05

134 21 1
                                    

Selamat membaca!
Maaf kalo ada typo dan sebagainya
. . . . .
. . . .
. . .
. .
.

.

.

Krak!

"AAKHH!!."

"Ups, maaf. Tangan ku bergerak sendiri," sang adiratna menutup mulutnya berpura pura tidak sengaja melakukannya. Ia baru saja mematahkan tulang tangan dari paman mesum yang menggoda dirinya, 2 orang telah ia kalahkan, kini tinggal 1 orang lagi.

Ingin rasanya ia membalas serangan dari gadis remaja itu, tetapi tatapan intimidasinya membuat nyali menciut. Tatapannya seolah mengatakan untuk diam disana atau mati. Tubuh miliknya gemetar ketakutan, telapak tangan ia satukan sambil bersujud di bawah kaki (Name) seraya mengucapkan kata 'Maaf' berkali kali.

Gadis ini tersentak, ia kembali merasakan pusing yang membuat ia meringis pelan, tetapi ia berusaha untuk tetap menutupi rasa sakit itu dengan memasang wajah seolah tidak terjadi apa apa.

Melihat korbannya merintih kesakitan, bersujud bahkan melontarkan permintaan maaf kepadanya tiada henti membuat pusingnya kambuh. Ia bingung, apa dirinya mengidap suatu penyakit? Sampai ia sering merasakan pusing.

"Hei ossan. Pergilah, bawa mereka berdua dan jangan sekali pun menampakkan diri di hadapan ku, atau kau tau sendiri apa akibatnya," ancamnya dengan terus memasang tatapan intimidasinya.

(Name) sudah tak kuasa menahan pusing yang melanda dirinya, jadinya ia terpaksa melepaskan mereka. Merasa si lelaki mesum itu sudah pergi jauh, ia jongkok dengan memegang kepala erat, bayang bayang kembali muncul di pikirannya.

"Ma-maafkan saya! Saya janji untuk tidak mengulanginya lagi! Mohon ampuni saya!."

Yang di minta ampun hanya memandangnya malas, ia jongkok di depan pria yang meminta maaf tadi, tangan kanannya asik memainkan pisau bedah dengan lihai seperti sudah sangat terbiasa melakukannya.

"Janji tetaplah janji. Kau sudah berjanji untuk setia kepada 'Kami' dan akan menerima apapun konsikuensinya jika menjadi seorang penghianat. Dan aku, sudah berjanji kepada 'Dirinya' untuk memusnahkan penghianat bersama 'Dia'," ia menarik rambut korbannya dengan keras, lalu menatap pria yang tengah duduk di atas alat konstruksi yang sudah tidak terpakai sambil memakan makanan kesukaannya, Dorayaki.

"Gimana 'Bos'?."

Dia mengangguk sebagai tanda jawaban, sudah mendapatkan izin dari sang bos, ia melirik kearah pria bersurai merah muda yang sudah mengasah katana sedari tadi.

Merasa di tatap, ia menoleh ke wanita satu satunya di sana dan benar saja, ia sedang di tatap olehnya. Bibirnya perlahan melengkung membentuk kurva lebar, sama halnya dengan si pria tadi, ia juga tersenyum tetapi tidak selebar si pria bersurai mullet itu. Pria dengan surai merah muda itu mengambil sesuatu di dalam sakunya lalu menelannya yang nantinya akan membuat dia menggila.

Wanita dengan surai berwarna maroon yang kini berubah menjadi warna kuning dengan warna hitam di ujung surainya, mengeluarkan berbagai jenis pisau dokter yang semulanya berada di dalam koper, tentu saja koper itu berisi peralatan medis dan peralatan bedah, tapi fungsi ia membawa itu bukan sekedar mengobati, melainkan untuk menyiksa korbannya.

Gedung yang tidak jadi itu di penuhi oleh suara jeritan kesakitan dan lontaran minta maaf bahkan suara disana lebih di dominan oleh tawaan sang pelaku pria dan kikikan dari pelaku wanita.

 𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 ┋ 𝐓𝐎𝐊𝐑𝐄𝐕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang