidak perlu malu, tapi tidak tahu jika nanti bertemu.