5 - Belah duren?

0 0 0
                                    

Uman menganggukkan kepalanya,"Tapi mereka gamau ikut gue buat keluar dari sini. Mereka masih mau nyari temen-temen yang lain. Yang belum tentu mereka masih selamat." Ucap Uman.

"Gue ikut. Gue juga pengen pulang." Mohon meli yang di setujui Uman.

Kini, Uman dan meli melanjutkan perjalanan mencari pintu keluar.

Jalan yang mereka lalu sangat minim cahaya. Mereka lewati lorong yang begitu gelap dan pengap dan hawanya semakin panas.

Sretttt

Sebuah celurit melesat disamping Uman. Uman dan meli melihat sekitar dengan perasaan was-was. Uman mendorong meli hingga terjatuh disamping celurit yang melesat tadi. Tak di sangka sebuah golok berhasil membelah badan Uman. Tubuh bagian kiri mengenai meli. Meli menghempas tubuh Uman yang penuh dengan darah. Meli mundur dengan takut. Ia menangis karena ia sekarang sendirian. Dengan cepat meli berdiri dan berlari entah kemana. Suasana yang gelap dan sedikit pencahayaan membuat meli tidak bisa melihat dengan jelas benda apa saja yang ia lewati. Hingga ia tersandung dengan golok yang menancap indah di bagian perutnya. Meli mengeluarkan banyak darah dari mulut dan perutnya.

Terlihat dari kejauhan seorang siswi berpakaian seragam yang sama dengan mereka berlari dengan frustasi. Ia menangis sembari mengacak-acak rambutnya layaknya seseorang yang mengalami depresi. Lily, orang itu adalah Lily.

Lily berlari hingga kakinya terhenti di depan temannya. Lily melihat darah disekelilingnya, napas Lily tidak beraturan. Dengan takut, Lily memastikan siapa orang yang berada di depannya hingga Lily kaget dan semakin ketakutan. Mengetahui orang itu adalah meli dengan perlahan Lily mundur dan lari entah kemana.

"Hiks hiks t-tolong hiks tolong gue hiks" Lily berlari dan tak henti-hentinya ia meminta tolong.

Lily berlari tak tentu arah. Dari depan, Lily dapat melihat ada ketiga temannya yang memakai seragam tengah berjalan dengan penuh kehati-hatian.

Lily berteriak agar mereka dapat mendengarnya,"Guys? Ini gue, Lily. tunggu!" Teriakan Lily membuat Farel, David dan Bayu terhenti dan melihat kebelakang.

Dengan cepat mereka bertiga menghampiri Lily agar tidak berteriak.

"Sutttt Lo gak boleh berisik." Ucapan farel saat sudah berada di depan Lily.

Lily mengangguk dengan cepat. Tubuhnya yang gemetaran membuat Lily lemas. jikalau Bayu tak menangkap Lily, Lily akan terjatuh.

"Ly, tubuh Lo lemes banget." Bayu perlahan mendudukkan diri dan memegang Lily agar tidak terjatuh.

"Gue takut hiks" ucap Lily dengan lirih.

"Ko Lo bisa sendiri si ly? Yang lain mana?" Tanya David dengan bingung melihat hanya ada Lily seorang.

Lily menggeleng dengan cepat,"mereka udah mati hiks" Lily memegang tangan bayu dengan erat.

"Gawat gawat gawat! Temen kita banyak yang jadi korban! Kita harus gimana?!" Tanya farel dengan khawatir.

David memejamkan matanya sambil menghembuskan napasnya kasar.

"Lily? Lu kuat jalan kan?" Tanya David yang dibalas anggukan oleh Lily.

David membantu Lily berdiri. Lily di papah oleh David dan Bayu. Mereka melanjutkan perjalanan selanjutnya. Mereka berjalan dengan hati-hati dan dengan perasaan was-was. Farel berjalan di belakang mereka. Ia mengawasi sekitar untuk berjaga-jaga bila mana ada serangan dadakan.

Dari ujung lorong Bayu melihat ada beberapa orang disana.

"Eh itu temen kita!" Tunjuk Bayu yang otomatis dilihat oleh mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kematian dan KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang