Typo bertebaran. Happy reading.
*****
Emang susah jadi orang cakep!
~Alan
*****
Suasana heboh terlihat di lapangan basket SMA Tunas Bangsa. Permainan basket berhasil menarik atensi seluruh penghuni sekolah. Terkhusus bagi para kaum hawa.
Mereka tidak mungkin menyia-yia kan kesempatan untuk melihat tim basket putra yang menjadi kebanggaan sekolah. Yang di setiap turnamennya selalu memperoleh kemenangan. Prestasi tim basket mereka tidak perlu di pertanyakan lagi.
Tidak. Sebenarnya itu bukan alasan utama yang membuat mereka rela berteriak keras tanpa memperdulikan tenggorokan yang mungkin akan sakit atau perut kroncong yang minta diisi. Ocha jelas tahu akan hal itu. Mereka hanya ingin cuci mata. Kapan lagi mereka bisa melihat kumpulan pria tampan bermandikan peluh secara gratis? Otak mesum. Jangan pikir Ocha tidak tau akan hal itu.
"Aaaaa Alvaro cakep banget gak sih?!!!" teriak salah seorang siswi.
Membuat Ocha tanpa sadar menoleh. Menatap malas kumpulan siswi yang berteriak heboh. Mereka tidak sedang kesurupan kan?
"Iyaaaa, mana senyumnya manis banget."
Sepet mbak. Sadar please.
"Kak Leo juga kok makin ganteng pengen gue bawa pulang!" seseorang kembali berteriak.
Tanpa diberi komando pandangannya mengarah pada sosok yang jadi bahan pembicaraan. Ocha berdecih. Laki-laki itu sama saja. Dia sahabat Alan. Dan kelakuan mereka sebelas dua belas. Dia masuk daftar orang yang akan Ocha singkirkan jika ada kesempatan.
"Alvaro yang main, kok gue yang sesak nafas ya," ucap dramatis seorang siswi.
Idih. Ocha memutar bola matanya jengah. Sepertinya mereka perlu periksa ke dokter. Kewarasan mereka patut dipertanyakan.
"Ca, kembaran kamu udah punya pacar gak?"
Ocha menoleh. Menatap Zoya temen sebangkunya. Gadis itu terlihat imut dengan bando pink dikepalanya. Gadis yang menjadi sahabatnya sejak awal masuk SMA. Teman pertama yang sialnya penggemar Alvaro garis keras. Mungkin Zoya harus ikut diperiksa juga?
"Gak," jawabnya cuek.
Ocha menatap Alvaro yang terlihat kelelahan. Cih. Ocha benci membicarakan ini. Tapi, saudara kembar gilanya itu adalah salah satu anggota inti tim basket yang digandrungi para kaum hawa.
Dia memiliki banyak penggemar. Ocha kadang bertanya-tanya bagaimana jika mereka tau sifat asli dari pria yang mereka kagumi itu. Alvaro hanya psikopat cengeng berkedok pecinta hewan.
"Ca, jodohin aku sama Varo dong? Ya? Ya?" Zoya memelas. Gak. Mana mau Ocha merelakan teman imutnya ini bersama psikopat gila itu!
Kalau saja Zoya tidak memaksa atau lebih tepatnya menyeretnya untuk datang kesini. Merengek dan memelas padanya, Ocha tidak pernah akan mau. Dia memilih untuk kekantin. Dia lapar. Perutnya lebih penting daripada mendengarkan teriakan para siswi yang merusak telinga. Berisik!
Merasa diabaikan Zoya mencebikkan bibirnya. Cemberut. Ocha selalu seperti ini. Selalu menggabaikannya jika berbicara tentang Alvaro. Kalau itu Zoya, pasti dia seneng. Kapan lagi memiliki saudara tampan yang bisa di pamerin. Huh. Menjadi anak tunggal memang menyebalkan.
Zoya kembali menatap Alvaro. Laki-laki itu tampak memukau dengan balutan seragam tim basket. Senyumnya kembali merekah.
Ocha memperhatikan Zoya dalam diam. Dia merasa kasihan. Zoya butuh pencerahan. Realita lebih kejam daripada khayalan. Dia harus tau Alvaro yang dia lihat di sekolah itu hanya harapan semu. Tidak nyata. Laki-laki itu tidak lebih dari monster gila yang menyebalkan. Wajahnya hanya sedikit lebih baik dari monster lainnya. Hanya sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEOPHYTE
Teen FictionSejak kecil Ocha sadar bahwa pria dengan wajah tampan adalah musibah! Mereka itu merepotkan, menyebalkan dan yang paling harus dia hindari selain Otan anjing galak komplek sebelah. Tiga saudaranya adalah buktinya nyata yang patut di pertimbangkan...