3 - Pertumpahan

2 0 0
                                    

Freya, Rey, Dimas, dan Tasya berjalan menyusuri tangga darurat yang terletak di ujung lorong. Mereka saling berpegangan karena gelap dan tidak ingin sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Mereka telah sampai di lantai 3. Mereka memperhatikan sekeliling dengan hati-hati.

"Ren? Lu dimana? Keluar Ren!" Teriak Tasya.

Kini mereka saling bersahutan memanggil Reni. Namun, sama sekali tidak ada sahutan. Mereka menyusuri ruangan kecil dengan hati-hati. Karena banyak sekali kaca yang berserakan sehingga takut tak sengaja terinjak dan membuat luka.

"Gua yakin si Reni lagi ketakutan. Dia kira-kira sembunyi dimana ya?" Tanya Dimas yang sama sekali tidak di tanggapi.

ssssrrttttttt

Suara besetan dari parit menggema di seluruh ruangan. Kepala Tasya terputus dari lehernya dan menggelinding entah kemana.

Mereka bertiga shock dan langsung memeriksa sekitar.

"Tasyaaa hiks" Freya terisak mendekati badan Tasya.

"Anj dimana Lo! Bangsat! Keluar!" Umpatan Dimas menggema di seluruh ruangan.

Dimas dan Rey segera menyusuri sekitar untuk mencari siapa pembunuh dibalik semua ini.

Freya meratapi tubuh Tasya yang bersimbah darah hingga ia lengah. Lengan Freya di tarik seseorang membuat Freya tak sempat meminta pertolongan karena dengan cepat seseorang berjubah hitam itu melempar Freya ke arah eskalator yang telah rusak. Tubuh Freya tersangkut. Freya melihat ke atas untuk melihat lebih jelas namun orang berjubah hitam itu telah pergi.

Dimas dan Rey kembali ke tempat semula namun mereka tidak menemukan keberadaan Freya.

"Freya kemana dim?" Tanya Rey dengan panik.

"Gua gak tau tadi kan dia di sini." Balas Dimas yang tak kalah panik.

"Freyy? Freyaa kamu dimana?" Teriak Rey dengan berlari mencari Freya.

"Freya? Lu dimana? Jangan bikin kita khawatir!" Teriak Dimas sembari berlari mengikuti Rey.

Freya berusaha bangkit untuk keluar namun tubuhnya terjepit. Ia berada di tengah-tengah eskalator sehingga tidak memungkinkan untuk naik atau turun.

"Freyaa" teriakan Dimas dan Rey terdengar oleh Freya.

"Itu suara Rey sama Dimas?" Gumam Freya.

"I'm here" teriak Freya agar Rey dan Dimas menolongnya.

Rey berlari ke arah eskalator setelah mendengar suara Freya. Rey menatap khawatir melihat Freya dalam kondisi seperti itu. Dengan cepat Rey turun dan membantu Freya. Cukup memakan waktu sekitar 5 menitan agar Freya terlepas dari jepitan. Setalah terlepas Rey langsung memeluk Freya dengan erat. Dan mengecek kondisi Freya.

"Are you okay? Kenapa bisa disini?" Tanya Rey dengan panik.

"Orang itu lempar aku ke sini Rey." Balas Freya.

Dimas melihat Freya telah terlepas dan segera menyuruh agar mereka cepat naik.

"Woii ayo buruan!" Ajak Dimas.

Rey membantu Freya untuk naik ke atas. Setelah mencapai atas barulah Dimas membantu Freya dan Rey ke tempat yang aman.

"Frey, ko lu bisa disitu sih?" Tanya Dimas dengan cemas.

"Gue di lempar sama orang itu." Balas Freya.

"Hah? S-siapa?" Tanya Dimas.

Freya meringis merasakan tubuhnya terasa ngilu,"orang berjubah item, gue gak liat jelas siapa orangnya."

"Tempat ini gak beres. Temen kita udah jadi korbannya. Apa yang harus kita lakuin sekarang?" Tanya Dimas.

Rey dan Freya menggeleng tidak tahu. Dimas mengacak rambutnya frustasi.

***
Nabila, Rendi, Haris dan Marsha menyusuri ruangan yang gelap. Mereka berjalan dengan perlahan.

"Reni? Lo dimana?" Teriak Marsha.

Ssssrrttttttt

Belum sempat Marsha berbalik sebuah parit menghantam perutnya hingga terpisah menjadi dua. Mereka bertiga shock hingga sebuah parit menghantam leher Haris hingga terputus dengan tubuhnya.

Nabila histeris melihat kedua temannya tergeletak bersimbah darah. Rendi dengan cepat melindungi Nabila. Dan menarik tangan Nabila menjauhi tempat tersebut.

Rendi berlari dengan menarik tangan Nabila yang lemas. Rendi melihat sebuah ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka. Dengan cepat Rendi menarik Nabila memasuki ruangan tersebut.

Didalam ruangan kosong dan gelap itu Nabila terduduk dengan lemas.
Rendi bersandar pada tembok dengan   fikiran yang kacau.

"Kenapa Lo narik gue ren? Kenapa Lo ninggalin Haris sama Marsha?" Cerca Nabila dengan terisak.

"Kalo gue gak narik Lo, Lo sekarang udah mati kayak mereka. Sorry, gue egois tapi ini demi keselamatan kita. Waktunya terlalu singkat buat gue lindungin mereka." Rendi bernapas dengan berat.

Nabila terdiam dengan pikiran yang berkecamuk.

Lily, Salman, Raffi dan Nina berjalan dengan santai. Sesekali Salman membuat candaan untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang.

"Kira-kira si Reni ngumpet Dimana ya? Hahaha tu cewe emang cupu sih hadehh coba aja gak ninggalin Fani. Gak beribet ini kita nyari-nyari." Ucapan Raffi di tanggapi dengan candaan oleh Salman.

" Kayak nya dia takut ketemu lu hahaha secara mulut lu jahat banget. Udah kayak mie dower sambel geledek."

Raffi melihat Salman dengan sinis dan menimpuk kepalanya dengan tangannya. "Bangsat! Gak lucu!" Kesal Raffi.

"Yeee siapa juga yang ngelucu." Balas Salman.

"Ck, udah napa kalian malah adu mulut!" Lerai nina

"Tau ni mereka berdua gak Dimana mana kerjaannya ribut terus." Balas Lily dengan kesal.

"Yaela gua cuma nyairin suasana biar gak tegang." Balas Salman.

"Bukan waktunya. Lu liat sikon kek! Temen kita mati!" Sentak Nina dengan kesal.

"I know, but kita jangan terlalu larut dalam kesedihan." Balas Raffi.

"Sick banget lu berdua!" Umpat Lily dengan emosi.

Di tengah perdebatan mereka yang sama sama tengah lengah hingga tak menyadari sebuah parit menghantam kearah Raffi, Salman dan Nina hingga tubuh mereka berceceran kemana mana dengan darah yang terus memuncrat. Tubuh Lily terkena cipratan darah mereka. Lily terjatuh dengan lemas melihat ketiga temannya mati di depan matanya sendiri. Lily mundur dengan perasaan yang kacau.

Jason, Elsa, Meli dan Uman Berlari ketika mendengar suara keributan yang di hasilkan oleh Haris, Salman, Nina dan Lily. Mereka segera menghampiri sumber suara.

Lily mundur perlahan dengan tubuh bergetar. Lily memperhatikan sekitar yang di penuhi dengan darah yang memuncrat. Lily termenung menatap teman-temannya dengan perasaan takut. Dengan cepat Lily bangkit dan mundur perlahan. Lily memutuskan untuk pergi dan keluar dari tempat terkutuk ini. Ia tidak memikirkan orang lain, ia fokus untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Jason, Elsa, Meli dan Uman telah sampai pada sumber suara. Namun, mereka tidak menemukan keberadaan seseorang. Jason menyusuri sekitar untuk mencari keberadaan teman-temannya.

Uman berjalan perlahan hingga kakinya tak sengaja tersandung sesuatu. Dengan penasaran Uman mengarahkan senter ke bawah dan Uman mundur perlahan melihat apa yang barusan ia sandung.

"G-guys c-come here!" Teriak uman dengan terbata.

Jason berlari menghampiri Uman disusul oleh Elsa dan meli. Mereka ikut shock melihat teman-temannya bersimbah darah.

Ssssttt

Suara besetan parit pada lantai memenuhi ruangan. Mereka melihat sumber suara dengan orang berjubah hitam berjalan perlahan mendekati mereka berempat.

Dengan cepat Jason menarik mereka agar segera berlari. Mereka berlari ke arah tak menentu hingga saling berpencar. Orang berjubah hitam mengikuti Meli dan Elsa.

TBC 🕯️

Kematian dan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang