PART 01

21 9 6
                                    

JY High School, sekolah yang di kenal dengan mendidik siswa-siswi yang selalu berhasil dengan hasil terbaik. Di lihat bagaimana pun sekolah itu memang elite. Bahkan segala pembelajarannya pun terlihat berbeda. Sekolah ini tidak hanya menerima siswa-siswi dari golongan elit. Tapi, mereka yang ingin lolos harus di uji terlebih dahulu. Dan ujiannya pun tak mudah.

Kemampuan akademik yang baik sangat berpengaruh. Bakat dan prestasi yang mereka miliki bisa di sodorkan. Maka tidak heran jika JY High School bisa menjadi sekolah terbaik. Berbagai fasilitas lengkap dan ada keamanan yang terjamin. Setelah di teliti pun, Mereka tetap mempunyai keunggulan dan kekurangan masing-masing. Meski begitu semuanya terus mengasah kemampuan mereka hingga berkembang.

Amora masih tak menyangka dia bisa masuk ke sekolah ini, padahal dia tahun ini akan lulus. Kini, dia berada di perpustakan sekolah. Memang ramai siswa-siswi, namun keadaan tetap tenang. Amora fokus dan tenang ketika membaca buku tersebut. Dia membaca sebuah novel bergenre thriller. Merasa sudah cukup lama di sana, Amora membereskan barang-barangnya.

"Astaga, masih ramai saja. Aku sudah cukup lama di sini, baiklah ayo berkemas kemudian tidur di kelas. Entah mengapa firasatku mengatakan hari ini akan melelahkan." Gumam Amora sembari membereskannya.

Dia menuju kelasnya, seiring kesana banyak yang menyapa Amora. Memang Amora juga famous di sekolahnya. Secara dia cantik dan cerdas. Banyak yang mengajak Amora berpacaran, tapi dia selalu menolak. Dengan alasan ingin fokus sekolah. Amora sendiri juga tidak ingin membebani perasaannya.

Di pertengahan jalan Amora melihat satu siswa yang di kerubungi siswi sehingga memenuhi koridor. Dia mengatakan permisi beberapa kali namun di abaikan. Kesabarannya benar-benar sedang di uji. "Oh my God, what the hell are they," batin Amora mengerutkan alisnya.

"Hey, kalian mengganggu siswa-siswi yang lewat sini. Jika ingin melakuan pertemuan antara artis dan fans setidaknya lakukan di luar sekolah." Kata Amora dengan tangan di depan dadanya. Menatap mereka dengan tajam.

"Ah ya, maafkan kami Amora," ucap beberapa siswi itu secara bersamaan.

"Ayo cepat bubar dari sini." bisik mereka.

"Apa aku terlihat menakutkan? Apa mungkin karena Papa dan Mama?" batin Amora.

Siswa-siswi yang ingin lewat tadi berterima-kasih pada Amora. Sebenarnya mereka bisa saja lewat, tapi masalahnya ialah siswa yang di kerubungi. Mereka tidak ingin berurusan dengan siswa itu. Amora juga memikirkannya, tapi dia tak terlalu mempedulikannya.

"Thank you, but I don't think you need my words." Ujar laki-laki bermata biru tua itu.

"Haha, aku terlihat seperti itu? tapi aku memang tak menolongmu, itu hanya sebuah kebetulan," setelah membalas ucapan laki-laki itu, Amora meninggalkannya.

"Hm, jika tidak salah mereka tadi memanggilnya Amora. Amora ya?" batin siswa itu tersenyum menyeringai.

*****

Amora keluar dari ruangan itu. Dia memegang selebaran kertas. Di sampingnya ada seorang siswa laki-laki, Jayden Byakta Savero. Wakil ketua osis JY High School. Dengan Amora sebagai ketua osis. Harusnya mereka berdua tahun ini akan lulus, tapi karena tidak ada yang memenuhi kandidat, secara mereka di pilih lagi. Itu pun tidak dengan paksaan, hanya beberapa anggota saja yang terganti.

Dari segi mana pun, Amora tetap dari Devada. Namun semua hasil ini adalah usahannya sendiri. Sejak kecil dia sudah terbiasa untuk jadi yang terbaik. Bahkan celah untuk melihat kekurangannya tidak ketara.

ELAMOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang