"MAMAAAAH, pasangan uwwu yang kita tunggu-tunggu udah dateng niih!!!" teriak Vicko yang baru saja selesai mencuci motornya di halaman depan rumah.
Di sekolah Vicko, hari Sabtu termasuk hari libur. Jadi sejak Jumat malam ia sudah pulang ke Bukittinggi, rumah utama kedua orang tuanya. Apalagi besok ada acara di rumah si kakak sulung, jadi lah memang semua keluarga dari trah Zuhri Ferdinan sedang berkumpul bersama.
Mendengar suara melengking sang adik, Gemintang berdecak kesal sambil melotot sinis pada di bungsu yang sering menggodanya itu. Bungsu sih bungsu tapi kadang malah terlihat lebih dewasa Vicko dari pada Gemintang yang kadang moodnya naik turun. Apalagi dari segi postur, Gemintang yang imut dan tak terlalu tinggi kalah jauh dari badan bongsor adiknya itu.
"Sssttt ... berisik banget mulutnya minta dikuncir." sembur Gemintang sedikit berbisik karena tak ingin sifat cerewetnya ditertawakan sang kekasih yang baru saja turun dari mobil.
"Heeleh ... padahal kemampuan nyinyir bibir kita sebelas dua belas loh kak. Tinggal akuin aja kenapa sih?" sahut Vicko tak mau kalah.
"Sorry ya, gue udah gak nyinyir macem admin lambe turah kayak elo. Apalagi sejak punya pacar super kalem kayak bang Amar, gue ketularan kalemnya doi." Gemintang melirik sekilas lalu menghentikan langkah demi menunggu Amar untuk mensejajari langkahnya.
"Diih, alibinya bisa aja." sahut Vicko makin terkikik.
"Elo belum pernah ngerasain potong uang jajan dari gue ya bocah?" ancam Gemintang langsung membuat sang adik bungkam seribu bahasa.
"Naah gitu dong anteng, kelihatan lebih ganteng berkali-kali lipat," puji Gemintang sambil menahan tawa. Ternyata ancaman potong uang jajan cukup manjur menghentikan komentar pedas Vicko. "Eeh, tapi tetep lebih ganteng bang Amar kemana-mana sih." imbuh gadis itu lantas tergelak.
"Ketawain apa sih? Seru banget." saudara kembar dari Gege itu sedikit berjingkat karena Amar yang ternyata sudah ada di sebelahnya. Bahkan tangan kanan pria itu merangkul pundak Gemintang, dan mengusapnya pelan.
"Eh, Abang. Tuuh, si Vicko bilang aku ceriwis mirip dia. Padahal enggak kan ya?"
Seperti biasa Amar hanya menanggapi keluhan Gemintang akan tingkah adik bungsunya dengan senyum tenang. "Enggak kok enggak, ceriwis pun Abang tetap cinta." seru Amar sambil membelai lembut rambut kecoklatan Gemintang.
"Beeuugh, merah deh tuh pipi bakpao berubah jadi kayak tomat matang." sela Vicko lantas satu detik kemudian berlari kencang ke arah garasi. Tentu saja remaja itu kabur dari sang kakak karena khawatir Gemintang akan mulai mengamuk karena terus ia goda.
"Vick—"
"Sudah, namanya juga anak-anak. Nanti dewasa dikit pasti berhenti godain kakaknya. Lagian emang, kakaknya gemesin gini, siapa yang betah gak godain sekali aja coba?" kalimat Amar kembali sukses membuat riuh hati Gemintang.
"Eeh, anak cantik Mama sudah datang. Kirain Vicko cuma nge-prank Mama aja tadi." mama Rita yang baru muncul di pintu utama langsung membuat Gemintang dan Amar menoleh bersamaan.
Gemintang langsung mendekati sang Mama, kemudian mengecup punggung tangan beliau serta menciumi pipi kanan kiri mamanya seperti biasa.
"Ini pasti Amar kan? Inget deh sekarang Tante kalau lihat secara langsung gini." mama Rita beralih mendongak ke arah Amar yang tinggi menjulang di depannya.
"Iya Tante, lama nggak ketemu ya." jawab Amar dengan senyum ramah. Wajar sih kalau mama Rita sedikit lupa dengan sosok Amar, pasalnya hampir dua tahun ini Amar jarang berlaga karate bersama Gege seperti tahun-tahun awal perkenalan mereka. "Sehat tante?"
YOU ARE READING
Gemintang
RomanceGemintang Farhana. Si cantik yang banyak diidolakan lawan jenis itu harus rela merasakan patah hati pertama kalinya karena diputuskan begitu saja oleh Bachdim, cinta pertamanya sejak masa kuliah. Gadis periang dengan wajah rupawan itu tak menyangka...