Kudongakkan kepalaku dengan rasa terkejut.
Aku tidak salah dengar, kan?
Kupandang wajahnya yang terlihat datar.
Ekspresi yang mengundang tanda tanya.
Namun kurasa aku hanya salah dengar.
Aku tidak tahu berapa lama kami berdansa, tapi genggaman pria didepanku ini sangat nyaman.
Sangat nyaman.
Tangan kanannya yang menggenggam tanganku dan tangan kirinya yang berada tepat dipunggungku.
Kami kembali dalam kesunyian masing-masing sampai lagu yang teralun sudah selesai.
"Terima kasih sudah berdansa denganku, siapapun namamu."
"Terima kasih kembali. Kau tidak mau tahu namaku?"
Pertanyaan yang sedikit aneh, kukira mereka tidak akan mau berkenalan dengan para arwah.
"Boleh, siapa namamu, tuan yang tampan?"
Kulihat ia mengulum pipi dalamnya sejenak lalu tersenyum simpul mendengar pertanyaanku.
"Sangyeon. Lee Sangyeon."
Nafas yang sebenarnya sudah tidak ada terasa seperti tertahan ditenggorokanku.
Aku memang tidak mengingat wajah suamiku.
Tapi aku mengingat namanya.
Aku memang buta aksara.
Tapi aku mengingat setiap ukiran aksara namanya.
Aku mengingat bagaimana duniaku runtuh saat aku mencoba untuk membaca plat namanya yang ternoda darah dan lumpur yang mengering.
Plat nama yang menjadi bukti benda mati satu-satunya bahwa ia pernah ada.
Pria didepanku perlahan melepaskan topeng yang ia gunakan untuk menutup separuh wajah bagian atasnya.
Ia mulai meneteskan air matanya yang sejak tadi terbendung di sudut matanya.
Mata yang kulihat tadi bersinar bukan karena benar-benar bersinar.
Ia selama ini menahan tangisnya.
Sejak awal kita bertemu ditempat ini.
Ia mendongak sejak awal kami berdansa bukan karena ia tidak senang.
Ia menahan air matanya yang akan jatuh kapanpun begitu ia menundukkan kepalanya.
Aku tidak lagi memiliki jantung yang berdetak.
Namun aku masih merasakan detak kuat yang seolah mengaliri seluruh tubuhku dengan darah secara paksa.
"Hanna."
Kedua matanya tidak berhenti mengalirkan air mata.
Bibirnya bergetar hebat.
Seolah ia telah menahan diri dari menyebutkan kata itu sejak tadi.
"Maafkan aku, Hanna. Maaf."
Aku tidak bisa bergerak. Aku seharusnya bergerak disaat seperti ini.
"Aku seharusnya memelukmu dimomen seperti ini. Maafkan aku karena berpura-pura tidak mengenalimu, aku-"
Tubuh yang tak memiliki tuan lagi ini memeluk lelaki didepanku.
Pelukanku dibalas dengan pelukan yang lebih kuat.
Seolah kami berdua masih hidup dan takdir tidak pernah memisahkan kami.
"Hanna my dear, what took you so long?"
-end-

KAMU SEDANG MEMBACA
Last Dance
Fiksi PenggemarDancing for the last time with a stranger. Or not. starring: Lee Sangyeon (The Boyz) Hanna (OC) written in Bahasa. jadelinewrites. 2022.