two

1 0 0
                                    

°
°
°

Matahari mulai memunculkan wujudnya untuk menyinari bumi, seluruh penduduk bumi sudah jelas mengerti bahwa pagi telah tiba.

Bangun pagi adalah hal yang paling malas dilakukan oleh banyak orang, namun tetap harus dikerjakan. Bangun pagi adalah awal mula untuk melakukan semua kegiatan dihari ini.

Termasuk pula Aya, anak perempuan pertama di keluarganya. Sebagai anak pertama dia memang harus sigap untuk melakukan ini dan itu, semua itu ia lakukan untuk adiknya tentu saja.

Kegiatannya di pagi hari adalah memasak sarapan untuk keluarga. Mengapa tidak ibunya? Jawabannya mudah, di umur yang sekarang tubuhnya sudah sangat lemah bahkan untuk bangkit pun sudah tak kuat. Terlebih lagi jika mengingat kejadian yang dialaminya kemarin.

Umur Oktaviana dan Harto memang cukup jauh dengan jarak Oktaviana lebih tua daripada Harto. Itu yang membuat tubuh Oktaviana sudah lemah sedangkan Harto masih bugar.

Kegiatan memasak pagi bukan hanya dilakukan hari ini saja oleh Aya, bahkan ketika ia masih sekolah pun kegiatan ini sering dilakukan. Bukan tanpa alasan, dulu ketika ia masih sekolah sang ibu sibuk untuk mengurus adik-adiknya, sehingga membuat dirinya harus turun tangan.

Tak hanya memasak, Aya juga sekaligus menyambi kegiatan mencuci baju. Terlalu awal untuk dia bangun, namun tetap lambat selesai pekerjaan, tak tahu apakah geraknya yang lambat atau memang waktu yang cepat berlalu.

Acara makan sedang berlangsung di meja makan, wajah ayahnya sama sekali tidak menunjukkan kedamaian. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi jika ayahnya mengamuk pagi ini.

Sarapan telah selesai. Saatnya untuk pergi bekerja, dengan menaiki motor lama milik ibunya, Aya akhirnya menuju tempat bekerja. Pekerjaannya bukanlah di gedung megah, melainkan hanya di toko buku biasa yang ada di kota.

Kedua adiknya berangkat ke sekolah menaiki angkot langganan, sebenarnya arah toko buku dan sekolah si kembar sama namun motor Aya tak cukup memadai untuk dinaiki oleh tiga orang. Bisa-bisa hancur remuk motornya.

"Pagi pak" sapa Aya pada atasannya.

"Pagi Aya, sudah sarapan? Jangan lupa isi absensi ya" jawab pak Hendri, atasan Aya.

"Sudah pak, baik saya isi dulu ya pak" pamitnya untuk segera mengisi absensi kehadiran.

Pekerjaannya sehari-hari adalah menjadi kasir di toko buku ini, lokasi toko berhadapan langsung dengan gedung megah. Terkadang ia sedikit iri kepada orang yang bisa bekerja didalam gedung itu, Aya juga ingin tetapi terhalang oleh pendidikan terakhirnya.

Namun katanya, toko buku ini juga milik pengusaha yang memiliki gedung megah didepan toko. Hah seberapa kaya pengusaha itu ya, memiliki banyak cabang perusahaan, toko miliknya ada dimana-mana.

Tanpa sadar Aya melamun, baiklah sekarang yang ia pikirkan adalah mencari uang, mau bagaimanapun juga adik kembarnya akan ujian sebentar lagi yang artinya ia harus membayar uang sekolah mereka.

----

"Pernikahan akan segera diadakan besok pak, anda sudah siap?"

"Ya, jaga wanita itu dengan baik" ucapnya sambil meninggalkan ruangan mewah itu.

"Baik"

----

"Kakak tumben cepat pulang?" Tanya Kenzo hati-hati melihat air yang melintas dibawah mata Aya.

"Engga, lagi ada kedatangan tamu jadi kakak cepat pulang. Eh ini kakak bawa bawa martabak dimakan ya, ajak ibuk juga tapi jangan ketahuan ayah" ucapnya sambil mengusap air matanya. Sakit sekali hatinya, kenapa orang kaya selalu berlaku seenaknya pada orang yang tak mampu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Candala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang