4

19 3 0
                                    

Bersama Wooyoung, Clover menghabiskan waktu di sebuah pohon apel di belakang istana. Sedikit mengingatkan pada masa kecilnya bersama Wooyoung. Seringkali ketika Clover menolak untuk makan, dia pergi ke sana. Mengajak Wooyoung sehingga sang adik harus ikut mendapat hukuman atas perbuatannya. Sekarang, jika teringat masa-masa itu rasanya Clover merasa sangat bersalah karena terus membawa adiknya ke dalam masalah.

Sedangkan Wooyoung lebih banyak diam. Memperhatikan pohon apel yang sudah tidak berbuah lagi. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang, tapi tatapan itu terlihat kosong. Wooyoung menatap setiap rantingnya dengan penuh kekosongan.

"Wooyoung. Menurutmu bagaimana dengan Pangeran Yunho?" Clover mendekat pada Wooyoung, dan berdiri di sampingnya.

Mengulas senyum sedemikian rupa sebelum menjawab Clover yang sudah menunggu. "Dia hanya tampak luar biasa di mataku." Layaknya kehabisan kata untuk menggambarkan Pangeran Archon yang kelewat sempurna.

"Dia benar-benar terlalu sempurna untuk wanita berandalan sepertiku." Jujurnya, Clover menambahkan. Membuat Wooyoung terkekeh karena pengakuan mendadak tersebut.

"Tapi Pangeran Yunho terlihat sangat tertarik denganmu. Untuk sudut pandang lelaki dia memang tidak salah, kau cantik. Tapi untuk kepribadianmu. Aku masih sedikit ragu." Meski terselip setitik pujian di antara ucapannya. Tetap saja, yang masuk ke telinga Clover adalah ejekan. Dia hanya mendengus menahan kesal lantaran ucapan Wooyoung. "Kurasa hidupnya sangat tertata. Sama sepertimu. Tapi kau pemberontak sejati. Aku khawatir."

Clover terdiam. Memandangi Wooyoung yang masih fokus pada pohon apel di hadapan. Meski sedikit meyinggung perasaan, namun apa yang dikatakan Wooyoung benar. Mereka memiliki kepribadian yang sangat berbeda.

"Tapi kau pantas mendapatkannya, Cloe." Wooyoung menambahkan. Dia menghadap penuh pada Clover dan tersenyum. Memberi usapan pada puncak kepalanya sebelum melanjutkan ucapan. "Kau memperlakukan seseorang dengan sangat baik ketika kau mencintainya. Buktinya adalah aku. Aku tumbuh dengan baik berkat dirimu."

Itu membuat hati Clover sedikit tersentuh. Pasalnya yang Clover rasakan selama ini dia hanya melakukan apa yang seharusnya dia lakukan sebagai seorang kakak. Melihat Wooyoung tumbuh dengan baik juga masih menjadi keterkejutan baginya. "Cara Pangeran Yunho menatapmu benar-benar membuatku iri."

"Tapi aku tidak akan menikah dengannya." Air matanya hampir saja menitih.

Wooyoung lekas memberi tatapan heran. Lebih mendekat dan mensejajarkan wajah mereka. Wooyoung menginginkan sebuah penjelasan atas ucapannya itu. "Apa maksudmu? Dia orang paling tepat yang pernah kutemui setelah Pangeran Hong."

Clover memberi sebuah gelengan atas ucapan Wooyoung. "Aku hanya tidak bisa mencintainya. Untuk saat ini."

"Tetapi seiring berjalannya waktu?" Wooyoung menimpali cepat.

"Aku akan mencintai orang lain." Clover lekas membuang pandang ke arah lain. Tidak memiliki cukup keberanian untuk menatap Wooyoung lagi. "Aku tidak peduli siapa yang akan berjodoh denganku dan dari mana asalnya. Ketika aku mencintainya, begitupun dengan dia, maka tidak ada salahnya kami bersama-sama."

Wooyoung tersenyum masam. Sepenuhnya Clover tahu apa yang dia pikirkan sekarang. Dan Clover sepenuhnya sadar dengan apa yang baru saja dia ucapkan. "Perintah Raja dan Ratu tidak pernah terbantahkan." Wooyoung dengan segala keberanian yang dia kumpulkan untuk mengucap kalimat tersebut.

Clover menggeleng. "Tidak." Kembali menatap Wooyoung untuk pembicaraan yang lebih serius. "Tidak ada yang bisa mengaturku lagi kecuali diriku sendiri." Memberi sebuah senyum kecil pada Wooyoung, sebelum membalik tubuhnya dan melangkah pergi.

𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐂𝐀𝐒𝐓𝐋𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang