! MAKE SURE YOU VOTE THIS PART BEFORE YOU READ IT, THANKYOU !
\ \ / /
~¤°¤~"JAEMIN pulang."
Wanita tua renta yang sibuk bersihkan sayuran didepan teras spontan berhenti dengan kegiatannya dan langsung menghampiri Jaemin yang masih berdiri didepan pintu pagar. Peluk erat cucu yang paling ia sayangi.
"Kemana saja kamu, nenek khawatir padamu, kenapa tidak pulang atau setidaknya kabari nenek kalau kau baik-baik saja," ucapnya sembari terus memukul pelan punggung cucunya itu.
Jaemin yang merasa bersalah karena meninggalkan neneknya sendiri setelah berdebat dengan ayahnya cuma bisa menunduk diam. Biarkan wanita yang mengurusnya sejak kecil itu memarahi dirinya yang egois.
"Makanlah dulu, kamu baru hilang beberapa hari dan terlihat seperti mayat hidup, apa kamu tidur dengan baik?"
Tidak. Akhir-akhir ini banyak sekali yang memenuhi pikirannya. Mulai dari ayahnya, kemudian sekolah, teman dekat dan rahasia lainnya yang baru ia ketahui dari mulut Mingyu dan Haechan kemarin. Kepalanya pening menyatukan semua potongan-potongan masalah itu sampai rasanya ingin pecah. Segalanya jadi terlalu rumit.
"Apa ayah kesini lagi?"
Jadi kalimat pertama yang Jaemin sampaikan malam itu, dirumah nenek. Agak takut ketika ia pergi, neneknya yang jadi korban kebejatan ayah, walau laki-laki paruh baya itu menyayangi ibunya.
Nenek menggeleng, "tidak, bahkan ia mengganti nomor ponselnya, nenek mencoba untuk menghubunginya terus, tapi tidak bisa."
Sejak Jaemin berumur 4 tahun, nenek lah yang mengurus Jaemin. Wanita tua itu relakan sisa hidupnya untuk merawat dan membesarkannya. Ayah tidak pernah peduli pada Jaemin. Yang lelaki itu lakukan hanyalah mabuk, berhutang, lalu tidur dengan siapapun yang ia temui. Ia akan memukuli bahkan mengatai Jaemin anak tidak berguna ketika prestasi akademik tidak sesuai yang diharapkan atau ketika Jaemin tidak menuruti apa yang ia kehendaki.
Semua masa itu, cuma nenek yang membantunya dan tidak pernah pergi dari sisinya, jadi akan ia lakukan apapun demi nenek bahagia.
"Lalu, ibumu..."
"Tidak."
Satu hal lagi yang paling Jaemin tidak sukai dan tidak mau ia bicarakan, adalah tentang ibunya. Apapun itu, baik atau buruk, Jaemin tidak mau tahu, dan tidak akan ikut campur.
"Jaemin, dia ibumu."
Jaemin tahu. Dia tahu. Hanya saja, masih sulit baginya terima kenyataan.
"Air hangatnya sudah nenek siapkan kan? Aku mandi dulu, makannya akan ku lanjut lagi setelah mandi, nenek jaga makanan ku ya?"
Nenek cuma bisa mengangguk. Cucunya sudah melewati banyak hal buruk, mungkin ia tidak seharusnya terlalu memaksa.
"Kau pikir aku juga mau melahirkan dia? Ini semua karenamu! Karena semua janji busukmu itu!"
"Ibu? Aku bukan ibumu."
"Na Jaemin, kenapa kau lahir? Kau seharusnya tidak boleh ada, tidak boleh!"
Memori pahit yang selalu Jaemin simpan rapat tiba-tiba kembali melebur dalam kepala. Hatinya kembali rasakan sakit saat ia ayah dan ibunya masih bersama. Dia masih terlalu kecil, tapi mengapa ingatan ini tak pernah pudar?
Apa salahnya sampai ibu membencinya? Kenapa baru sekarang ia mau meraih Jaemin kembali? Kenapa tidak pada saat Jaemin tahu caranya memaafkan? Kenapa saat sudah mati hatinya barulah mereka datang lagi dan beri dia kebimbangan?
KAMU SEDANG MEMBACA
HEAVEN [ Nomin ]
Fanfiction⚠WARN! THIS IS BXB CONTENT! [Nomin's Area! Homophobic? Just skip!] They say all Good Boys go to Heaven But Bad Boys brings Heaven to you