Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
Lisa POV🌸
"JENNIE" Aku berlari dan membuka pintu ruangan tempat Jennie dirawat.
Aku menghampirinya, memeluk dan menciuminya, dia sangat hebat.
"Dahaengida, kau sudah sadar sayang? Ya Tuhan terima kasih, Jennie terima kasih karena kau sudah mau bangun hm? Aku sangat mencintaimu"
Seperti yang aku bayangkan sebelumnya, bahwa Jennie benar-benar merasakan apa yang terjadi pada kami berdua. Jennie mengusap pipiku dengan tangannya yang dingin, pelupuk matanya tengah digenangi oleh air mata ketulusan.
"Kau tidak kenapa-kenapa Li? Kau baik-baik saja? Kau tidak akan menghilang 'kan di musim gugur ini?"
Tidak seharusnya Jennie membicarakan ini di hadapan orang lain. Aku segera memberi kode dengan mengerutkan alisku, namun Jennie tak mengerti, kugenggam tangan Jennie kemudian mengecup dahinya lagi. Dia telah berjuang dengan sangat hebat.
"Mana mungkin aku meninggalkan istriku sendiri? Dan mulai sekarang kau akan selalu merasa dekat denganku, karena yang berada di hatimu adalah bagian dari hatiku" aku tidak bisa menyembunyikan ini, karena aku sangat senang bisa melakukan ini untuk istriku sendiri.
Jennie tersenyum, ia memelukku erat, dengan tangisan yang penuh haru, ini cukup menyayat hati, segukan dan isak tangisnya membuatku tak bisa menahan air mata.
Tak lama dokter tiba, bersama Rose yang sejak dari resto aku tinggalkan, karena aku tak bisa menunggu siapa pun saat mendengar kabar bahagia ini.
"Kau ini.. Huhhffhh.. Huhffhh.. Sudah kubilang jangan berlari, kau nakal sekali si. Jennie eonni, akhirnya kau sadar juga. Lisa sangat nakal, aku tidak sanggup lagi berteman dengannya, dia merepotkanku sekali, huhhffhh..huhhffhh.."
Jisoo memeluk Rose, kemudian mereka berdua keluar dari ruangan ini, membiarkan aku dan Jennie untuk mendapat waktu, saling melepas rindu.
###
Malam ini aku memutuskan untuk tidak pulang, apalagi meninggalkan Jennie yang sudah mulai pulih dari koma. Aku akan menemani Jennie tanpa meninggalkannya sejengkal pun kali ini. Begitu pun dengan Jennie, yang tidak mau jauh-jauh dariku, sampai ia memintaku untuk tidur sambil memeluknya. Ya, itu adalah kesukaan istriku.
Aku berpindah ke ranjang, memeluknya dan memanjakannya di pelukanku. Jennie mengusap-usap bekas bedahan operasi di dadaku, lalu mulai bercerita.
"Li, aku bermimpi, kita dipisahkan setiap kali dandelion tak tumbuh. Aku melihat kematianmu. Aku melihat semuanya, dan itu semua seolah nyata, terulang lagi, terulang lagi, sampai aku membuka mata di sini."
"Jennie, sayang.. Itu memang nyata, karena bukan hanya kau yang merasakannya sendiri, tapi aku juga. Aku jatuh bangun demi bersama lagi denganmu, sampai dewa membiarkan kita untuk kembali ke kehidupan kita yang saat ini"
"Tapi aku benar-benar tidak mengerti, Li"
"Tidak usah dipikirkan hm? Yang jelas aku berterima kasih padamu, karena kau membuatku bisa melewati semuanya dan kembali ke kehidupan ini. Terima kasih sudah berjuang dengan keras, istriku. Aku sangat mencintaimu, dan cepatlah pulih, hm.."
Kami berpelukan, setelah itu berciuman sebelum tidur.
"Jalja hm?" kudekap tubuh mungil ini, menaikkan selimutnya agar tidak dingin, dan memejamkan mata.
"Jalja hon.. Saranghae"
"Saranghae"
###
Kami menyelami fajar dan menikmati hari hingga senja, saling memeluk, meniup dandelion saat musimnya tiba, membiarkan para semut bekerja keras mengumpulkan makan.
Kami merekam segala, turunnya salju, panasnya terik, gugurnya daun, dan mekarnya bunga yang selalu lebih indah dari musim lainnya.
Tidak terasa, meskipun tanpa kehadiran seorang anak, kami bisa saling melengkapi dan mengikat berbagai perasaan bahagia. Kami tak dahaga, tak mencela apalagi iri, lalu mendapat segalanya secara bertahap dan berganti.
Aku dan Jennie sudah lengkap, sangat lengkap bahkan. Semua yang ada di dunia paralel adalah gambaran bagaimana kami bisa merubah di dunia nyata yang berdampingan dengan itu.
Sampai ketika suatu waktu Jennie ingin mengunjungi pasar, aku akan selalu mengantarkannya belanja, menyebrang bersama, memilih bahan dan segala yang ingin Jennie beli bersama-sama.
Sejak saat itu aku mengerti, bahwa semua ini dapat diubah hanya dengan kesungguhan hati. Aku dan Jennie sama-sama bertekad, mempertaruhkan nyawa berkali-kali hanya demi memperbaiki dunia nyata kami di masa depan dan masa kini yang kami jalani.
###
Hari-hariku terisi kembali dengan tawa dan senyuman Jennie. Akhirnya aku tidak harus melihatnya merasa sakit lagi, dia dapat beraktivitas dengan tenang, menikmati hari penuh riang.
Kami tinggal di rumahku, di mana banyak dandelion yang selalu mengelilingi kami.
Terkadang Jisoo dan Rose datang untuk berkunjung, karena mereka juga menjadi pasangan seperti kami. Ayah sering datang menawariku sebuah pekerjaan yang lebih baik, tapi aku sering kali menolak ajakan ayah, karena Jennie bukan seorang istri yang mengincar kebahagiaan lewat materi, tapi melalui kepuasan batin dan ketenangan jiwa.
Jadi, aku tidak menerima pekerjaan di perusahaan ayah untuk saat ini, mungkin suatu saat aku bisa berubah pikiran, dan mencari hobi untuk pekerjaan tambahan. Sekarang aku hanya akan bekerja untuk menafkahi Jennie dari rumah, memberinya makan, memenuhi kepuasan batinnya, dan menjaganya sampai akhir tanpa meninggalkannya.
Begitu pun Jennie, dia selalu ada di sampingku, mendukungku, tak pernah mengeluh meskipun aku jatuh, sakit, dia selalu merawatku, memperhatikanku, menemaniku meniup dandelion dan melewati musim-musim bersama.
Jennie, terima kasih sudah hadir, sampai kita akan menua bersama, menikmati alur kisah cinta kita berdua yang penuh dengan teka-teki di kemudian hari.
Namun seperti apapun jalan kita itu, yang aku inginkan tetaplah berada di sampingmu, tanpa meninggalkanmu, tanpa membuatmu sedih, tanpa membuatmu bosan akan kebersamaan-kebersamaan kita berikutnya.
Terima kasih atas pelajarannya, dunia paralel.
I'm always ready to go through any kind of journey with you, baby.
~Lalisa.
🍁
🌼🔹 The End 🔹🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions L version [Answer] ☆
Teen Fiction[18+] "Ketika memberikan kehidupan kepada mutiara, tiram akan mati. Ketika memberikan kehidupan kepada buah, maka bunga pun akan mati. Hanya sebuah pengorbanan besarlah yang akan melahirkan keberhasilan itu sendiri." - Lisa. Mini series for the most...