Di hadapan sebuah cermin, Clover menatap diri yang tampak cantik dengan gaun hitam pilihannya. Meski Clover telah memilih sebuah penutup wajah dengan mutiara, dia tetap merias diri agar terlihat cantik hari ini. Sesekali Clover memperbaiki sebuah kalung yang menghias indah lehernya, pemberian sang Ratu di usianya yang ke dua puluh lima tahun kemarin.
Bersamaan dengan itu, Wooyoung tampak muncul dari balik pintu. Menyembulkan sedikit kepalanya untuk memastikan apakah Clover sudah selesai berhias. Bibirnya lekas tersenyum tatkala mendapati Clover yang telah bersiap untuk diresmikan hari ini. "Keren." Pujinya. Benar-benar hanya itu. "Jika sudah siap kita langsung ke aula saja."
Clover bergegas. Meraih sebuah penutup wajah yang telah dia siapkan. "Sebentar. Aku harus memakai sesuatu." Menimbulkan rasa heran dari diri Wooyoung.
"Astaga. Untuk apa?" dia mendekat pada Clover dan menyentuh mutiara-mutiara yang tersusun seperti tirai itu. "Apa tidak menghalangi pandanganmu?"
Clover menggeleng. Dia masih sibuk dengan penutup wajahnya. Memastikan bahwa benda itu terpasang dengan baik. "Lihat. Bukankah ini sangat cantik di wajahku?" sembari menghadap penuh ke arah Wooyoung.
Wooyoung berpikir sejenak sembari mengamati. Benar. Itu memang terlihat cantik saat dipakai Clover. Wooyoung hanya khawatir jika Clover tidak bisa melihat jalan. "Cantik, sih. Tapi kuharap kau berhati-hati."
Clover tidak banyak peduli. Dia hanya perlu sedikit membenahi mutiara-mutiara di penutup wajahnya. Lalu beranjak, dan menarik Wooyoung untuk pergi. "Jangan cerewet. Kau harus menggandengku selama acara berlangsung."
Katakan Wooyoung bingung mendengar permintaan sang kakak. Namun sekeras apapun Wooyoung menolak, pada akhirnya dia tetap luluh. Pria itu hanya mengangguk dan lekas mengikuti tarikan Clover untuk meninggalkan ruangan. Clover telah belajar banyak tentang kehidupan seorang Putri. Bahkan langkahnya teratur sekali. Seperti setiap jengkal terlihat sama jaraknya. Berbeda dengan Wooyoung yang tidak banyak peduli. Dia hanya perlu menemani Clover, dan tugasnya selesai.
Acara akan segera dimulai dalam hitungan detik. Dengan penuh ketegangan Clover menguatkan kaitan tangannya pada lengan Wooyoung. Dia gugup. Barulah setelah salah satu pengurus acara memberikan sebuah perintah untuk masuk ke aula, mereka melakukannya. Langkah pertamanya disambut dengan tepuk tangan riuh berbagai tamu undangan. Mulai dari petinggi kerajaan hingga sahabat Raja yang diundang dalam acara peresmian tersebut. Semua undangan berasal dari keluarga kerajaan. Penduduk biasa tidak diikut sertakan dalam acara peresmian ini.
Meski maniknya tertutup oleh rangkaian mutiara. Senyum Clover masih bisa disaksikan oleh seluruh tamu yang ada di sana. Itu bahkan hanya sedikit bagian dari kecantikan Clover, tapi semua orang yang datang tetap mengagumi kecantikannya.
Raja dan Ratu telah menunggunya di singgasana. Untuk penyerahan sebuah mahkota, tanda Clover telah resmi menjadi pimpinan kerajaan. Clover dan langkahnya yang anggun datang bersama Wooyoung, dengan lengan yang saling terkait. Ratu mendekat setelah jarak mereka sudah tidak terlalu jauh. Ikut menuntun Clover untuk menjemput mahkotanya di tangan Raja.
Raja tersenyum. Batinnya bangga sekali. "Putriku." Kemudian meraih jemari Clover untuk di genggam. Seketika Clover membungkuk, memberi penghormatan pada sang Raja. Dia tidak bereaksi banyak. Bahkan ketika sang Raja memanggilnya dengan bangga, Clover tidak berekspresi.
Acara telah dimulai, ketika lonceng kerajaan mulai berbunyi. Raja menyampaikan segala rasa bangganya kepada semua undangan yang datang. Kemudian, tiba pada waktu penyerahan mahkota. Clover sedikit membungkuk, mempersilahkan mahkota itu untuk tertengger di atas kepalanya. Semua orang yang ada di sana lekas bertepuk tangan. Bersorak menyampaikan sebuah euforia.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐂𝐀𝐒𝐓𝐋𝐄
Fanfiction𝑫𝒊 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒔𝒕𝒊𝒍 𝒕𝒖𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒃𝒂𝒕𝒂𝒔𝒂𝒏 𝒏𝒆𝒈𝒓𝒊, 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒔𝒂𝒂𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒕𝒖𝒎𝒃𝒖𝒉. 𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒃𝒖𝒂𝒉 𝒅𝒆𝒏𝒅𝒂𝒎 𝒅𝒂𝒏 𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒃𝒂𝒅𝒊. ©𝐲𝐨𝐮𝐧𝐠𝐦𝐢𝐬𝐦𝐞, 𝟐𝟎𝟐𝟐.