chapter 17

690 106 63
                                    

Haruto melangkah ke arah kamar Yedam dengan perasaan senang sambil menggenggam seikat bunga mawar di tangannya.

Haruto sudah bertekad untuk membantu Yedam mengingat dirinya dan apa yang pernah mereka jalani bersama.

Tangannya sudah terangkat untuk mendorong pintu, saat pintunya terbuka dan menampilkan sosok Taeyang keluar dari ruangan itu.

Haruto melangkah mundur, sementara Taeyang menatapnya bingung.

"Saya.." Haruto tiba-tiba tergagap. "Saya.. minta maaf, Om. Karena saya, Yedam jadi.."

"Ini semua kesalahan saya. Kamu jangan pernah merasa bersalah." sela Taeyang sambil menarik tangan Haruto untuk duduk di ruang tunggu.

"Dulu, saya sudah melakukan kesalahan dengan memberikan tanggung jawab yang besar kepada Yoshinori."

Haruto hanya mengangguk, melihat Taeyang duduk di sampingnya sambil menghela napas. "Sekarang, saya akan menjaga Yedam sepenuhnya. Dan saya yakin kamu sudah tau tentang keadaan Yedam saat ini?"

"Iya, Om.." jawab Haruto.

"Kalo begitu, biarkan semuanya tetap seperti ini."

"Maksudnya, Om?" tanya Haruto bingung.

"Biarkan Yedam mengingat hal-hal yang seperlunya saja. Kamu paham maksud saya, kan?"

Haruto bisa memahami perkataan Taeyang, tapi hatinya menolak untuk menerima.

"Ini bukan soal kaya atau miskin, tapi ini soal kesehatan Yedam." ucap Taeyang lagi. "Yang penting untuk sekarang adalah masa depan kalian masing-masing."

Haruto menatap bunga mawar di tangannya, lalu cengkeramannya pada batang mawar itu semakin erat. Semua yang dikatakan Ayahnya Yedam memang benar, yang paling penting sekarang adalah masa depannya.

~~~^^~~~

Yedam mengerjap saat melihat Haruto muncul dari pintu dengan senyuman.

"Halo, Dam.. boleh gue masuk?"

Walaupun masih tampak bingung, Yedam tetap mengangguk.

"Gimana keadaan lu?" tanya Haruto sambil menarik kursi, lalu duduk di sampingnya.

"Masih sedikit pusing." jawab Yedam, lantas mengernyit, seperti berusaha mengingat. "Lu--"

"Haruto." jawabnya cepat, "Temen sekelas lu."

"Ah iya, Haruto.." Yedam mengangguk, lalu mengamati ke arah pintu. "Yang lain mana?"

"Yang lain nyusul." jawab Haruto. "Gue ke sini duluan karena.. gue mau buru-buru pulang terus belajar."

Yedam mengangguk lagi sambil menatap ke arah tangan Haruto. "Lu nggak bawa apa-apa buat gue?"

"Gue kan miskin." jawab Haruto sambil terkekeh. "Nggak ada duit buat beliin lu apa-apa. Gue bawa doa aja."

Yedam tersenyum. "Makasih, ya.."

Setelah merekam senyuman Yedam dalam ingatannya, Haruto menghela napasnya lalu berdiri.

"Oke deh, gue balik dulu. Sebentar lagi Ujian Nasional soalnya."

"Good luck, Haruto.." kata Yedam yang masih memamerkan senyumnya. "Gue yakin, lu pasti bisa."

Haruto mengangguk, dan mulai melangkah ke luar sambil menghela napasnya. Setiap langkahnya terasa amat berat, dan dadanya terasa sesak mengingat bahwa mereka berpisah dengan cara yang kejam seperti ini.

Yedam sudah melupakan segala kenangan yang pernah mereka buat bersama dan kenyataan bahwa mereka memiliki perasaan satu sama lain.

Saat keluar dari ruangan, Haruto tersadar bahwa ada seseorang yang mengawasinya di depan pintu.

I For You - [harudam]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang