Walk With Me

51 8 1
                                    

⋇⋆✦⋆⋇
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️


H

ari itu cuaca cukup cerah. Langitnya biru terang, dan dipenuhi dengan gumpalan awan putih yang melayang di udara. Lapangan kampus Jean telah dipadati oleh banyak orang, juga hewan-hewan peliharaan. 

Festival kesehatan ini menyediakan berbagai macam pemeriksaan gratis, baik dari para mahasiswa, hingga para alumni yang bersedia melakukan kerja sosial di festival itu. 

"Sampah numpuk nih, deket gedung Trio" ucap Jean melalui walkie-talkienya. Para panitia bekerja sampai tengah malam, guna mempersiapkan acara ini dengan baik. 

Di balik tirai tenda, Daru tengah bersama dengan seekor kucing betina. Bulunya putih dan cukup lebat, Daru tak henti-hentinya membelai lembut bulu kucing itu. Sejumlah pemeriksaan mendasar ia lakukan, mengingat statusnya yang masih mahasiswa. 

Beruntungnya, kucing ini sangan tenang dan pendiam. Sehingga Daru tidak banyak mengalami kesulitan yang berarti. Setelah selesai, Daru menyerahkan kucing itu kepada dokter hewan yang adalah alumninya sendiri. 

Jean berjalan, setengah berlari, menuju pintu masuk dari festival itu. Mereka kekurangan orang, sehingga Jean perlu mengambil dua peran sekaligus dan bergantian dengan panitia yang lain. Ia duduk di meja registrasi, bertukar posisi dengan kawannya yang telah mengisi tempat itu sejak pagi. 

Sebagian dari keramaian di festival itu merupakan masyarakat umum yang tinggal di sekitar kampus. Jean bersuka, ketika melihat sepasang kakek dan nenek, yang datang dengan penuh antusias untuk memeriksakan kesehatan mereka. 

Jean melirik ke arah tenda tempat Daru berada. Jas putih di tubuh Daru, terlihat sangat cocok, dan keren. Tanpa sadar, bibirnya menyimpul seutas senyum. 

"Jean, itu." Kawannya menunjuk ke arah pengunjung baru yang hendak mendaftarkan diri. Jean mentertawakan dirinya yang tertangkap basah diam-diam memperhatikan Daru dari kejauhan. 

Pukul tiga sore, tenda-tenda itu berubah menjadi kedai makanan sehat. Di atas panggung, sejumlah pemain musik tengah mempersiapkan diri. Jean dan Shilla tengah mengantri untuk mendapatkan semangkuk salad buah sebagai menu makan siang mereka yang sedikit terlambat. 

Shilla menyinggung pelan lengan Jean. Jean menoleh. Shilla menunjuk ke arah panggung dengan dagunya. Jean memicingkan kedua matanya, ia berusaha menangkap maksud Shilla yang mengajaknya berkomunikasi tanpa suara. 

Gerak matanya menemukan Daru, yang duduk di belakang para pemusik lainnya. Masing-masing tangannya memegang stik kayu, yang biasa digunakan untuk bermain drum. 

"Daru anak band?" bisik Shilla. Lagu mulai berkumandang melalui pengeras suara. Beberapa penonton, yang kebanyakan dari mereka adalah mahasiswa, bersorak-sorai menyemangati.

"Hmm, mungkin?" balas Jean. Ia tahu kalau Daru memang gemar bermain alat musik. Entahlah, baru kali ini ia melihat anggota band di kampusnya. 

Jean dan Shilla melangkah mendekat dengan panggung. Jean dapat melihat lebih jelas raut wajah Daru yang baru ia temukan hari ini. Bibirnya komat-kamit, mengucapkan lirik lagu yang sedang dibawakan. Daru terlihat menggemaskan dilihat dari tempatnya berdiri. 

"Eskrim?" Seseorang berbisik cukup dekat ke telinga Jean. Bulunya bergidik ngeri. Jantungnya seperti melewatkan satu, tidak, dua denyut. Hiro dengan senyum khas, yakni senyum jahilnya, membuat tanda 'v' dengan kedua jari di tangannya. 

"Ayo eskrim" ajak Hiro. Jean membuntuti Hiro yang berjalan lebih dulu didepannya. Mereka sampai di sebuah minimarket, yang letaknya bersebrangan dengan kampus. 

About Us (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang