PROLOG

172 50 67
                                    

Hello, gengs!

Welcome to my first story ... hari ini w seneng banget akhirnya cerita ini bisa di publish.

Trimakasih yah, udah mau baca.

Walaupun ini cerita pertama, kalian jangan berfikiran kalau cerita ini jelek atau abal-abal. Cerita ini ngak jelek-jelek amat kok, masih layak baca.

Kalau ada kesalahan penempatan kata atau typo, jangan sungkan-sungkan untuk komen. Kita sama-sama belajar.

Tapi komennya yang membangun, jangan menjatuhkan, inget! Ini hati bukan batu!

Eaaakk ....

Sekali lagi, Thanks, yah, udah mau mampir :)

Sekian dan terima nasib.

———————————————

Suasana ruangan yang tidak begitu ramai, hanya ada suara sendok dan piring yang saling bergesekan. Terlihat dua orang, ibu dan anak yang sedang duduk di ruang makan, mereka tengah makan malam bersama.

"Beby sayang," panggil Diana, mama Desta.

"Hmm."

"Mama mau ngomong sama kamu."

"Ngomong aja, mah," ucap Desta sembari memasukkan satu sendok makanan kedalam mulutnya.

"Besok pagi kita pindah ke Jakarta, mama udah pesan tiket pesawat."

"Uhukk ...." Desta tersedak mendengar perkataan Diana, ia langsung mengambil air putih yang ada di depannya dan segera meneguknya sampai tandas, "kok, tiba-tiba gitu?"

"Mama sudah buka cabang perusahaan baru di Jakarta, mama harus lebih fokus sama perusahaan itu. Jadi, kita harus pindah ke sana dan kamu harus ikut," tutur Diana.

"Desta nggak mau, mah," jawabnya datar, sambil mengaduk-aduk makanannya, kini selera makannya hilang.

"Mama nggak mau tau, pokoknya kamu harus ikut!"

"Nggak."

"Harus! Kamu nggak usah ngebantah!"

"Terserah mama."

TAKKK ....

Desta mendorong keras kursinya ke belakang hingga terpental, dan segera beranjak meninggalkan Diana.

"Kamu di bilangin kok malah gitu, ini semua untuk kebaikan kamu sayang, hiks ...."

Desta menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang, ia melihat air mata Diana mengalir, Desta segera menghampiri Diana, ia paling tidak tega melihat orang menangis, apalagi yang menangis adalah mamanya.

"Mah..." Desta mengusap punggung Diana lembut, "jangan nangis, mah, maafin Desta."

"Hiks... Hiks..."

"Yaudah, Desta ikut," ucapnya membujuk Diana, wajahnya tampak serius.

"Beneran?" tanya Diana seperti anak kecil, sembari mengusap air matanya.

"Iya."

Tak ada pilihan lain, Desta mengiakannya, kemudian membawa Diana dalam dekapannya.

Tapi ternyata, di balik punggung Desta, Diana tersenyum jahat, yes! Berhasil.

Perlu diketahui, kalau Desta itu sangat susah untuk dibujuk, Diana sengaja mengakali Desta dengan cara membohonginya, karena ia tau, tangisannya adalah kelemahan Desta.

———————————————

BAGAIMANA SAMA PROLOGNYA?

ADA YANG PENASARAN NGGAK SIH SAMA ALUR CERITANYA?

KALAU SUKA, TAMBAHIN KE PERPUSTAKAAN KALIAN YAH.

JANGAN LUPA VOMMENT ;)

DESTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang