04

148 22 1
                                    

Sejauh ini, Rana bertanggung jawab atas empat penulis yang tiga di antaranya sudah berhasil dirinya temui di minggu ini untuk membahas draf naskah bab selanjutnya. Semua pertemuan selalu berjalan dengan lancar dan baik-baik saja. Namun, itu semua tidak berlaku jika bersangkutan dengan perempuan bernama lengkap Anazziya Shaina. Walaupun Ziya selalu berhasil menyelesaikan tulisannya sebelum tenggat waktu, Rana tentu tidak bisa tenang jika perempuan itu sulit dihubungi di saat-saat genting seperti ini. Ziya selalu menghindar jika Rana sudah menagih draf naskah untuk keperluan jadwal terbit bab selanjutnya.

Rana sudah cukup lama mengenal Ziya sejak duduk di bangku SMP. Walaupun tidak terlalu dekat di masa sekolah, Rana jelas tahu perempuan itu memang berbakat di bidang bahasa. Ziya juga merupakan penulis pertama yang berhasil bergabung di NovelPixel. Selama bekerja dengan Ziya, Rana selalu mencoba menemui perempuan itu dengan berbagai macam cara, mulai dari mendatangi rumah hingga tempat-tempat yang menjadi favorit perempuan itu. Namun, Rana juga sering kali berakhir tidak berhasil menemukan Ziya hingga perempuan itu datang dengan sendirinya ke kantor.

"Lo di mana, sih, Zee," gumam Rana yang kembali mendengar suara operator dari ponsel di genggamannya. Lagi-lagi, Ziya tidak bisa dihubungi.

Masih dalam perjalanan dengan ojek online, Rana sesekali memeriksa jam di pergelangan tangannya. Hati kecilnya berharap agar hari ini menjadi hari terakhir pencarian Ziya. Berangkat kerja lebih awal, Rana tidak langsung pergi ke kantor. Tujuan pertamanya di hari ini bukanlah kantor, melainkan Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan harapan bisa menemukan Ziya yang sedang berolahraga di sana. Saat akhirnya tiba di lokasi tujuan, Rana mendapat panggilan masuk dari Aksa yang sepertinya sudah lebih dulu tiba.

"Iya, Sa?" tanya Rana menerima panggilan telepon dari Aksa sembari menyerahkan helm di tangannya pada driver ojek. "Makasih, Pak."

"Lo di mana? Gue masih nyari parkir," tanya Aksa.

"Baru sampe. Nanti lo langsung ke Ring Road aja, ya. Gue tunggu di Gate E," jelas Rana melanjutkan langkahnya menuju area Ring Road Stadion Utama Gelora Bung Karno.

"Oke," balas Aksa yang langsung menutup panggilan.

Sudah dua minggu terakhir ini, Aksa selalu ikut menemani Rana kemana pun perempuan itu pergi. Di kantor, pekerjaan Aksa selalu diperiksa terlebih dahulu oleh Rana sebelum dilanjutkan ke tim yang bersangkutan. Di luar kantor, Aksa juga selalu ikut hadir dalam pertemuan dengan para penulis yang ada di bawah tanggung jawab Rana. Aksa perlu mengenal alur kerja NovelPixel dengan cepat agar lelaki itu juga bisa segera bekerja secara mandiri tanpa bimbingannya lagi. Rana harap menjadi mentor Aksa di masa bimbingan ini bisa segera berakhir karena dirinya tidak ingin berlama-lama terjebak dengan lelaki itu.

"Kita mau ngapain di sini?" tanya Aksa yang kini sudah ketiga kalinya dibuat bingung oleh Rana tidak pernah memberitahu dirinya apa tujuan perempuan itu mengajaknya ke suatu tempat selama satu minggu ini. Ia menyusul berdiri di samping Rana yang sudah lebih dulu berada di Gate E Ring Road Stadion Gelora Bung Karno.

Rana menoleh sesaat pada Aksa yang kini berdiri tepat di sampingnya. Lelaki itu datang dengan pakaian yang lebih santai seperti yang disarankan olehnya. Pekerjaan mereka hari ini akan menghabiskan lebih banyak waktu di luar kantor sehingga Rana menyarankan agar Aksa mengenakan pakaian yang lebih nyaman untuk seharian beraktivitas di luar. Kali ini lelaki itu tidak mengenakan setelan kemeja yang formal seperti biasanya. Aksa yang hari ini Rana temui tampak seperti Aksa yang Rana temui lima tahun lalu dengan balutan kaus putih yang kemudian dibalut dengan jaket jin berwarna dongker. Menyadari jika dirinya terlalu lama memerhatikan lelaki itu, Rana langasung mengalihkan pandangannya.

Tidak menghiraukan pertanyaan Aksa, Rana malah balik bertanya pada lelaki itu, "Lo udah sarapan belom? Kita sarapan dulu aja gimana?"

Aksa hanya tersenyum kecil sebelum akhirnya menyusul Rana kini yang sudah melangkah terlebih dulu meninggalkannya menuju area yang menjajakan makanan dan minuman.

When Eyes Spell the TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang