Berubah

4.6K 371 45
                                    

"Jangan menatapku seperti itu, kita sudah bersama selama seminggu terakhir. Kamu akan menjemputnya kan?" Samantha memasang wajah yang tak mengenakkan. Ketika ia akan keluar dari mobil, Ares lebih dulu mengangkat wanita itu ke pangkuannya.

"Kamu mulai cemburu?"

"Aku nggak cemburu!"

"Jujurlah sayang!" Ares mengecup bibir kekasih gelapnya itu dengan lembut.

"Setelah perceraianku kita akan selalu bersama. Ayo kita ucapkan selamat tinggal!" Desisnya seraya menyingkap rok span kekasihnya, lalu membuka celananya sendiri hingga ke paha.

*Adegan dihapus

*****

"Kamu kemana aja sih? Kenapa begitu lama?" Delia membentak Ares dengan teriakan keras.

"Macet!"

"Sampai empat jam lebih?"

"Aku mandi dulu tadi, maaf sayang." Ares hanya mengusap rambut Delia tanpa memohon ampun seperti biasanya.

"Sejak kapan kamu mandi setelah bekerja?"

Ares tersenyum saja. Jika ia tidak mandi, Ares yakin tubuhnya akan penuh dengan cairan cintanya bersama Samantha.

"Memangnya tidak boleh aku memulai kebiasaan baru?"

"Terserah!" Delia yang masih merasa kesal langsung meninggalkan Ares bersama kopernya dan tas-tas belanjanya.

"Setidaknya bantulah aku Delia." Teriaknya memanggil sang istri.

"Biasanya kamu yang bawa semuanya, kan? Kamu kenapa sih Ares?"

"Ya kamu bisa kan bantu bawa satu atau dua tas belanjaan! Koper kamu aja tiga! Ngertiin aku dong!"

"Kenapa sih kamu banyak berubah? Kemarin bahas anak, sekarang enggan membantuku. Dari kita kecil kamu selalu membawakan barang-barangku! Kamu selalu memanjakanku" Delia memasang wajah sedihnya.

"Ini hanya masalah barang bawaan Delia, astaga! Yasudah kamu langsung ke mobil, biar aku yang membawa semuanya."

Setelah Ares mengatakan hal itu, Delia langsung tersenyum seraya mengecup pipi suaminya dan berlarian menuju mobil.

Ares kembali membandingkan Delia dengan Smantha yang sangat jauh berbeda. Samantha lebih mandiri dan dewasa dalam menyikapi segala hal. Samantha tau kapan saatnya manja dan tidak. Sepertinya perasaanya untuk Delia memang sudah benar-benar pudar.

****

Sesampainya dirumah Delia langsung mengoceh seperti biasanya. Alih-alih bertanya bagaimana kabarnya setelah seminggu ditinggal pergi, wanita itu membahas dunia modelingnya selama di Paris.

"Kamu tahu, karena project ini aku dapat tawaran main film dari perusahaan ternama. Bakalan ada tiga season! Dan kamu tahu siapa yang akan dipasangkan denganku? Nick Barreley! Aku bertemu dia saat fashion show!" Delia memeluk Ares sambil tertawa bahagia.

"O ya? Jadi kamu akan pergi lagi?"

"Sebulan, di Prancis. Aku sudah menandatangani kontrak. Bonusnya besar-besaran sayang! Namaku pasti akan semakin bersinar. Benar kan? Aku senang sekali!" Delia kembali memeluk dan mencium suaminya mesra.

Ares hanya tersenyum kecut, dan mengabaikan segala perkataan Delia yang selalu membosankan. Ares baru sadar jika selama ini ia lebih pantas disebut pajangan dan supir daripada suami.

"Kok kamu senang nggak sih? Kenapa kamu seperti tidak bersemangat?"

"Aku senang sayang, aku hanya sedikit lelah." Jawab Ares singkat dengan senyuman yang cenderung dipaksakan.

"Apa kamu masih marah soal anak?" Tanya Delia tajam.

"Aku masih kesal, bukan marah." Jawab Ares seadanya.

"Jika kamu ingin anak kenapa dari awal mengajakku menikah? Kamu sendiri yang sepakat dengan persyaratanku!"

"Apa aku kurang memberimu waktu? Delapan tahun itu bukan waktu sebentar. Aku pikir kamu akan bersedia membangun rumah tangga kecil denganku, seiring berjalannya waktu. Tapi ternyata hanya karir yang paling penting untukmu l."

"Ares menikah itu untuk mencari pasangan hidup yang akan selalu menemani dan support. Bukan memaksa untuk mempunyai anak! Anak itu bukan prioritas pertama dalam pernikahan."

"Sudahlah Delia, aku malas!"

"Aku juga malas bertengkar karena hal sepele ini! Kamu selalu menuntutku! Kamu pikir karir modelku akan bertahan jika aku memiliki anak sekarang?"

"Aku memang tidak sepenting itu untukmu, bukan?"

"Kamu membuatku tidak mood berada dirumah! Aku akan pergi ke tempat Vivian!" Delia mengambil tas dan kunci mobil. Vivian adalah adik dari Delia. Setiap mereka bertengkar, tempat yang selalu Delia kunjungi memanglah rumah adiknya itu.

"Okey pergilah! Tidak usah lagi peduli dengan pernikahan ini. Semua sudah berkahir!" Lirih Ares, ia juga mengambil kunci mobilnya dan berniat menginap ditempat Samantha malam ini.

Delia menangis tersedu karena ternyata Ares tidak mengejarnya sama sekali. Ares tidak sepeduli dulu, padahal sejak mereka kecil pria itu selalu menurut dan memanjakannya. Delia sedikit shock dengan perubahan Ares yang begitu drastis.

"Kamu berubah! Aku membencimu!" Ujarnya dengan tersedu-sedu.

Dan sesampainya Delia dirumah adiknya, ia langsung memeluk Vivian dengan erat.

"Ada apa?" Tanya adiknya terkejut.

"Ares berubah! Dia bahkan tidak mengejarku Vivian! Biasanya dia selalu mengejarku sampai rumahmu kan? Membujukku pulang?"

"Kakak, memangnya ada masalah apa?"

"Dia akhir-akhir menekanku untuk memiliki anak! Kamu tahu sendiri kalau karirku tidak akan mendukung hal itu! Aku juga tidak akan siap melahirkan!"

"Bukankah dari awal Ares sudah setuju dengan hal ini?" Vivian bertanya dengan wajah heran. "Malahan dia yang memaksa menikah kan? Dia setuju dengan apapun yang kakak katakan?"

"Entahlah, aku kesal sekali!"

"Apa ada wanita lain?"

"Aku tidak akan terima jika itu benar. Ares hanya milikku, Vivian!" Tegas Delia. "Kita sudah bersama hingga puluhan tahun! Aku nggak bisa kehilangan dia!"

"Kita harus mencari tahu. Kita hempaskan perempuan itu jika benar, kak!"

"Tapi Ares itu sangat setia Vivian, dia tidak akan seperti itu. Bahkan dia selalu menjagaku dari sejak kita masih sekolah. Dia tidak mungkin selingkuh kan?"

"Kakak, aku juga tidak tahu! Kita cari tahu semuanya pelan-pelan. Lagipula jika Ares ingin anak kenapa tidak memberikannya demi keutuhan hubungan kalian?"

"Vivian, aku tidak mau! Punya anak itu sangat menakutkan! Tubuhku akan gendut, karirku akan berkahir, dan aku tidak akan bisa berkumpul dengan teman sosialku! Pamorku pasti akan turun!"

"Sudahlah kak jangan dipikirkan. Mungkin Ares hanya marah sebentar karena kakak tidak ingin punya anak. Nanti juga kembali lagi. Ares selalu seperti itu kan?"  Vivian menenangkan.

"Iya, kamu benar." Jawab Delia percaya.

*****

Delia terlalu percaya diri :(

*****



Seducing My BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang