"Semalem dianterin siapa?" tanya Gege ketika ia dan kedua adiknya sedang sarapan di ruang makan.
Paham bahwa pertanyaan tersebut diarahkan padanya, Gemintang langsung menjawab singkat begitu selesai menghabiskan satu porsi semur daging buatan asisten rumah tangga mereka. "Bang Amar."
"Tumben?" tanya Gege lagi sambil menahan senyum.
"Hmm, ya karena semalem gue pulang belakangan. Terus, pas mau balik kan hujan tuh ya, eh begitu denger petir gue spontan lempar helm ke arah Bang Amar dong ... gilak tuh kan malu-maluin banget." seru Gemintang meringis saat mengingat tingkahnya semalam. "Ya udah akhirnya dipaksa ikut nebeng mobilnya aja dari pada gue naik motor sambil tremor. Gak lucu lah cantik-cantik gini nyusruk gara-gara gak konsen nyetir."
"Terus motor lo gimana kabarnya?" sambung Gege lagi.
"Gue tinggal di kantor lah, kan ada petugas keamanannya." sahut Gemintang santai.
"Dibilangin juga apa sih lo, gak usah bawa motor lagi. Tuh pake aja mobil gue." tawar sang kakak meyakinkan.
Gemintang langsung mendengkus sebal. "Lo pengen gue makin nyusruk lagi bang? udah tau gue belum mahir nyetir mobil."
Gege terkekeh sambil mengusap tepian bibirnya yang terkena sambal. Pemuda itu tahu betul kalau adik kembarnya memang belum mahir mengendarari mobil, ia sengaja berbicara demikian agar Gemintang termotivasi untuk kembali belajar menguasai kendaraan roda empat. "Makanya kalau diajarin nyetir tuh serius, jangan teriak-teriak mulu. Biar enakan dikit lo gak perlu capek-capek kepanasan naik motor terus."
"Tapi gue emang lebih suka naik motor Bang, gimana dong? Rasanya lebih lepas aja gitu, plus bisa salip kanan kiri tanpa khawatir macet."
"Udah lah bang, mobil lo gue bawa aja gimana? dari pada kak Itang gak mau juga kan?" si bungsu Vicko akhirnya ikut bersuara. Remaja yang masih duduk di kelas tiga sekolah menengah pertama itu memang lebih mahir mengendarai mobil dari pada kakak perempuannya.
"Heleh, bocah belum punya KTP malah mau coba-coba? mau bikin gue digorok Papa Mama lo?" sergah Gege mendelik sebal pada Vicko yang justru terkikik hingga menutup mulutnya.
"Alay macem lo malah kacau kalau diijinin bawa mobil Vick, paling buat gaya-gayaan doang." tambah Gemintang ikut mencibir Vicko yang justru terbahak dengan omelan kedua kakaknya.
Si bungsu yang duduk di kursi meja makan jutru terbahak melihat respon dari kedua kakaknya.
"Terus kalau motor lo ditinggal di kantor, gimana pagi ini lo mau berangkat kerja Tang?"
"Lo anterin lah, gimana sih kakak kembarku." jawab Gemintang tenang.
"Iish enak bener, gue gak searah hari ini, mau ke airport dulu nganter Irina."
Gemintang mengehentikan kegiatannya mengambil nasi ke kotak bekal yang akan ia bawa, "Diih tega." decaknya mengerucutkan bibir. "Emang mau kemana Irina?"
"Ya balik ke Jakarta lah, libur semesternya kan udah kelar."
"Ya udah gue bareng si bontot paling ganteng sedunia halu aja deh." Gemintang menoleh kemudian mengedip-ngedipkan matanya pada si bungsu Vicko yang sudah merapikan piringnya bekas makannya.
"Wooho, tidak bisa Uni, lo lupa kalau motor gue masih di bengkel deket sekolah." Vicko dengan cepat menolak permintaan sang kakak. "Gue aja berangkat dijemput Iskan habis ini."
"Yah, kalian kompak bener deh." protes Gemintang.
"Gue udah nemu solusi." potong Gege cepat-cepat. Pria itu lantas mengangkat ponselnya ke udara dan menggerak-gerakkannya ke kanan dan kiri.
YOU ARE READING
Gemintang
RomansaGemintang Farhana. Si cantik yang banyak diidolakan lawan jenis itu harus rela merasakan patah hati pertama kalinya karena diputuskan begitu saja oleh Bachdim, cinta pertamanya sejak masa kuliah. Gadis periang dengan wajah rupawan itu tak menyangka...