Awal mula perjuangan

519 37 4
                                    

Kring!

"Baik. Cukup itu saja sekarang"

"Terimakasih, Pak!!"

Semua murid bersorak senang. Mereka langsung pergi keluar kelas untuk mengistirahatkan otak yang terasa panas. Dipojok kelas, ada Hyuka yang terlihat tidak semangat. Bagaimana ia akan semangat? Hyuka lelah menjadi nyamuk Kakaknya. Ia juga ingin bisa begitu, bersama Niki.

Saat Taehyun menghampirinya. Hyuka justru mengolekan kepalanya, dilipatan tangan yang ia taruh diatas meja. Mata Hyuka menatap kearah jendela, tepat dimana ada Heeseung dan Sunghoon yang tengah duduk berdua. Dengan Sunghoon yang menyuapi roti pada Heeseung. Begitu romantis---walau Sunghoon itu terkenal pendiam dan cuek, tapi sebebarnya Sunghoon itu sangat sweet. Apalagi, jika sudah bersama Heeseung. Hilang sudah, Sunghoon yang pendiam serta cuek.

"Ka? Lo kenapa sih?" Tanya Taehyun pada sahabatnya yang sejak pagi terlihat begitu lemas.

Tapi, Hyuka tidak menjawab sepatah katapun. Laki-laki itu tetap diam. Taehyun tau penyebabnya, jadi ia putuskan untuk tinggalkan Hyuka tanpa pamit. Lebih baik, ia pergi kekantin bersama Beomgyu. Hitung-hitung, ia memberikan waktu pada Hyuka untuk sendiri, sepertinya Hyuka memang butuh waktu untuk sendiri.

Dalam hati. Hyuka bersenandung lirih. Satu lagu patah hati ia nyanyikan, untuk menyampaikan pada dirinya sendiri bahwa ia juga lelah berjuang. Namun, entah kenapa Hyuka tidak pernah menyerah. Walau berkali-kali hatinya hancur saat melihat Niki dekat dengan Lelaki atau perempuan lain.

Langit terlihat mendung. Sama seperti mood Hyuka sekarang. Mungkin semesta sedang mengizinkan Hyuka untuk bersedih. Tuhan mungkin tahu jika Hyuka butuh suasana mendung, disertai angin yang berhenbus dingin. Ditambah kelas yang hening. Suasana hari ini sangat mendukung Hyuka untuk tambah galau.

"Kak?"

Suara lembut itu, mengetuk indera pendengaran Hyuka. Suara ini, suara yang sangat familiar ditelinga Hyuka. Maka dengan hati yang dongkol, Hyuka mendongakan kepalanya. Hanya untuk membuatnya kaget. Karena didepannya, ada bidadari dari surga yang ia inginkan. Niki.

"N-niki? Ngapain kesini?" Hyuka menatap Niki. Sembari menoleh kanan kiri, untuk melihat apakah ada teman Niki atau murid kelasnya. Tidak ada orang, selain mereka.

"Emm.... Niki, mau minta tolong boleh?"

"Minta tolong? Minta tolong apa?"

Terlihat, Niki ragu. Bahkan lelaki bermata tajam itu menggigit bibir bawahnya. Untung saja Hyuka peka, jadi ia tersenyum dan menepuk pelan lengan Hyuka. Ia mengganguk, untuk meyakinkan Niki.

"Ngomong aja. Gak usah ragu, kayak sama siapa" ucap Hyuka terkekeh.

"Hehe. Iya, Kak" Niki tersenyum kikuk. Mengusap pipinya yang terasa panas "Niki..... boleh minta tolong, ajarin main drum?"

Senyum Hyuka terbit dalam sedetik. Ia mengangguk sebagai jawaban. Kini, mood Hyuka membaik dengan cepat. Ia merasakan seperti ada aliran listri dalam dirinya. Jantungnya berdegub dua kali lebih cepat. Perutnya terasa geli, seperti terdapat banyak kupu-kupu yang beterbangan disana. Hei, siapa yang tidak senang saat mood sedang buruk namun Tuhan mengirimkan sang pujaan hati?

"Yaudah. Ayok, keruang musik" ajak Hyuka tersenyum. Ia membiarkan Niki berlalu dulu.

Keduanya keluar kelas, menuju ruang musik. Dibelakang Niki, Hyuka terus tersenyum memperhatikan punggung sempit yang berjalan didepannya dengan perasaan seperti kembang api. Ah, kali mungkin Hyuka akan merasa ini adalah hari paling bahagia dalam hidupnya. Hyuka akan mengabadikan momen ini.

Hyuka sangat berterimakasih pada Tuhan. Kali ini, Tuhan membiarkan Hyuka untuk merasakan bagaimana rasanya bisa dekat dengan orang yang disuka. Walaupun siang ini cuaca tidak mendukung. Sebab mendung justru semakin pekat, dari ujung langit-keujung langit lainnya. Tapi tak apa, Hyuka tetap bersyukur.

Seperti dia || HoonSuk✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang