what

3 0 0
                                    

"Ibu! Detak jantung nenek melemah!"


Dan itulah hal terakhir yang aku dengar.


Aku sudah mati?

Aku sudah mati.

Sama seperti Sangyeon berpuluh-puluh tahun yang lalu.


Sangyeon-ku yang malang.


Hanya ada rasa lega yang datang begitu aku menyadari aku sudah mati.

Aku tidak lagi membebani putri tunggalku dan keluarga kecilnya yang seharusnya sedang bersenang-senang saat ini, bukannya merawatku yang sudah tua renta.

Kukedipkan mataku lambat sambil menghela nafas lega.

Eh?

Bukannya aku sudah mati?


"Nyonya Hanna, usia 90 tahun. Lahir pada tahun 1924, meninggal pada tahun 2015."

Suara asing yang menenangkan ini menyambutku.

Kulihat seorang uh... aku tidak tahu apakah ia pria atau wanita, tapi yang pasti rambutnya panjang dan berwarna hitam legam dengan rahang yang tegas. Dia melayang tidak jauh dari posisiku, dan anehnya, aku bisa melihat sosoknya dengan jelas. Padahal kedua bola mataku sudah tidak sebagus dulu lagi.

Cantik dan tampan sekaligus.

"Selamat datang di dunia setelah kehidupan. Ini hanya alam perbatasan antara kehidupan dan kematian."

Aku menganggukkan kepalaku sebagai respons.

"Mungkin yang akan terjadi setelah ini adalah sesuatu yang tidak pernah dibicarakan oleh para manusia, tapi karena badanmu yang sudah renta, aku harus merubahmu terlebih dahulu."

Alisku mengerut setelah mendengar pernyataan makhluk yang tengah menjulurkan tangannya kearahku.

Ia meletakkan telapak tangannya dipucuk kepalaku sambil mengambil nafas panjang.


"Kau sangat ingin bertemu dengan Sangyeon?"

Aku mengangguk lagi.

Sosok didepanku tersenyum simpul dengan sedikit rasa haru di raut wajahnya.

"Sampai jumpa"


Ia menghilang begitu aku mengedipkan mataku lagi.

Tubuhku tiba-tiba terasa ringan, kulitku yang keriput menjadi kencang.

Seperti saat aku berusia 21 tahun.

Eh?

Apa aku kembali ke usia 21 tahun?

-cont-

Last DanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang