2 - Berpencar tanpa pancar

0 0 0
                                    

Sementara di arah barat ada David, Meli, Bayu.

"Ini semua gara-gara lu vid!" Bentak Bayu.

"Ko lu jadi nyalahin gua?!" David tak terima.

"Heh ko kalian malah berantem! Udah, nasi udah jadi bubur. Sekarang kita cara Fani sama Reni habis itu kita pulang." Ucap meli.

"Kalo si David gak maksain sore, kita sekarang lagi di rumah masing-masing. Gak perlu gelap-gelapan kayak gini." Gerutu Bayu.

David malas menanggapinya, ia hanya memutar bola matanya dengan malas.

Sementara di sebelah timur ada Elsa, Tasya, Rendi dan Farel. Mereka berjalan dengan hati-hati menggunakan penerangan dari ponsel Tasya.

Cahaya flash mulai meredup hingga mati total dan semuanya menjadi gelap tanpa pencahayaan sedikit pun.

"Yahh ko mati!" Kesal Tasya dengan terus memencet tombol power agar ponsel nya hidup.

"Kenapa?" Tanya Elsa.

"Hp nya lowbat." Balas Tasya dengan lesu.

Farel mencari ponsel miliknya di saku celana, namun tak kunjung ketemu.

"Ahh anjing! Hp gua di tas!" Umpat farel dengan emosi.

"Tasnya sekarang mana?" Tanya Elsa

"Di jok motor." Balas farel.

"Wah nyari perkara lu ya, hp ko di taro di jok, kalo meledak gimana?" Ucap Rendi.

"Gatau lah gua." Pasrah farel.

Tasya berjalan dengan pelan tanpa penerangan, ia meraba sekitar untuk mencari tembok atau yang bisa ia jadikan pegangan. Namun, belum beberapa langkah kakinya terpleset dan ia terjatuh.

"Auwwhhh shhh" ringis Tasya.

"Eh sya? Lu kenapa?" Tanya Elsa yang mendengar ringisannya.

"G-gua gak gapapa ko, ini kepleset doang. Maklum lah bangunan tua, licin." Balas Tasya.

Tangan Tasya meraba lantai untuk mencari pegangan namun ia merasa ada yang aneh dan ia mencium bau amis.

"Guys?" Panggil Tasya

Mereka membalas panggilan Tasya dengan deheman.

"Gue butuh penerangan." Ucap Tasya dengan jantung yang sudah berdebar.

Rendi meraba sakunya hingga ia menemukan senter permen.

"Nah, ketemu. Mayan nih senter permen walaupun cahayanya dikit." Rendi menyalakan senternya. Sedikit ada pencahayaan dengan takut Tasya melihat apa yang ia pegang. Dan Tasya terperanjat kaget melihat kepala seorang perempuan yang terpisah dari badannya.

Tanpa berteriak Tasya berdiri dan memeluk Elsa. Elsa menatap Tasya dengan aneh.

"Lu kenapa?" Tanyanya.

"F-fani sa f-fanii hiks" Tasya terbata dengan menahan tangis.

"M-maksud lu?" Bingung farel.

Dengan cepat Tasya mengambil senter milik Rendi dan mengarahkan pada tubuh Fani yang sudah terpisah. Jelas, mereka shock dan terdiam.

"Gak! Gak mungkin! Ini bukan Fani!" Rendi tak terima ia mendekati kepala Fani untuk memastikan dan ternyata memang benar. Itu kepala Fani.

Rendi terduduk dengan lemas menatap teman sekelasnya yang sudah terpisah dari badannya. Fani walaupun ngeselin dan suka nagih uang kas di kala jam istirahat tetapi ia tetap teman terbaik kami. Farel dan Elsa ikut berjongkok memastikan.

Kematian dan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang