Yedam berjalan tergesa-gesa dilapangan sekolah yang sepi. Tangannya menggenggam segelas boba yang belum sempat ia minum.
Seperti hari-hari sebelumnya, ia terlambat lagi.
Suatu keberuntungan ia bisa mengelabui satpam yang berjaga digerbang sehingga diijinkan masuk sekolah.
Yah──biasanya kalau Yedam terlambat ia lebih memilih memanjat tembok samping sekolah sih.
Walaupun begitu, Yedam merasa ada yang salah. Entah mengapa firasatnya terasa tidak enak──seperti tak lama lagi akan ada hal yang buruk menimpanya.
Ia berhenti, menyempatkan diri untuk menyedot bobanya. Tak sampai 10 detik, ia kembali melanjutkan langkahnya dengan lebih semangat berkat energi dari boba itu.
Tetapi, firasat buruknya benar-benar menjadi kenyataan. Buktinya saja, dipersimpangan koridor──saat berbelok, ia tak sengaja menabrak seseorang membuat bobanya yang bahkan belum ia minum setengahnya tumpah.
Lebih buruk, tumpahan itu mengenai orang yang ditabraknya. Oke, tamatlah riwayatnya kali ini.
"S-sory sorry! Gue gak liat tadi." ujar Yedam sambil meringis pelan, ia membantu pemuda itu berdiri. Tetapi, pemuda itu malah menepis tangannya dan menatapnya dengan tatapan sinisnya.
"Sorry sorry palamu! Liat nih, hape gue jatoh terus kena minuman lo!" serunya marah sambil menunjuk-nunjuk ponsel pintarnya yang terlihat basah.
Yedam dapat merasakan jantungnya berdetak kencang──bukan karena jatuh cinta, ya. Melainkan karena ketakutan bercampur gelisah. Ia bahkan bisa merasakan tangannya yang basah karena keringat dingin.
"Aduh, maaf! Beneran deh, gue nggak sengaja. Biarin gue pergi please." mohon Yedam sambil mencakupkan kedua tangannya didepan dada.
Pemuda itu tak bereaksi, dengan itu Yedam sudah berancang-ancang untuk kabur. Namun, baru saja melangkah ia merasa lehernya tercekik.
"Lo pikir bisa kabur gitu aja?" Pemuda itu mencengkram erat kerah seragam Yedam dari belakang.
Yedam segera berusaha menyelamatkan nyawanya baca: melepaskan diri. Karena sungguh, lehernya tercekik.
"Anjir, lo kalo mau nahan orang kira-kira dong! Kalau gue mati kehabisan nafas gimana?!" protes Yedam sambil mengusap-ngusap lehernya.
"Lebay amat! Buktinya lo gak mati tuh." cibir pemuda itu ikutan kesal.
Yedam tersenyum, dalam hati sudah mengumpati pemuda dihadapannya dengan semua bahasa kasar yang ia tahu.
"Bodo ah, gue mau kekelas!"
"Heh, enak aja! Lo belum tanggung jawab sama hape gue!" seru pemuda itu sambil menahan lengan Yedam.
"Gue harus tanggung jawab gimana woy? Bayar gitu? Gak makasih, kan gue udah bilang gue gak sengaja! Maafin kek."
Pemuda itu tak membalas, ia malah sibuk meneliti seragam sekolah──lebih tepatnya badge name yang berada dibagian kanan seragam Yedam.
"Fine, kalau lo gak mau tanggung jawab."
"Karena mulai sekarang, lo Yedam. Lo gue angkat jadi babu," lanjutnya santai sembari melepaskan tangannya yang menahan Yedam.
"Hah? Gimana gimana?" tanya Yedam belum konek. Lagipula pemuda ini aneh sekali, mereka tidak saling mengenal dan tiba-tiba ia mengatakan Yedam babunya? Dunia sedang not fine sepertinya.
"Lo. gue. angkat. jadi. babu! Budek lo?!"
"Apaan sih lo? Nggak, gue gak mau!" tolak Yedam mentah-mentah. Ia dengan segera berlari menjauh walaupun masih bisa mendengar teriakan pemuda menyebalkan itu.
"Mau gak mau, suka gak suka──mulai sekarang lo udah resmi jadi babu gue!"
Sial, Yedam bisa merasakan hidupnya setelah ini akan TIDAK tenang.
───────────🌼───────────
KAMU SEDANG MEMBACA
sugar babu | dodam ✓
Fanfiction[ short story, completed ] bukannya jadi sugar baby seperti dicerita-cerita online yang sering ia baca, yedam malah jadi seorang babu dari cowok yang sifatnya mirip titisan iblis. "mulai sekarang, lo gue angkat jadi babu!" warning : bxb / boyslove c...