! MAKE SURE YOU VOTE THIS PART BEFORE YOU READ IT, THANKYOU !
\ \ / /
~¤º¤~KEMBALI dengan tangan hanya memegang balok juga tongkat bisbol setelah perintah diutarakan adalah hal yang paling mencekam. Walau tidak tergambar dalam ekspresi, jantung mereka sudah berdetak tidak karuan begitu sosok berwajah dingin itu menaikkan satu alisnya.
Tak bisa dielak, wajah mereka pasti akan kembali terhias lebam serta luka robekan olehnya.
"Apa semenjak ku beri kalian kebebasan ini yang kalian lakukan?"
Kepala tertunduk. Tak mampu menatap sorot mata tajam dihadapan. Dia berdiri, berjalan ke depan komplotan itu lalu mendudukan diri pada mejanya. "Setelah kuberi kepercayaan, ini yang kudapat?"
Maka setelah merebut kilat balok kayu dari tangan salah satu dari mereka, ia layangkan benda itu pada sosok yang berdiri paling depan. Tubuhnya terhuyung ke samping, pandangannya sedikit memburam namun tetap tunduk. Tidak melawan karena murni ini adalah kesalahannya.
"Maaf."
Lirihan itu dijawab kekehan. Maaf katanya? Sejak kapan dia mau menerima permintaan maaf? Bahkan kata maaf tak ada dalam kamus hidupnya. "Brengsek tidak tahu diri."
Sekali lagi pukulan dilayangkan dan tubuh itu ambruk tidak berdaya. Menyisakan darah yang mengalir dari pelipisnya. Tak ada yang menolong, mereka lebih memilih menunggu titah yang keluar dari mulut lelaki itu daripada bertindak gegabah dan merugikan diri sendiri.
"Bawa pergi, dan jangan pernah tunjukkan wajah dengan tangan kosong. Kalau tidak, kupastikan kalian semua kehilangan kepala."
Ia sudah berekespetasi bahwa Eric akan membawakan salah satu dari mereka, Mingyu atau Haechan karena ia mempercayai sepupunya itu, namun ini sangat mengecewakan. Sungguh, dari semua perjanjian yang terikat, hanya keduanya yang memiliki timbal balik serta jumlah paling besar. Jika menghilang begitu saja, bukan hanya rugi, tapi aliansi bisa hancur.
Tak akan pernah ia biarkan organisasi yang dibentuk dengan susah payah jatuh begitu saja. Sialan! Seharusnya bisa ia baca pergerakan manusia itu sebelum menerima tawaran. Melibatkan dunia bawah tanah yang tergolong kuat bukanlah hal yang mudah. Benar-benar sial!
Begitu sekumpulan itu keluar dengan membawa tubuh Eric, ia langsung menendang kuat sofa disana. Melampiaskan amarahnya. Sungguh, ia bersumpah kalau mendapatkan salah satu dari keduanya, ia pastikan tak satupun dari mereka mampu menghirup oksigen. Brengsek!
Ditengah kefrustasiannya terhadap masalah Haechan dan Mingyu, seorang masuk. Sempat membungkuk memberi salam lalu menyodorkan sebuah foto, yang dimana mengundang pertanyaan dari sang pemimpin.
"Siapa?"
"Na Jaemin, yang membantu Haechan kabur."
Ia tatap kembali wajah itu. Tidak asing, terasa sangat familiar. "Wajahnya tidak asing, apa dia salah satu yang meminjam? Atau target?"
Lelaki itu menggeleng, "tidak salah satunya."
Tidak? Tapi kenapa rasanya mereka pernah dekat? Matanya menyipit, otaknya ia paksa untuk mengingat wajah itu namun nihil. "Satu sekolah dengan Haechan?" Tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVEN [ Nomin ]
Fanfiction⚠WARN! THIS IS BXB CONTENT! [Nomin's Area! Homophobic? Just skip!] They say all Good Boys go to Heaven But Bad Boys brings Heaven to you