2 : NANTA ANGGARA

755 66 5
                                    

"Beneran, Nan,  nggak diberi izin sama abang lo?"

Nanta Anggara. Cewek belasan tahun itu mengangguk lemah. Ia mengetatkan kembali kepangan rambut satunya sebelum melahap mi ayam yang baru saja dihidang. Kantin tampak ramai, membuatnya tidak fokus begitu beberapa pasang mata tertuju padanya.

"Bang Gio izinin. Nggak tau kalau Bang Dikta, jarang ngobrol kita."

Yesa, cewek setengah mengigit sedotan minuman itu mengernyitkan dahi sesaat. "Terus masalahnya?"

"Nah! Ini masalahnya!" Meja kantin hampir saja digebrak dengan kuat, untung saja Yesa menahan sebelah lengan kecil Nanta dengan cepat.

"Bang Rean. Gue pagi-pagi udah kena siraman rohani waktu ke kamarnya buat minta uang buat pendaftaran camping entar. Katanya gue harus hematlah, kegiatan kayak gitu nggak cocok untuk guelah, apalah, ini, itu," gerutu Nanta. "Nyesal gue bangunin dia pas tidur."

"Punya perusahaan terkenal juga harus hemat ternyata," gerutu Yesa.

Nanta mengangguk, menusuk bakso dengan kesal sebelum meletakkannya kembali di mangkok dan menghasilkan bunyi dentingan. Semudah itu Nanta meluapkan suasana hatinya.

Tak ada yang bisa melawan otoritas Rean di rumah, bahkan selevel berisiknya Gio, tidak ada yang mampu meruntuhkan pertahanan abang pertamanya.

Ya, hm, oh. Hanya itu reaksi yang diberikan dari si pemilik ekspresi datar itu.

"Karena perusahaan juga, makanya gue harus hemat."  Nanta mengembus napas panjang, setengah bersandar di kursi, mencoba memulihkan tenaga kembali. "Gue nggak tau gimana sulitnya ngurus perusahaan, seperti apa tanggung jawab yang harus diemban, tapi, yah, gitu ...."

"Apaan?"

Kedua sudut bibir Nanta terangkat samar, menjauhkan mangkok makanan dari hadapan. Beruntunglah, selera makannya menguap begitu saja saat hidangan yang disajikan telah masuk sempurna di perutnya.

"Nan?"

Bola mata Nanta terangkat. "Gue pengen tau sedikit tentang Bang Rean, tapi nggak bisa, dia terlalu jauh untuk gue."

"Jadi, lo mau lebih dekat? Eh, Bang Rean yang pernah ambil rapor lo di semester kemarin, bukan?"

Nanta mengangguk pelan disambut dengan hentakan meja semangat dari Yesa.

"Gue punya ide. Gue jamin, lo bisa ikut camping, sekalian merekatkan kembali hubungan keluarga antara lo dengan Bang Rean."

____

So, mari kita kenalan dengan  anggota keluarga Dandellion satu per satu di part selanjutnya, ya!

Brother Notes [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang