Jeongyeon memberhentikan mobilnya di depan sebuah bangunan yang ramai orang di dalamnya. Suara dentuman musik yang kencang di tambah bau alkohol dan berdesak-desakan dengan orang-orang membuatnya pusing. Jeongyeon benci diskotik.
Tapi dia disini, berdiri mencari keberadaan Jieun. Menggeleng saat akhirnya dia menemukan dimana sang mantan berada.
"Eun ayo pulang" Jeongyeon menepuk-nepuk pipi Jieun agar tersadar. Jieun terbangun tapi matanya hanya terbuka sedikit, rasanya berat sekali. Jeongyeon berdecak malas, Jieun benar-benar mabuk.
Jadi dia memutuskan untuk menggendong Jieun ke mobilnya dan mengantarkanya pulang.
~~~
"Ck lo berat banget sih"
"Ishhh enggakkk tauuuuu, kamuunya ajah yang cemennn huuuuu" Jeongyeon menurunkan Jieun setelah dia berhasil menggendong Jieun dari lantai lobby sampai ke lantai lima apartement Jieun. Tentu saja menggunakan lift.
Sekarang mereka sedang di dalam apartement dengan Jieun yang terkapar di sofa dan Jeongyeon yang kelelahan di sebelahnya. Rasanya sudah lama Jeongyeon tidak membawa pulang Jieun yang mabuk, dulu setiap Jieun mabuk selalu dia yang menggendong dan mengantarkannya pulang.
Jeongyeon menatap perempuan yang lebih tua dua tahun darinya itu yang sedang meracau tidak jelas. Sedari dulu Jieun sering mabuk-mabukan tapi dia tidak pernah mengajak Jeongyeon yang masih belum cukup umur itu untuk mengikuti nya. Jangankan alkohol, Jieun bahkan melarangnya untuk menyentuh rokok yang mana setelah mereka putus Jeongyeon jadi perokok, walau tidak sering.
"Ngomong kek" Jieun tiba-tiba bersuara membuat Jeongyeon sedikit kaget.
Jeongyeon terdiam bingung akan apa yang harus dia ucapkan, rasanya aneh kembali mengobrol dengan Jieun. Satu tahun tak bertemu, satu tahun tidak mengobrol tentu saja Jeongyeon canggung.
"Tau gasih jeeee, gue kangennnnn banget sama lo"
"Gue kangen di jailin lo, gue kangen cuddle sama loooo....gue kangen semuanyaaaa" racau Jieun menyenderkan kepalanya ke bahu Jeongyeon.
Jeongyeon membisu tak menjawab dia hanya akan mendengar racauan Jieun yang sedang menyender di bahunya. Tiba-tiba dia merasakan bahunya sedikit basah, Jeongyeon menengok saat mendengar suara isakan di samping nya. Jieun menangis.
"Maafinnn gue ya Je. Lo tuh orang paling baikkkk yang pernah gue temuin, tapi gue nya malah jahat.." ucap Jieun dengan nada naik turun, di genggamnya tangan Jeongyeon dan dia genggam erat-erat.
Jeongyeon mengubah posisi duduk nya menghadap ke arah Jieun, tersenyum tipis perlahan menghapus air mata Jieun lalu mengusap pipinya yang memerah. "It's okey eun, you dont have to say sorry. Salah gue karna kurang-"
"NO! STOP BLAMMING YOUR SELF JE!" bentak Jieun marah. Jieun marah karna selalu saja Jeongyeon yang meminta maaf kepadanya, walaupun sudah jelas disini yang salah itu dia.
"Lo tuh harusnya marah sama gue! lo harusnya benci sama gue! Berhenti jadi orang baik dulu bisa ga?!"
Jeongyeon terkekeh, Jieun tidak berubah dia tetap galak. "JANGAN KETAWA!"
"I can't"
"WHY?!"
"Gue ga pernah benci sama lo, gue cuma sakit hati karna lo pergi gitu ajah tanpa ngasih kejelasan dan pas lo muncul malah sama yang lain"
"Yes i might be mad at you, but i dont hate you Jieun" jawab Jeongyeon dengan senyuman yang malah membuat Jieun semakin menangis.
Bagaimana bisa ada orang sebaik dan sesabar Jeongyeon? Jieun merasa sangat beruntung pernah menjadi orang kesayangan Jeongyeon dulu. Jieun menatap wajah orang di depannya itu tapi berhenti saat melihat bibir Jeongyeon. Bibir yang ia rindukan.
"Can i kiss you?" Jieun mendekatkan wajahnya matanya terpejam. Sedangkan Jeongyeon membisu tak bergerak.
Can i?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesemsem [2yeon]
De TodoIni adalah narasi dari au 2yeon di Twitter @najeongss Jadi buat kalian yang baru nemu cerita ini silahkan mampir dulu ke Twitter sy ya ges ya biar tau alurnya begimana. Ok tengsssssss