Kalium Sianida

677 100 21
                                    

Mrs. Despard mengusap peluh di dahinya dan memandang ke luar jendela ruangannya dengan sedih. Ia memandangi pantulan dirinya di kaca jendela yang memburam karena embun. Mrs. Despard menyadari, tak ada lagi dirinya yang gemuk dan ceria. Kini pipinya tirus, kerutan di wajahnya semakin bertambah dan mata sayunya memancarkan kesedihan. Lalu matanya beralih pada pemandangan di depannya.

Kabut tipis yang tadi menyelimuti jalan raya kini telah hilang digantikan oleh tetesan air yang turun perlahan-lahan.

Langit semakin gelap. Semakin lama hujan semakin deras dan suaranya terdengar tidak menentu. Angin pun berhembus dengan kencang. Batang-batang pohon bergesekkan dengan kasar sehingga menimbulkan suara yang menakutkan.

Mrs. Despard cepat-cepat menutup jendelanya dan menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia menarik napas dalam-dalam dan memejamkan matanya, kemudian membukanya. Lalu memejamkannya lagi dan begitu seterusnya sampai ia merasa bosan.

Mrs. Despard berdiri dan melangkah ke sisi lain ruangan. Ia agak menyeret kaki kirinya karena terasa berat. Pada saat itu juga pintu ruangannya terbuka dan seorang lelaki berwajah kaku masuk dengan terburu-buru.

Mrs. Despard terjerembab ke belakang dan memekik pelan karena kaget. Ia sedikit memaki pada dirinya sendiri lalu berdiri, sehingga lupa untuk menyalami Inspektur.

"Oh pardon, Madame," kata Inspektur Cruizzes. "Saya tidak bermaksud membuat Anda terkejut."

"Tak apa, Inspektur. Oh tidak. Anda saja yang duduk, saya lebih suka berdiri. Berdiri itu menyenangkan," jawab Mrs. Despard dengan senyum yang dipaksakan lalu kembali memaki dirinya sendiri.

"Jadi, saya akan langsung bertanya kepada Anda. Bagaimana bisa Anda menyimpan racun berbahaya di tempat seperti ini?" tanya Inspektur.

"Saya juga tidak tahu mengapa ada racun di sini. Sama seperti kasus sebelumnya, saya juga tidak mengerti dari mana datangnya pisau itu," jawab Mrs. Despard.

"Dan yang pertama kali menemukan korbannya adalah Rebecca? Untuk yang kedua kalinya?"

"Ya," jawab Mrs. Despard sambil menarik napas. "Dia lagi yang pertama kali menemukannya. Dan-"

Pintu terbuka lagi dan Opsir Robert masuk bersama Rebecca. Mrs. Despard memekik lagi dan mundur beberapa langkah. Sudah kedua kalinya ia terkejut.

"Saya ingin menyampaikan laporan mengenai kasus ini. Korban bernama Maria Theresia Beresford. Seperti dugaan Anda, ia tewas 12 jam yang lalu atau tepatnya pukul 9 malam. Sudah dipastikan ia tewas karena dibunuh. Karena ditemukan luka di kepala bagian belakangnya akibat dipukul dengan benda tumpul," Opsir Robert berhenti sesaat untuk mengatur napasnya.

"Tim forensik menemukan kemasan racun tersebut di lorong gedung bagian utara, tergeletak begitu saja. Nanti tim forensik akan memeriksa kemasannya, mungkin ada sidik jari yang tertinggal di sana. Sedangkan senjata pemukulnya belum ditemukan. Sampai sejauh ini ada pertanyaan, Inspektur?" tanya Opsir Robert.

'Gedung bagian utara...,' batin Inspektur.

"Tidak. Lanjutkanlah," kata Inspektur.

"Racun yang digunakan dalam kasus ini adalah Kalium Sianida. Mungkin pelaku memakai racun tersebut karena mudah didapat di pasaran. Sebagian besar racun ditemukan di dalam minumannya. Dan mungkin ini terkesan aneh bagi Anda, tapi racun juga ditemukan di permukaan keju. Korban langsung tewas setelah meminum minumannya dan mengalami sesak napas internal karena Sianida mencegah sel-sel darah merah dalam proses penyerapan oksigen-"

Kalimat Opsir Robert terpotong karena Mrs. Despard memekik lagi untuk yang ketiga kalinya, "maaf, silahkah dilanjut."

Opsir Robert menarik napas panjang lalu berbicara kembali, "menurut Nyonya Despard, yang pertama kali menemukan mayat korban adalah Rebecca Walgrave, sama seperti kasus sebelumnya. Mungkin Anda bisa meminta keterangan dari Rebecca, Inspektur."

"Baiklah, lanjutkan pencarian senjata pemukulnya!" seru Inspektur. Opsir Robert hanya membungkukkan tubuhnya lalu keluar dari ruangan Mrs. Despard.

"Kau keberatan jika aku memintamu untuk menceritakan kejadian tadi malam?" Inspektur menatap Rebecca dengan tajam.

"Ti-tidak, Inspektur. Waktu itu saya dan Emily masuk ke dapur untuk mengambil keju. Tetapi, di dapur juga ada Maria, Judith dan Miranda. Jadi saya dan Emily tidak kadi mengambil keju dan hanya berbincang dengan mereka sebentar kemudian keluar, sedangakan mereka bertiga masih di dalam," Rebecca menundukkan kepalanya supaya tidak menatap Inspektur.

"Pada pukul berapa itu, Rebecca?"

"Saya dan Emily pergi ke dapur sekitar pukul 8, lalu keluar dari sana setengah jam kemudian."

"Lalu kalian kembali ke kamar masing-masing?" tanya Inspektur.

"Benar, Inspektur. Lalu saat pukul 9 pagi tadi saya ke dapur untuk mengambil keju yang semalam dan menemukan mayat Maria."

"Benar begitu, Madame Despard?" kini pandangan Inspektur beralih kepada Mrs. Despard.

"Be-benar, Inspektur. Saya memang mendengar suara teriakkan Rebecca dari ruangan saya. Dan itu terjadi pada pukul 9 lewat 10 menit. Saya ingat sekali karena saya sempat melihat jam dinding di ruangan saya," jawab Mrs. Despard.

"Baiklah kalau begitu. Nanti saya akan meminta keterangan dari Judith, Miranda dan Emily," kata Inspektur mengakhiri. Ia berjalan menuju pintu.

"Saya rasa, mungkin Anda sudah terlalu jauh dalam menangani kasus ini. Mereka masih anak-anak," kata Mrs. Despard memperingatkan.

Inspektur Cruizzes menghentikan langkahnya, tetapi tidak berbalik untuk menatap Mrs. Despard, "saya sudah gagal karena tidak bisa menyelamatkan adik saya. Dan saya tidak ingin gagal untuk yang kedua kalinya, Madame."

~ Murder In St. Greal ~
W. S

Yeay alhamdulillah update cepet XD mumpung lagi libur hehe...

Kepsek: "EHEM."

Eh, maksudnya belajar di rumah. Abis belajar, langsung update hehe -__-

Part ini bikinnya dadakan banget, karena idenya tiba-tiba dateng abis dengerin lagu Afterlife sama Heretic :v wkwk. Keep vomments, guys ^^

Murder In St. GrealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang