21: KECURIGAAN

238 38 10
                                    

"Nih, Dek. Lo ada yang mau dipesan lagi?"

Segelas jus alpukat disodorkan, begitu juga dengan beberapa makanan ringan setelah keduanya mengisi perut dengan makanan berat. Tepat di sebuah kafe, terletak di pinggir jalan raya.

"Gimana? Enak ayamnya?"

Nanta mengangguk, sedikit lagi menghabiskan nasi dan menyisakan chicken popcorn yang cukup banyak. "Bang," panggil Nanta, menusuk salah satu potongan kecil ayam lalu mencelupkannya ke saus dan mayonais. "Nih."

Gio menerima suapan dengan tenang, tak lama kedua mata itu menyipit senang, menggoyangkan kepala dengan perlahan begitu menikmati cita rasa di lidahnya. "Mantep, Dek!"

"Untuk Abang aja." Nanta, gadis dengan kemeja putih setengah lengan dan rok soft pink itu menyodorkan makanannya.

"Eh, Dek. Ini, kan, jatah lo. Gue udah pesan makanan berat tadi," tolak Gio, menahan.

Nihil, Nanta tidak menjawab, gadis dengan pita yang terjulur di ikatan rambut satunya itu terus menatap jus begitu juga cheese cake di meja Gio.

Gio yang melihat arah sorot mata itu, tertawa pelan, mengambil mangkuk yang Nanta sodorkan, lalu menyerahkan cake miliknya. "Ya, udah. Tukaran sini."

Nanta menyengir puas, dengan semangat cewek itu mengaduk jusnya sembari memotong cake di hadapan. "Bang Dikta sama Bang Rean udah dibeliin, Bang?"

Gio mengangguk, menepuk plastik bening yang berada di samping. "Dia nitip. Itu dua orang seleranya beneran aneh. Rasa matcha, cokelat pahit, nggak ngerti lagi gue."

"Matcha enak, kok," ucap Nanta, menimpali.

"Nggak menurut gue." Gio mendelik, kembali memasukkan makanan lalu setengah risih sebenarnya dengan getaran yang ada di meja. Bukan ponselnya, melainkan milik Nanta, terus terasa seperti tanpa jeda.

"Dek, Yesa kagak bosan emang chat sama lo?" tanya Gio, setengah kesal menatap ponsel dengan case kelinci berwarna putih itu.

Nanta mengecek ponsel sejenak, lalu tertawa pelan menggeleng. Tak lama saja raut wajah panik terlintas, membuat Gio mengernyitkan dahi dengan heran. "Kenapa?"

"Ini." Ponsel disodorkan, membuat Gio mencondongkan tubuh. "Akun Nanta sering ke logout sendiri, Bang."

"Hm?" Gio mengangkat sebelah alis. "Mulai dari kapan?"

"Beberapa hari yang lalu." Bibir bawah Nanta terangkat, cewek dengan bentukan wajah yang tidak jauh seperti Gio itu mengembus napas gusar, seakan selera makannyaenyap begitu saja. "Jadi kemarin Bang Dikta pernah minta tolong Nanta bukakan link yang dia kirim, hp-nya error."

Gio menyambar ponsel Nanta, memperhatikan sejenak, lalu menoleh. "Terus?"

"Siapa sangka, punya Nanta juga jadi ikutan eror. Nanti Nanta minta tolong Bang Dikta gimana cara benarinnya. Mana tau bisa."

"Boleh gue cek?" tanya Gio, setengah melambaikan ponsel itu dengan tepat di hadapan Nanta. "Ah, lo masukin lagi coba akunnya. Semoga nggak hilang."

Dengan gsuar, Nanta memasukkan beberapa data, lalu berakhir dengan nomor verifikasi yang dikirim melalui pesan. "Ini."

"Gue cek pesan dari Bang Dikta, boleh?" izin Gio.

Nanta mengangguk pelan.

Gio membaca pesan, bola mata itu naik turun, lalu mengeluarkan ponselnya. Ya, ketika sebuah pesan dari Dikta yang ditujukan ke Nanta ia teruskan ke ponselnya.

Mengecek sesuatu yang mencurigakan.

"Benaran nggak bisa dibuka, ya, Bang, yang dikirim Bang Dikta?" tanya Nanta, cemas.

Brother Notes [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang