Yedam memarkirkan sepeda motornya dipinggir jalan sembari menoleh kesana-kemari.
Sepertinya ini tempat yang benar, tetapi Doyoung dimana??
Ia merogoh saku celananya, berusaha menemukan ponsel. Namun nihil, sepertinya ia lupa memasukkan ponselnya tadi.
Baru saja akan mengumpat sambil mencak-mencak, kepala berbalut helmnya sudah lebih dulu ditepuk lumayan keras hingga ia mengurungkan niatnya.
"Aduh, bajingan!"
Yedam menoleh kebelakang, seketika pandangannya penuh oleh kantung belanjaan yang disodorkan Doyoung.
"Lo telat 45 detik. Karena gue lagi baik, gue maafin. Tapi sebagai gantinya bawain belanjaan gue, biar gue yang setir motornya." ujar Doyoung kemudian mendorong Yedam untuk turun dari motornya.
Yedam menjadi emosi, Doyoung tidak tahu diri sekali. Padahal ia sudah mengorbankan waktu berharganya hanya untuk menjemput orang seperti Doyoung.
"Malah bengong, cepetan naik! Panas nih,"
Yedam mengerjap pelan, dengan wajah yang tertekuk ia akhirnya naik kemotornya dengan kesusahan karena terhambat kantung belanjaan itu.
──────🌼──────
"Rumah lo jauh dari sini?" tanya Yedam setengah kesal, pasalnya sudah hampir setengah jam berkendara dan mereka tidak sampai-sampai.
Tangannya pegal karena semua belanjaan milik Doyoung ngomong-ngomong.
"Ha? Rumah gue udah lewat, mang napa?" tanya Doyoung heran, ia menaikkan masker putihnya kemudian kembali fokus berkendara.
"LOH!? Terus kita mau kemana ogeb??!" tanya Yedam dengan tidak santai, emosinya yang sempat teredam kembali naik.
"Nyari makan dulu, gue belum sarapan."
"emang kenapa sih, lo juga kayaknya belum sarapan kan? Jadi sekalian lah,"
Sekali lagi, Yedam menarik nafasnya dalam-dalam guna mempertebal kesabaran.
TAPI SEHARUSNYA Doyoung berhenti dulu dirumahnya untuk menaruh semua belanjaannya yang Yedam bawa. Ini dari tadi dia kesusahan membawanya :)
"Masih jauh gak sih? Tangan gue pegel bawa ini anjg." tanya Yedam kesal, ia ingin sekali menempeleng kepala Doyoung namun tak bisa karena kantung belanja sialan ditangannya.
"Dikit lagi," balas Doyoung santai, ia mulai mengurangi kecepatan kala sudah mendekati area restoran jepang diujung jalan.
"Lha, ini belanjaan lu biarin disini nyet?" tanya Yedam heran, ia menghentikan langkah Doyoung yang akan masuk kedalam restoran.
"Iya, lagian ada satpam kok, aman." jawabnya seadanya.
"btw, helm lo dilepas dulu anjir WKWKWK." lanjut Doyoung sembari tertawa renyah kemudian meninggalkan Yedam yang sudah mencak-mencak dalam hati.
──────🌼──────
"Lo mau pesen apaan?" tanya Doyoung sembari membolak-balikkan buku menu.
"Gue gak pesen apa-apa, nemenin lo aja." jawab Yedam cuek.
Sebenarnya ia lapar sih, tetapi selain tidak membawa ponsel Yedam juga lupa membawa uang karena terlalu terburu-buru.
Kurang bajingan apa lagi coba hari ini?
Doyoung mengernyit singkat, tanpa berkata apapun lagi ia menyebutkan pesanannya pada waitress yang berjaga didekatnya.
Yedam membuang pandangannya kearah lain. Sial sekali, ia tak tahu harus mengalihkan perhatiannya pada apa. Ini semua karena lupa membawa ponsel.
Ngomong-ngomong penyajian makanan berlangsung dengan cukup cepat, tak sampai 10 menit waitress tadi kembali dengan semua pesanan Doyoung.
Doyoung berterimakasih singkat, sedangkan Yedam kembali mengalihkan pandangannya.
"Nih,"
Yedam memasang tampang lagnya saat Doyoung mendorong semangkuk ramen kehadapannya.
"Gue tau lo belom sarapan. Makan aja, gue yang traktir."
───────────🌼───────────
KAMU SEDANG MEMBACA
sugar babu | dodam ✓
Fiksi Penggemar[ short story, completed ] bukannya jadi sugar baby seperti dicerita-cerita online yang sering ia baca, yedam malah jadi seorang babu dari cowok yang sifatnya mirip titisan iblis. "mulai sekarang, lo gue angkat jadi babu!" warning : bxb / boyslove c...