11 Sarapan Istimewa

33 6 2
                                    


Sejak hampir tujuh bulan menjalin kasih dengan Amar, gadis cantik berambut coklat gelap bernama Gemintang Farhana itu banyak berubah menjadi sosok yang lebih rajin. Rajin dalam artian banyak hal ya, salah satunya adalah rajin bangun lebih pagi, membantu sang Mama atau asisten rumah tangganya memasak sarapan. Ya, meski hanya berkontribusi kecil, gadis itu tetap wajib melakukannya. Kata Gemintang, tetap harus ada aroma tangannya di masakan yang akan ia suguhkan pada sang kekasih. Klise sekali prinsip gadis kasmaran itu.

Seperti pagi ini, selepas subuh Gemintang sudah repot di dapur. Setelah mengamati sang ibu saat membuat bumbu halus untuk menu udang saus tiram, Gemintang segera saja melaksanakan titah mama Rita yang menyuruhnya ini itu. Mulai dari belajar membersihkan udang hingga mengupas, merajang dan menumis bawang bombai hingga harum.

"Mama seneng loh Tang, ternyata nak Amar bisa bikin kamu masuk dapur kayak gini. Keajaiban banget kan?" seru Mama Rita disela-sela kegiatan mereka.

Yang ditanya hanya tersipu saja sambil mengaduk udang berukuran sedang yang baru saja ia masukkan ke teflon. Gadis itu begitu fokus mengaduk dan mengamati masakan di hadapannya.

"Sepertinya dewasa banget ya orangnya? Mama udah agak-agak lupa sih karena lama gak ketemu sama si Amar itu."

"Ya makanya Sabtu nanti bang Amar aku ajak ke Bukittinggi Ma, biar bisa ketemu Mama Papa." ucap Gemintang pada akhirnya. "Boleh ya?"

"Ya boleh doong, sekalian saja hari minggunya ajak ke acara Yesa."

Gemintang mengerjap sesaat. Boleh juga ide yang dikemukakan sang mama, Minggu nanti memang akan ada acara tujuh bulanan yang akan digelar di rumah Harnes—kakak sulung Gemintang, untuk kehamilan istrinya. Bisa dijadikan sebagai ajang memperkenalkan Amar pada keluarga besarnya kan?

"Eh iya juga ya Ma. Nanti deh aku kasih tau bang Amar, biar hari minggunya ikut kumpul juga."

"Naah itu, biar enak kita rame-rame ngospek yang namanya Amar Amar itu." mama Rita terkekeh saat mengangkat masakan di hadapannya.

"Diih, Mama apaan ngospek segala macem. Kenalan doang, ngapain diospek sih. Kasian dong." protes Gemintang menampilkan wajah tak suka.

"Ya biar tragedi putusnya kamu sama Bachdim itu gak terulang lagi nak." kekeh Mama Rita.

"Ckk, ngadi-ngadi banget bawa-bawa nama dia." decak Gemintang sebal karena mama Rita mengungkit kisah masa lalu yang bahkan sudah ia lupakan sepenuhnya.

Mama Rita tergelak saja melihat putrinya manyun lima senti. "Ya udah sana buruan siap-siap ke kantor kalau sudah selesai."

Gemintang menurut, setelah menyiapkan beberapa kotak bekal, dia segera mengambil nasi, menata udang dengan sangat hati-hati, tak lupa juga menyertakan acar sayur yang tadi ia masak bersama dengan Mama Rita.

"Ini udah siap kok Ma." dengan bangga Gemintang mengangkat kotak bekal yang berisi udang saus tiram hasil masakan pertamanya. Benar-benar pertama untuknya.

"Jangan lupa kalo kasih ke Amar, bismillah dulu. Biar rasa masakannu cocok di lidah dia."

"Diiih Mama, aku udah bismillah berkali-kali loh pas tadi masaknya. Masa rasanya masih kacau sih."

Mama Rita tergelak saja melihat putrinya yang mudah sekali digoda seperti itu. Entah kenapa meski usianya hampir dua puluh tiga tahun, Gemintang ini masih sering kekanakan bak remaja SMP labil.

"Iya, iya ... Enak kok."

Barulah Gemintang tersenyum lebar lagi setelah mendengar pujian sang ibu. Tak sia-sia setiap malam ia mempelajari banyak tips dan trik memasak dari channel favorit di YouTube. Hasil masakannya kali ini perfecto.

GemintangWhere stories live. Discover now