17:30, Shounen Rei

110 10 0
                                    

"Sebuah musim panas untukmu yang tidak akan pernah kembali..."

Desember, 2022

Note:
Tch, 
jitsuwa ore sangat hazukashi melihat buku ini dakedo, oneshoot2 ore sudah berdebu di notes dan ore g bisa hidup tanpa asupan mafusora-

KRINJ BEGO APAAN INI KONSabar.

Yeah... covernya Kashitaro ama Rai Galilei enak bet ea, coba aja denger di youtube
For real, terimakasih yang udah pernah baca, tapi sebagian kata atau dialog gw improve beberapa–

BODOLAH MENDING GASKAN, STRES GW MIKIRAN INI ALUR ANJERR

-------------------------------------------

.
.
.
.
.
.

Jam pembelajaran telah berakhir. Dan para siswa beranjak pergi dari kelas menuju rumah masing-masing. Jalan pulang pun tampak di penuhi dengan siswa-siswi yang tengah berjalan bersama. Suasana menjadi terasa hangat di kala langit senja nan memesona tersebut.

Namun, berbeda dengan seorang pemuda bersurai 'raven' yang tampak berjalan sendirian di sana. Kepalanya menunduk ke arah permukaan aspal, pasrah dengan perlakuan'nya' yang selalu menindas dirinya-kala hanya mereka berdua saja.

'Tapi...kenapa aku? Kenapa hanya diriku yang 'ia' tindas?' Pertanyaan itu yang selalu muncul di benaknya. Membuat pikiran sang 'raven' terganggu, dan hatinya hancur berkeping-keping. Namun, ia berusaha menahan air mata yang terbendung di kedua sudut matanya. Sembari memaksakan dirinya, ia berjalan lebih jauh lagi ke depan.

Mungkin saja, hari ini adalah kesempatan yang bagus untuk akhirnya beristirahat.

Langkahnya pun terhenti tepat di depan perlintasan kereta, menunggu hingga kereta tiba. Perlahan-lahan, nalurinya mulai terasa gila, layaknya sebuah tikus yang terjebak oleh mangsanya. Tetapi, dirinya masih setia menunggu di sana.

'Tes.'

Permukaan pipinya terasa basah. Dan air mata telah berjatuhan ke permukaan aspal. Sang 'raven' mengepalkan kedua tangannya erat ke arah dada. Rasanya menyakitkan, bagaimana melihat 'ia' melakukan itu semua tanpa alasan.

"TIIIITTTTT!!!"

Suara kereta terdengar nyaring dari kejauhan membuat sang 'raven' sadar dari lamunannya. Sontak, ia menjatuhkan tas sekolahnya, membiarkan buku-buku berceceran. Lalu berdiri diam di sana sambil menunggu momen yang pas. Sesaat palang kereta mulai tertutup, kereta api mulai berjalan dekat.

Kini, ia telah berdiri di ambang keputusasannya, dan melompat ke arah rel kereta. Menghiraukan teriakan dari seseorang yang terdengar dari kejauhan.

"TIIIIITTTTTTTT!!!!"

"SRAAKKK!!"

Merah darah berceceran di mana-mana. Menodai bagian depan kereta dan sekitarnya. Namun yang mengerikannya, tubuh seorang siswa ditemukan tergeletak tidak bernyawa dengan kondisi yang mengenaskan.

Pada sore itu juga, sang 'raven' menghembuskan napas terakhirnya tepat setelah kejadian.

.
.
.
.
.
.

Pagi yang cerah, adalah hari yang menyenangkan bagi Mafu. Sepanjang jalan, ia dengan riang menyanyikan sebuah lagu karangannya sambil menatap teduh langit biru di atas-mengingatkannya akan seseorang.

Langkah kakinya mulai cepat kala ia berada di gedung sekolah. Seusai meletakkan sepatunya, sang albino berlari kecil menuju kelas. Ia tidak sabar melihat sahabatnya nanti!

24:00Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang