Semua orang jelas terbangun jam 2 malam mendengarkan sebuah jeritan keras yang membuat masing-masing orang terbingung. Terutama Jungkook yang hampir menabrak Sooyoung ketika berlari dari arah ruang tengah menuju kamar Rose dimana gadis itu terdengar menjerit keras sekali.
Bukan cuma Sooyoung yang keluar dengan wajah panik sekaligus bingung. Tapi juga Jihyo, Mingyu hingga Bambam dan Lisa yang berlarian menuruni tangga dari lantai dua.
"Ada apa?! Chaeyoung kenapa?!" Bambam bertanya sambil menyalakan saklar dan semua orang masuk kesana.
Yang pertama sampai di kamar Rose adalah Jungkook pastinya. Melihat gadis itu disudut ruangan, meringkuk ketakutan dan menutup seluruh wajahnya dengan tangan.
"Hei, hei. Ada apa?"
Dia sempat ketakutan ketika Jungkook memeganginya dan tersadar kalau semua orang disana. Dengan tangan bergetar dan wajah basah karna keringat--ditambah sudut mata yang berkaca-kaca, Ia tidak menjawab. Hanya melirik kembali ke tempat tidurnya dan sesuatu yang berdiri di jendela kamar. Meskipun tertutup oleh gorden yang tipis, Rose masih bisa melihat ada siluet perempuan diluar sana. Berdiri menatapnya lewat cahaya lampu teras.
Rose terisak dan memeluk Jeon Jungkook tanpa sadar. Setelah mendapatkan saklar, semua orang ingin melihat keadaannya tapi Jihyo melarang untuk mengerubuninya. Sementara Jungkook membatu di tempatnya, Jihyo berjongkok di sebelahnya dan membelai punggung gadis itu.
Dia tahu bukan waktu yang bagus untuk menanyai gadis itu. Apapun yang dia alami, sepertinya itu sangat berpengaruh. Lalu Rose beralih memeluknya dan punggungnya sudah mulai tenang.
"Kalian pergilah tidur. Chaeyoung akan tidur denganku." Kata gadis Park yang dijuluki 'Ibu' oleh mereka itu. Sooyoung menggenggam tangan Lisa dan pergi setelah sedikit melempar tatapan takut pada Rose. Begitu juga Bambam dan Mingyu yang sama-sama tidak mengerti.
"Kau juga, Kook. Pergilah tidur."
Jeon Jungkook memutar bola mata dan berdiri. Sedikit melempar pandangannya pada Rose sebelum keluar darisana.
"Ayo, Chaeyoung. Kau pasti mimpi buruk. Kami juga sering begitu. Ayo, kita tidur di kamarku."
...
Rose tetap memaksakan kepalanya untuk berhenti berdenyu dengan saling menekankan barisan gigi, misalnya. Meskipun tidak berhasil, dia tetap berusaha untuk tidur atau dia tidak akan terlelap sama sekali. Tidak bisa berhenti membayangkan hal yang tadi dilihatnya. Dari situ dia menangkap sesuatu.
Mungkin saja Mina tidak hilang. Tapi dia sudah meninggal dan di bunuh di kamarnya.
Tapi kemudian dia menampik semua itu. Dia bukan cenayang dan sebelumnya dia belum pernah di hantui. Yah. Dia sudah yakin 100% kalau dirinya di hantui sekarang. Maksudku, dia tidak halusinasi. Bagaimana dia bisa membayangkan sosok Mina padahal mereka tidak pernah bertemu?
Lalu dia kembali memikirkan. Pokoknya bisa saja itu benar arwah Mina, tapi tolong--dia tidak bisa menghadapi hal spiritual begini. Dia butuh ketenangan. Hidupnya saja sudah berantakan. Jauh dari keluarganya untuk sebuah alasan, jauh dari sahabatnya yang selalu jadi tampungan seluruh cerita hidupnya, dan sekarang di ganggu oleh arwah gentayangan yang memperlihatkan sesuatu yang sadis serta tidak membingungkan.
Ia cuma berdiri memeluk bantalnya dan menunggu Jihyo selesai merapikan tempat tidurnya yang tidak terlalu luas. Tapi pasti muat untuk mereka, berhubung Ia sudah tambah kurus setiap harinya.
"Harus di rapikan. Maaf, kalau tidur sendiri memang aku agak berantakan. Sekarang sudah beres. Kemarilah."
Rose dengan pelan duduk di pinggir ranjang dan masih termenung membelakangi Jihyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Haunting 1: The Mystery Of Danghun House
Mystery / ThrillerSemuanya dimulai ketika dirinya pindah ke rumah sewa di Danghun. Rose kabur dari rumahnya untuk sebuah alasan dan memilih menetap di Danghun, sebuah wilayah perumahan yang terbilang jauh dari pusat kota Seoul. Tinggal bersama enam orang yang sudah c...