Yedam memarkirkan motornya didepan gerbang rumah Doyoung, ia segera menghubungi pemilik rumah dan menyuruhnya segera keluar.
Bukannya apa-apa, tetapi sebentar lagi sudah akan bel masuk. Yedam terlambat bangun ditambah lagi harus menjemput Doyoung, kalau menunggu lebih lama lagi bisa-bisa mereka akan terlambat.
Yedam memang sudah bias terlambat sih, tetapi jam pelajaran pertama adalah fisika. Dan guru yang mengajar adalah wali kelasnya, bisa-bisa ia diceramahi panjang lebar karena keterlambatannya.
"Aduh, gue lagi sakit. Masuk aja kedalem, pagar gak kekunci." suara Doyoung diseberang sana membuat Yedam tersadar dari lamunan singkatnya.
"Lha, ngapain gue masuk anjir? Gue mau sekolah."
"Temenin gue kek, lagi sakit juga. Mana orang rumah lagi gak ada." pinta Doyoung terdengar melas.
"Bolos gitu?? Hmm, tapi gue──"
"Udahh, gue punya kenalan osis. Tar suruh dia bilang lo sakit atau apalah itu." potong Doyoung kesal.
"Santai, santai. Oke, gue ijin masuk yaa."
Doyoung tak menjawab dan malah mematikan sambungan telepon, Yedam mendengus. Seenaknya sekali ya, masih untung Yedam mau menemaninya.
Tetapi sebenarnya Yedam juga ingin bolos sih, karena selain jam pertama mendapat fisika jam kedua adalam jam olahraga. Yedam yang mageran ini tentu saja tak boleh melewatkan kesempatan ini.
Yedam melangkahkan kakinya dengan ragu-ragu memasuki rumah Doyoung, sebenarnya merasa tak enak karena masuk seenaknya begini. Ia merasa menjadi penyusup dirumah orang saja.
"Oi, lo ngapa jalan kayak gitu dah? Malah kelihatan macam penyusup." Komentar menyebalkan dari suara Doyoung itu membuat Yedam mendongak menatap Doyoung yang berada didekat tangga.
"Katanya sakit, ngapain disana? Kalo sakit istirahat lah." balas Yedam membuat Doyoung mendengkus.
"Lo gak tau apa-apa diem deh. Sini cepet, gue ada tugas buat lo." Perintahnya membuat Yedam mau tak mau menaiki tangga untuk sampai ditempat Doyoung.
"Muka lo kenapa dah? Salah pake sekinker?" tanya Yedam heran saat melihat bintik-bintik merah disekujur wajah, tangan dan beberapa bagian tubuh Doyoung.
"Sembarangan kalo ngomong. Alergi gue kumat njir, kemaren gak sengaja makan udang." jelas Doyoung kemudian membuka pintu yang Yedam duga adalah pintu kamarnya.
"Udah tau alergi masih aja dimakan," julid Yedam membuat Doyoung memutar bola matanya malas.
"Komen mulu, nih beresin kamar gue." suruh Doyoung membuat Yedam melebarkan matanya.
Sial ya, kamarnya saja ia bereskan kalau sedang niat. Untuk apa juga ia mebereskan kamar orang lain?
Tidak ada untungnya.
"Gak ma--"
"Timun kemaren masih banyak, lo boleh bawa kalau mau beresin." ujar Doyoung membuat Yedam tak bisa berkata-kata.
Bukannya apa-apa sih, Yedam memang suka mentimun. Namun tidak pernah membelinya karena dilarang oleh keluarganya. Mereka mengatakan kalau makan mentimun akan membuat sakit.
Larangan yang tidak masuk akal memang, namun karena Yedam anak baik, rajin menabung dan patuh terhadap nasehat orang tua ia tak pernah membeli mentimun.
Iya, Yedam tidak membelinya kok cuma memakannya saja.
bisaan ya ngelesnya.
"Yaudah, fine."
Doyoung tersenyum kemudian kembali mengusak rambut Yedam, yang diperlakukan seperti itu tak menolak hanya saja dalam hati mendengkus pelan.
"Hahaha beresin ya, tar gue balik bawa timun yang baaaanyaaakkk."
Tawa Doyoung itu terdengar seperti tawa iblis untuk Yedam.
───────────🌼───────────
KAMU SEDANG MEMBACA
sugar babu | dodam ✓
Fanfiction[ short story, completed ] bukannya jadi sugar baby seperti dicerita-cerita online yang sering ia baca, yedam malah jadi seorang babu dari cowok yang sifatnya mirip titisan iblis. "mulai sekarang, lo gue angkat jadi babu!" warning : bxb / boyslove c...