NEOPHYTE : Para monster penghuni rumah

29 10 18
                                    


"Caaaaaa....."

"Ochaaaaaa....."

Abaikan. Abaikan. Abaikan.

Ocha mencoba merapalkan mantra dalam kepalanya. Mengabaikan teriakan menggelegar dari salah saudara laki-laki.

Dia ingin tidur. Dan tolong untuk siapapun beritahu mereka kalau ini weekend. Sekali lagi ini weekend!

Ocha ingin berirstirahat. Apa tidak cukup memperbudaknnya selama lima hari?! Tidakkah mereka memiliki secuil rasa kasihan dengan dirinya? Astaga, dia sungguh amat sangat lelah. Setidaknya hari ini saja dia ingin menikmati hidup.

GUBRAKKK

Suara tendangan pada pintu kamarnya membuat Ocha terkejut bukan main. Ocha terduduk. Kaget. Tanpa harus menoleh pun dia tau siapa dalang di balik kegaduhan ini. Dasar bocah kurang ajar.

Ditatapnya prihatin pintu kamar yang menjadi korban keganasan salah satu monster penghuni rumahnya. Ocha harus berdoa semoga itu tidak rusak.

"Caaa mati caaaa," Alvaro berujar dramatis. Mengabaikan tatapan sengit yang diberikan oleh saudari kembarnya.

"Apaan?!" serunya galak. Dia tidak peduli. Dia hanya ingin tidur.

"Itu Caaa, mati." Mata Alvaro terlihat berkaca-kaca.

"Siapa yang mati Alvaro Jaya Putra?" sahutnya geram.

"K-kity, Ca."

Kity? Siapa? Seingatnya tidak ada kenalannya bernama Kity. Yang dia ingat cuman Otan. Anjing galak penghuni komplek sebelah. Selain itu Ocha tidak ingat satu pun. Dan jangan menambah. Otan saja sudah cukup membuatnya pusing tujuh keliling.

Entah apa dendam Otan kepadanya. Anjing gila itu selalu mengejar Ocha setiap kali dia ingin membeli bakso mang ujang. Awas saja dia. Ocha akan balas dendam. Ingat, Ocha tidak akan mau berdamai. Titik.

Ocha menghela nafas. Ditatapnya keadaan menyedihkan saudara kembarnya itu. Ck. Firasatnya buruk. Mencurigakan.

Sedangkan Alvaro mencoba membersihkan hidungnya yang meler. Seakan-akan dia adalah makhluk yang paling menyedihkan di muka bumi ini.

Meski curiga Ocha tetap ikut dibuat panik. Saudara kembarnya itu menangis. Jangan lupakan mereka itu saudara kembar. Ikatan batin antara mereka lebih kuat daripada dengan saudaranya yang lain. Emosi mereka sering terkoneksi satu sama lain. Dan itu menyebalkan.

Ocha bergegas turun dari ranjang. Menghampiri Alvaro. Menepuk pelan punggung saudara kembarnya. Menghibur.

"Siapa yang mati Varo?" Tanya Ocha pelan. Mencoba untuk sabar. Demi apapun dia penasaran. Siapa yang mati woi?! Seingatnya semua keluarganya masih sehat walafiat.

"Kity mati Ca!!!" teriak Alvaro histeris. Menyodorkan toples kaca kecil dengan seekor semut hitam yang tergeletak menyedihkan.

Sialan.

"Kemarin dia masih baik-baik aja Ca. Tapi, pas gue cek. Dia udah mati. Padahal gue pengen nyari semut jantan supaya Kity ada pasangannya," lanjut Alvaro dramatis.

Ocha melongo. Otaknya mencoba mencerna. Ada yang salah. Dasar bocah kurang ajar! Dia membuat kegaduhan hanya untuk seekor semut.

Ocha menatap semut malang yang menjadi korban kesekian Alvaro yang katanya pecinta binatang. Dan bagaimana Kity atau siapapun itu tidak mati. Sedangkan dia di masukkan dalam toples yang tertutup rapat. Tanpa udara. Tanpa makanan. Orang tolol pun akan langsung tahu apa penyebab si Kity itu mati! Dasar bocah gila!

Dan satu hal lagi yang membuat Ocha tidak habis pikir. Dari mana dia tau kalau itu semut betina?!

Tarik nafas Ca. Sabar. Sabar. Jangan emosi. Sabar Ca! Mengapa dia mau mendengarkan perkataan saudara kembar gilanya ini. Seharusnya dia tahu ini akan terjadi. Dasar bocah udik..

"Lo, harus bantu gue Ca. Kita harus nangkep pelaku yang udah ngebunuh Kity kesayangan gue!"

Cukup.

Ocha membuka mata. Menatap keadaan Alvaro yang menyedihkan. Memasang senyum terbaik yang dia miliki. Dia harus tetap tenang. Semangat Ca.

Namun bukannya terpesona, Alvaro yang melihat itu malah merinding. Alarm tanda bahaya dalam otaknya berbunyi nyaring. Dia harus melarikan diri. Tapi, Alvaro tidak boleh mundur Kity harus mendapatkan keadilan! Dasar pembunuh kurang ajar!

Ocha mengganguk. Dia tahu apa yang harus dia lakukan. Demi kewarasan yang semakin menipis. Diseretnya Alvaro keluar dari kamarnya. Mengabaikan lelehan ingus yang menempel ditangan Alvaro.

BRAKK

Untuk kedua kalinya pintu kamar Ocha harus menjadi pelampiasan keberingasan dua bersaudara itu.
Alvaro yang diusir secara paksa hanya bisa melongo. Ditatapnya Kity, sisemut hitam.

"Ca, lo gak mau ikutan ngubur Kity?" Tanya Alvaro. Usaha.

"Gak. Kenapa gak lo aja yang mati bego," balas Ocha kesal. Di pijitnya dahinya pelan.

"Astaga Ca, dosa Ca. Pamali," ujar Alvaro tidak terima. Sorry ya, tapi Alvaro masih ingin hidup. Sebelum pelaku pembunuh Kity terungkap dia tidak akan pernah mau mati!

"Pergi lo, atau gue sekalian yang bunuh lo. Dasar anak setan!!!"
teriaknya marah.

Tendangan pada pintu kamar Ocha menjadi penutup manis percakapan kedua saudara kembar itu. Rip pintu kamar. Mengapa harus dia yang menjadi korban pelampiasan.Untuk apapun itu dia merasa dirugikan!

Ocha kembali merebahkan dirinya diatas ranjang. Waktu berharganya harus terbuang sia-sia hanya untuk meladeni hal yang tidak berfaedah. Dasar monster. Awas saja kalau si tengik itu berulah lagi. Jangan harap dia lolos seperti sekarang.

Lama-lama bisa gila gue tinggal disini.

******

Alvaro berjalan menurun tangga sambil mengelus dadanya. Ocha kenapa sih, Alvaro kan cuman ingin menegakkan keadilan. Kenapa saudari kembarnya ini tidak memahami kesedihan yang dia alami. Ocha makin lama makin mirip Otan, anjingnya tante Jubaidah tetangga komplek sebelah.

"Lo ngapain?"

Alvaro menoleh. Itu Alan. Kakak laki-lakinya.

"Nyari pembunuh si Kity. Lo mau ikutan gak?"

Alan menatap miris toples kecil ditangan Alvaro.

"Gak deh gue lebih suka gangguin bubuk teh," ucapnya kalem.

Melangkah menuju lantai dua. Kamar adik kecil kesayanganya. Meninggalkan Alvaro yang menatap sedih si Kity. Lagi. Kenapa tidak ada yang mau membantunya. Si Kity juga kenapa harus mati. Padahal dia sudah memberikan tempat yang nyaman. Daripada tanah kotor penuh kuman. Menyebalkan.

Hei. Jangan salah paham. Alvaro itu baik. Buktinya dia mau mengadopsi Kity menjadi peliharaannya sejak satu hari yang lalu! Alvaro hanya ingin melestarikan ciptaan Tuhan yang maha kuasa. Ingat itu.

"ALANNN OGEBB!!! KELUAR LO SEKARANG DARI KAMAR GUE! DASAR MONSTER BURUK RUPA!!!

Teriakan menggelegar Ocha kembali membuat Alvaro tersentak kaget. Alvaro mengangguk - anggukkan kepala. Persis seperti boneka didashboard mobil papanya. Emang gak ada yang waras dirumah ini kecuali dirinya. Alvaro bersiul pelan. Menuju kamar Aska saudara tertuanya. Alvaro harus mencari sekutu!

**********
Follow IG @jesilyy_

Sumut, 15 Maret 2022

NEOPHYTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang