Mrs. Despard terus memijat-mijat kepalanya. Bola matanya yang berwarna biru cerah mengamati seluruh isi ruang kerjanya sendiri. Walaupun sebenarnya tidak perlu, karena setiap hari ia selalu berada di ruang kerjanya dan pasti tidak merasa asing.
Keringatnya mulai menetes lagi. Setelah selesai memijat-mijat kepalanya, tangannya memainkan bolpoin dan diketukkan ke mejanya. Lalu, bolpoin itu ditaruh kembali. Kini giliran kakinya yang mengetuk-ngetuk lantai. Tiba-tiba Mrs. Despard tertegun dan melirik ke arah jam dinding. Cepat-cepat ia mengelap keringat dengan sapu tangannya dan merapikan rambutnya.
Ketukan sopan terdengar dan pintu terbuka, Inspektur Cruizzes masuk dan tersenyum ramah kepada Mrs. Despard.
"Silahkan duduk, Inspektur Cruizzes," kata Mrs. Despard sambil melirik kursi kayu di depannya.
"Merci, Madame," Inspektur Cruizzes langsung duduk dan mengeluarkan buku catatan serta bolpoin. Raut wajahnya yang semula ramah, kini terlihat tegas dan serius. Bola mata coklat milik Inspektur Cruizzes menatap lurus ke arah Mrs. Despard. Dan ia berkata, "jadi, saya akan memulai pertanyaan rutin kepada Anda. Untuk sementara saya mengambil alih tugas ini, Opsir Robert sedang mencari senjata dalam kasus ini. Baiklah, siapa nama anak itu?"
"Richard Gaskel, umurnya 12 tahun. Saya menemukannya di stasiun bawah tanah Tottenham Court Road. Dia sedang duduk di tangga dan menangis, lalu saya mendekatinya. Richard bilang keluarga yang mengadopsinya saat itu tiba-tiba pergi." Mata Mrs. Despard menerawang seperti sedang mengingat kejadian itu.
Tangan Inspektur Cruizzes sangat cekatan menulis semua yang dikatakan oleh Mrs. Despard. Tanpa melihat Mrs. Despard ia bertanya lagi, "tolong ceritakan mengenai keluarga aslinya dan keluarga yang mengadopsinya."
"Richard Gaskel adalah satu-satunya anak dari pasangan John dan Hillary Gaskel. Mereka berdua adalah politikus yang sangat berpengaruh di Inggris. Dan entah kenapa hidup mereka berakhir secara mengenaskan dengan luka tusuk yang dalam di perut mereka. Rasanya mustahil, mengetahui mereka adalah orang yang jujur. Saat itu Richard masih berusia 5 tahun, oh sungguh menyedihkan. Lalu Richard dirawat oleh Paul Bristow, teman dekat keluarga Gaskel dan merupakan pastur di Gereja St. Catedral. Richard dirawat oleh pastur itu selama 2 tahun saja, karena pastur itu meninggal oleh serangan jantung. Padahal ia tidak punya riwayat penyakit jantung. Aneh," Mrs. Despard diam sesaat untuk berpikir. Lalu ia melanjutkan kembali ceritanya.
"Akhirnya Richard dititipkan di panti asuhan, yang saya sendiri lupa namanya karena tidak terlalu terkenal. Saat Richard berumur 11 tahun, ia diadopsi oleh pasangan George dan Josephine MacQueen. Tiba-tiba mereka meninggalkan begitu saja Richard di Stasiun Tottenham Court Road," Mrs. Despard mengakhiri ceritanya dengan menghembuskan napas panjang.
Insoektur Cruizzes mengangguk tanda mengerti.
"Apakah keluarga MacQueen sama sekali tidak bicara sepatah kata pun tentang alasannya meninggalkan seorang anak berusia 12 tahun di stasiun bawah tanah? Yang pasti bukan untuk lelucon 'kan?" tanya Inspektur Cruizzes dengan menaikkan sebelah alisnya.
"Tunggu, saya ingat-ingat dulu. Rasanya tidak. Richard hanya bercerita tentang keluarganya saja saat itu. Oh, Richard pernah bilang bahwa ibu angkatnya - Josephine MacQueen - sering menggumamkan tentang anak terkutuk. Entah siapa yang dimaksud."
Untuk yang kedua kalinya Inspektur Cruizzes hanya mengangguk-anggukan kepalanya dengan khidmat.
"Dan tentang kejadian itu, Madame?"
"Sangat mengerikan, Inspektur. Waktu itu sekitar pukul 12 tengah malam, saya sedang tidur bersama anak saya, tiba-tiba terdengar teriakkan Rebecca dari taman belakang. Saya cepat-cepat ke sana dan menemui Richard yang merintih kesakitan karena luka yang cukup dalam di lengannya. Sedangkan di sampingnya ada sebilah pisau yang tak tahu dari mana asalnya," bahu Mrs. Despard bergetar dan bulir-bulir keringat mulai menetes dari dahinya yang agak menonjol.
"Maksud Anda, Madame?"
"Pisau itu tidak pernah saya lihat sebelumnya, Inspektur. Pisau di dapur pun masih lengkap. Para perawat sudah saya tanyai dan tidak ada yang tahu. Bukankah itu aneh? Darimana Richard mendapatkan pisau itu? Semua sangat membingungkan."
"Pardon, Madame. Anda bilang tadi Rebecca berada di taman sekitar pukul 12 tengah malam? Aneh bukan? Dan mengapa Richard juga ada di sana?"
"Oh benar, saya tidak memperhatikan itu. Saya sudah sangat terpukul, sehingga tidak ingat kalau saat itu ada Rebecca. Mungkin nanti Anda bisa menanyakan kepada Rebecca, Inspektur. Ada pertanyaan lagi?" Mrs. Despard memandang Inspektur dengan pandangan menyelidik.
Inspektur menutup buku catatannya dan bangkit dari kursinya.
"Tidak. Untuk sekarang cukup sekian. Merci, Madame."
Inspektur Cruizzes mengangguk sebentar lalu keluar dari ruangan Mrs. Despard. Mrs. Despard mengembuskan napas lega. Ternyata tidak mengerikan seperti yang ia bayangkan. Hanya menjawab pertanyaan Inspektur Cruizzes sesuai yang ia tahu saja. Mrs. Despard menyenderkan tubuhnya dan memejamkan matanya perlahan.
~ Murder In St. Greal ~
W. S.