New Project

230 18 2
                                    

⋇⋆✦⋆⋇ 
️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️

“Jean, gue yakin lo pasti mau bantu. Acaranya masih sebulan dari sekarang kok” ujar Shilla kawan kuliahnya melalui speaker telepon ketika Jean tengah merapihkan alat tulisnya.

“Harus banget sama gue? Coba tanya anak yang lain dulu” balas Jean, ia sebetulnya enggan mengikuti ajakan kawannya mengingat saat ini dirinya tengah disibukan banyak deadline.

“Gue kan cuma kenal lo. Lagi mereka juga maunya lo yang isi posisi itu” Shilla saat ini tengah berusaha membujuk Jean dengan amat sangat agar dapat menemaninya menjadi panita acara.

Jean menghela nafasnya, ia pasrah, tidak mampu menolak permintaan Shilla.

“Yaudah, lihat nanti. Gue kelas dulu, see ya” Jean segera mengakhiri percakapan mereka setelah melihat seorang dosen memasuki ruang kelasnya.

Dua jam berlalu, setelah mengamati banyak presentasi hari ini, kelas pun akhirnya usai. Ditandai dengan sang dosen yang memberikan tugas tambahan bagi setiap mahasiswa.

Jean hendak bangkit dari kursinya, ketika seseorang memanggil namanya dengan lantang dari pintu kelas.

“JEEEAAAN!”

Tanpa perlu menanggapi, Jean tahu betul pemilik suara tersebut. Jean melangkah perlahan ke sumber suara, menghampiri Hiro yang telah menunggunya.

“Mari tuan putri” kata Hiro sembari melingkarkan lengannya di pundak Jean. Ia menyapa semua orang ketika keduanya melewati koridor. Tentu saja, Hiro si anak Komunikasi yang dikenal oleh hampir seluruh warga kampus.

“Udah tentuin tempatnya kan? Jangan lama-lama ya Ro” Jean menepis lembut lengan Hiro, dan mulai berjalan mendahuluinya.

Mereka memang begitu, meski hubungan yang terjalin hanya sebatas pertemanan saja. Tanpa sadar, tindakan mereka memicu banyak gosip dan rumor di sekitar area kampus.

Tiba di parkiran motor, Hiro mengambil helm dan memakaikannya di kepala Jean.

“Tumben helmnya dua?” tanya Jean kebingungan, pasalnya Hiro bukan tipe orang yang suka berbagi tumpangan.

“Minjem punya orang” Hiro mulai menyalakan mesin motor, dan mengendarainya menjauhi area kampus. Meninggalkan kepadatan mahasiswa yang saling bersaing satu sama lain, tetapi juga saling menggantungkan diri karena kesesakan mereka serupa.

Setelah berkendara melewati jalan yang dikelilingi dengan bangunan serba menjulang ke atas, Hiro dan Jean akhirnya tiba di taman kota. Disana, terik matahari menyambut keduanya.

“Lo yang bener aja Ro, jam segini kemari” Jean mengeluhkan pemilihan waktu Hiro yang kurang tepat untuk mendatangi taman kota. Bukan main, tengah hari begini dipaksa menikmati alam hijau sembari membiarkan diri terbakar dibawah sinar matahari.

Hiro menarik lengan Jean, membawanya untuk berteduh sebentar di bawah pepohonan rindang. Beruntungnya, mereka tidak perlu duduk beralaskan rumput karena tersedia kursi panjang disana.

“Ngadem dulu lah disini. Lu haus Je?” tanya Hiro sedikit was-was, ia sebenarnya juga sedikit merasa menyesal telah memilih hari dan waktu ini. Dalam hati, ia menyalahkan prakiraan cuaca yang mengatakan bahwa hari ini langit akan dipenuhi dengan awan-awan.

Jean menggeleng. Ia tidak marah, hanya kehabisan kata-kata untuk menanggapi situasi sekarang. Ia bersyukur, tidak mengalami hari seperti ini setiap hari.

Selagi keduanya duduk di bawah pepohonan untuk beberapa saat, matahari akhirnya menyembunyikan diri di balik awan-awan sehingga memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan yang menjadi tujuan awal mereka kemari.

“Coba lo liat sana” ujar Jean memberi arahan kepada Hiro yang tengah berpose sebagai modelnya.

Jean mengambil beberapa potret dari angle yang berbeda melalui kamera ponselnya. Sesekali mereka menepi untuk berteduh ketika terik matahari menyoroti mereka.

“Sip tuan putri, mission accomplished” kata Hiro setelah puas mengamati hasil potret Jean yang semuanya apik. Jean memang gemar fotografi, keahliannya ia dapat dari Shilla yang lebih dulu mengenalkannya ke dunia tersebut.

“Lo mau kemana abis ini? Pulang?” tanya Hiro setelah mereka menghabiskan waktu cukup lama di taman.

“Enggak sih, ada janji sama Shilla. Eh Hiro, anterin gue kesini boleh?” Jean menyodorkan ponselnya kepada Hiro dan memperlihatkan suatu alamat kafe yang letaknya tidak begitu jauh.

Yang ditanya pun hanya mengangguk, menyanggupi permintaan Jean. Toh, lagipula Hiro tidak ada kegiatan lagi sehabis ini.

Membutuhkan setidaknya 10 menit untuk sampa ke lokasi. Jean melambai kepada Hiro yang hendak pulang ke rumah. Melihat langit yang mulai senja, Jean mempercepat langkahnya agar urusannya bisa cepat selesai. 

Shilla dan kekasihnya, Vidi telah menunggu terlebih dahulu di sisi belakang kafe. Jean pergi memesan Strawberry Latte andalannya sebelum akhirnya duduk berdampingan dengan Shilla.

“Tadi aman?” tanya Shilla, berusaha mencari tahu apakah ia berhasil tipsen atau tidak.

Jean mengangguk sembari menyeruput minuman miliknya. Ia mengatur nafasnya terlebih dahulu, sebelum masuk ke diskusi mendalam.

“Project apa? Sama gue bagian apa?” tanya Jean tanpa mengulur waktu dengan basa-basi.

Vidi pun mulai menjelaskan secara detail acara yang hendak diselenggarakan.

Fakultas kesehatan di kampus mereka hendak mengadakan festival, dan membutuhkan setidaknya beberapa orang dari fakultas bisnis serta fakultas lainnya untuk membantu mengelola dan mewujudkan acara tersebut.

Rentang waktu yang tersisa kurang lebih satu bulan. Oleh karena itu, mereka membutuhkan orang-orang yang sudah berpengalaman dan mahir di bidangnya.

“Festivalnya di kampus kak?” tanya Jean.

“Iya, rencananya besok baru mau minta izin rektor buat pake lapangan depan” jelas Vidi.

Jean mengangguk, mengiyakan dirinya akan menjadi bagian dari festival tersebut. Sebetulnya bukan perkara yang sulit, tapi juga tidak mudah.

Di semester lalu, Jean juga kerap kali menjadi panitia dari acara-acara yang diadakan di kampus.

Setelah ketiganya selesai berdiskusi, mereka mengucap perpisahan dan berpisah jalan di depan kafe. Jean pergi menaiki angkutan umum, karena lebih dekat dengan rumahnya.

Hari yang padat itu pun akhirnya rampung. Jean mengistirahatkan seluruh tubuhnya yang letih dengan berbaring di atas tempat tidurnya. Tanpa sadar, ia ketiduran karena kelelahan dan melewatkan makan malam.

️️ ️️
️️ ️️
️️ ️️

⋇⋆✦⋆⋇ 

About Us (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang