(12) Medicine

428 90 21
                                    

"I-ibu?"

Sedetik sebelum Ia menyebutkan kata itu, Jiwoo dan Byron sudah menimpanya dengan satu pelukan keluarga yang terbilang sangat erat. Dan disana Jungkook hanya bisa berdiri terdiam dan berharap dirinya hilang di situasi seperti ini.

Bisa dilihat olehnya, Rose bergetar. Sangat. Dia tidak bisa mengontrol emosinya saat ini. Sedih, rindu, bingung, dan dibanding itu--dirinya sangat tidak tahu harus apa. Kemudian dia tersadar dari lamunannya--yang dia sendiri tidak tahu mengapa harus melamun di tengah situasi ini--setelah mendengar Ibunya terisak dalam pelukannya dan Ia mundur satu langkah hingga Jungkook mengerut tidak mengerti mengapa Rose sangat menghindari orangtuanya. Terlihat jelas sekali.

"Sayang, kenapa kau tidak pulang? Bagaimana keadaanmu? Ada yang sakit?"

Rose masih tidak tahu harus bilang apa. Dia masih diam. Dalam lubuk hatinya, senang bisa melihat orangtuanya lagi. Tapi jangankan bicara, untuk bergerak sedikit saja tidak bisa.

"Aku--"

"Ayo, Rosie. Kita pulang, Sayang. Apa kau tahu kalau kami mengkhawatirkanmu setengah mati? Ditambah keadaanmu sekarang. Demi Tuhan, kau--" Byron bahkan tidak bisa melanjutkan kata-katanya sekarang. Melihat bagaimana tubuh putrinya yang lebih kurus dari sebelumnya, membuat hatinya seperti dipukul benda keras.

"Tidak, aku tidak akan pulang. Tolong mengertilah--"

"Lihat dirimu sekarang!" Bentak sang Ibu. Menangis kencang. Tidak peduli bahwa semua orang dari dalam dalam restoran telah melirik kearah mereka dengan pandangan bingung.

Jungkook juga masih menatap Rose dengan pandangan kaget bercampur heran. Ketika orangtuanya sudah menjemput, memohon dan memintanya pulang--mengapa Ia masih tidak mau? Lalu apa maksud mereka tentang keadaannya sekarang?

"Ibu dan ayah tidak mau melihatmu begini! Lihat dirimu, kau semakin kurus dan pucat!"

"Cukup!" Gadis itu menghempaskan tangan Ibunya. Dan setelah itu kepalanya berdenyut hebat. Membuat Ia limbung dan Jungkook yang memang berdiri dibelakangnya--dengan cepat menangkap tubuhnya.

"Rose? Rosie, sayang! Kau tidak apa-apa?" Byron bertanya khawatir tapi tangannya di tepis oleh Rose. Membuatnya menatap laki-laki asing yang memegangi putrinya dengan bingung. Bertanya-tanya siapa dia, dan kenapa dia bisa berboncengan dengan putrinya sampai disini. Apakah temannya? Pikir Tuan Park.

"Jung, kumohon. Bawa aku pergi sekarang."

"Ta-tapi..."

"Kumohon."

Jungkook menatap orangtua Rose bergantian dengan ekspresi panik. Rose pasti sudah gila! Teriaknya dalam hati. Orangtuanya akan berpikir yang tidak-tidak soal ini. Jeon Jungkook sekali lagi dibuat dilema oleh Rose, hingga tidak bisa melakukan apapun.

"Rosie, Ibu mohon pulanglah. Kau tidak merindukan Ibu, ayah, dan Chanmi?"

Rose tidak menjawab dan mendongaki Jungkook dengan pandangan seolah meminta agar dibawa pergi darisini. Dan Jungkook membuang nafas kasar. Naik ke motornya lebih dulu dan Rose cepat-cepat mengikut tanpa memakai helmnya. Tidak peduli bagaimana Jiwoo meraung agar dia tidak pergi, Rose tidak menoleh sedikitpun bahkan ketika motor sudah melaju meninggalkan tempat itu.

"Kita akan membawanya pulang, pasti." Byron mengecup kening istrinya untuk menenangkan wanita itu dan segera menggiringnya ke mobil untuk di tenangkan meskipun tidak yakin akan berhasil.

"Kenapa diam saja?! Ikuti mereka!"

"Tenang-tenang." Byron kembali membelai rambut Jiwoo dengan lembut setelah istrinya itu meneriaki sang supir untuk mengikuti kemana putri mereka dan Ia hanya menahan.

The Haunting 1: The Mystery Of Danghun HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang