Empat

8 4 2
                                    

1.4k words.

———

Seingat Yedam mereka janji untuk pulang bareng berdua, tetapi kenapa yang menunggu di pintu keluar parkiran malah serombongan?

Di sana Trisha berdiri bersama teman-temannya yang juga menunggu dengan motor mereka. Yedam berhenti di depan Trisha dengan motornya, menarik atensi mereka semua di sana.

"Jadi pulang bareng, kan?" kata Yedam.

Trisha senyum lebar, lalu mendekat bersiap untuk menaiki jok di belakangnya.

"Eh, mau ngapain?"

"Pulang bareng lah."

Bukan begini perjanjiannya. "Bukannya lo bawa motor?"

"Nah, hari ini nggak," Trisha menepuk bahunya, "masa lo gak paham kalau ngajak pulang bareng itu artinya satu kendaraan."

Yedam paham, dia sering berboncengan dengan teman-teman perempuan lainnya. Tetapi karena ini Trisha, maka berbeda, dari awal dia sudah diperlihatkan bagaimana mahirnya Trisha membawa motor matic birunya, sudha seperti satu paket. Lalu kenapa tiba-tiba motornya seperti menghilang menyisakan seonggok Trisha?

Pikirannya kembali. Kurang ajar. Jadi intinya Trisha cuma butuh orang buat antar dia pulang. Kalau begini mah tukang ojek online adalah opsi terbaik.

"Hei Yedam," kata seorang gadis dengan rambut berbando digerai dan poni menutupi kening, berdiri di samping tempat Trisha tadi berdiri. "Hati-hati bawa Trishanya."

"Iya, Karin." Yedam tidak mau banyak bicara pada gadis cerewet itu. Tentu Yedam tahu namanya, dia tahu semua nama dari rombongan artis sekolah itu.

"Trisha sampe maksa supaya motornya dipake bang Jihoon ke kampus biar bisa pulang sama—HMPH!" Jaehyuk langsung dibekap oleh Karin menggunakan plastik bekas tisu. Sekali-kali mulut lelaki ini harus dibungkam.

"Gimana?" tanya Yedam.

"Gak usah didengerin, Jaehyuk itu aneh. Ayo," begitu motor melaju, Trisha menyempatkan untuk melotot kepada Jaehyuk.

———

"Trish, gue mau nanya," kata Yedam, mereka di jalan dan mau tidak mau harus sedikit berteriak agar tidak kalah oleh deru angin dan mesin kendaraan. "Temen-temen lo tadi itu rame-rame cuma untuk nungguin lo pulang?"

"Gue kurang suka durian!"

"Hah?!"

"Iyaa!"

Ini mah bukan karena suara jalanan, tetapi memang dua-duanya saja yang telinganya bermasalah.

Trisha memukul bahu Yedam, cukup untuk membuatnya terdorong ke depan. "Jangan ngomong kalau lagi di motor, gak jelas!"

"Yoi, rencananya gue mau ambil kesenian!"

Ya Tuhan, masih saja ketidakjelasan ini berlangsung.

Karena lelah terus berbicara yang sama sekali kacau, mereka memutuskan untuk diam sepanjang sisa perjalanan. Begitu sampai dan menurunkan Trisha, Yedam hendak langsung melaju sebelum di tahan oleh pihak perempuan.

"Makasih tumpangannya ... "

"Oke. Dengan begini urusan kita selesai, kan? Gue gak berhutang apapun lagi sama lo."

Ada sedikit raut tidak suka yang Trisha tunjukkan, terbukti dari bagaimana alisnya mengernyit.

"Btw, rumah lo di mana?" Trisha mengalihkan pembicaraan.

Doughty || YedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang