Prolog: Rain

881 122 1
                                    

Jam 9 malam. Rose menyanderkan kepalanya di jendela kaca bus dan menghela nafas berat. Memasang headset di kedua telinganya dan sudah lelah mengotak-atik ponselnya untuk mencari lagu yang tepat.

Bus merah yang berangkat dari Gangnam menuju Danghun itu sekarang hanya berisi empat orang sekarang. Termasuk dirinya dan sebuah koper hitam dibawah kakinya. Dia belum tahu akan kemana sekarang. Pikirannya kosong setelah pertengkaran hebat dengan orangtuanya sejam yang lalu. Tepat ketika dia masih dirumah.

Di halte terakhir--distrik Danghun--mau tidak mau dia harus turun. Berapa jauh ini dari rumahnya, dia sudah tidak peduli. Dia bahkan tidak berpikiran untuk kembali lagi kesana. Jam 9.26. Dia benar-benar sudah sejam lebih meninggalkan rumah. Ya kalau dikira-kira jarak Gangnam ke Danghun adalah sekitar 36 km atau lebih. Sementara jika dia berangkat dari rumahnya, hanya 30 km. Tapi kuulangi, dia tidak peduli.

Sambil membawa brosur yang setengah kusut, Rose menarik gagang kopernya dan keluar dari bus merah itu. Membayar sewa bus dan berdiri diatas trotoar dengan hujan rintik-rintik dan jalanan basah. Membuat gadis itu menaikkan hoodie hitamnya dan menarik kopernya kearah dia datang. Mencari rumah sewa dari brosur yang didapatnya dari seorang gelandangan di depan toko baju yang jadi tempatnya singgah membeli mantel tadi. Katanya ada sebuah rumah sewa khusus mahasiswa disini dekat perbatasan Yonghwa dan Danghun. Jadi bukan tanpa alasan kenapa dia nekat kemari sendiri malam-malam. Setelah semua, dia bukan tipe gadis yang suka keluar rumah saat malam. Bahkan ayahnya menekankan jika pulang dari kampus, Ia tidak bisa melewati batas jam 9 malam dan tak segan menyuruh supir mereka menunggu sampai Ia selesai.

Danghun. Rose baru pertama kali datang ke distrik ini dan dia mungkin mengundang tatapan orang-orang ketika berjalan di jalan khusus pejalan kaki dengan membawa koper malam-malam. Dibawah lampu jalan dan berjalan berlawanan dengan kebanyakan orang yang sepertinya sudah akan pulang. Rose masih berjalan dengan sepatu putihnya dan berhenti tepat disebuah bangunan yang mirip di brosur yang berada di tangannya. Rose melihat kearah kanan dan kiri. Berdiri tepat didekat kotak surat dan tidak ada tetangga terdekat selain kafetaria minimalis yang ramai. Itupun berjarak sekitar 60 meter dari tembok pembatas rumah sewa itu. Sepi sekali dan banyak lega karna perumahan ini benar-benar tenang. Seperti yang dia butuhkan.

Rose tidak punya pilihan lain. Sekarang sudah malam, dan satu-satunya yang membuat Ia tertarik dengan tempat ini adalah karna hanya khusus mahasiswa.

Gadis itu menghela nafas dan berjalan mendekat menuju gerbang yang tertutup rapat setinggi 4 meter sampai Rose hanya bisa melihat atap rumah jika berjinjit. Baru akan menekan bel, dia dikejutkan oleh suara perempuan paruh baya dari belakangnya dan membuatnya berjengit beberapa saat.

"Ada yang bisa kubantu, Nona?"

Rose membungkuk dulu padanya dan terkekeh tak enak.
"Aku mau bertanya, apa benar ini rumah sewa Nyonya--" Ia memeriksa brosur lagi untuk melihat kembali nama pemilik rumah itu. "--Nyonya Jung?"

Wanita gempal dengan sepasang mata sipit itu membawa kantong belanjaan berisi bahan makanan, mungkin. Ia mengangguk dengan senyum ramah.
"Aku Jung Suhyun, pemilik perumahan ini."

Rose nyaris terjungkal mendengarnya. Langsung tersedak dan membungkuk lagi untuk minta maaf.
"Maaf, aku tidak tahu."

Dia tertawa kecil lagi dan mengangguk. Melihat Rose yang datang dengan sebuah koper, dia langsung tahu tujuannya.
"Kau mencari rumah sewa?"

Rose menggigit bibir bawahnya dengan singkat dan mengangguk.
"Ne,"

"Wah, kenapa malam-malam sekali? Ayo masuk, kita mengobrol di dalam."

Rose terdiam dan sedikit menyingkir ketika wanita itu mendekat ke gerbang dan mendorongnya sampai pertengahan. Sekarang Rose terpana. Rumah sewa itu benar-benar indah. Bentuknya kotak persengi panjang dua lantai dengan satu rumah lain disebelah kanannya. Gadis itu tertegun. Terutama karna halaman yang luas dan garasi dibawah rumah yang satunya. Desain yang sangat unik.

The Haunting 1: The Mystery Of Danghun HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang