7| a thing untold

818 314 270
                                    

🔉 now playing
Fabio - Bertahan Terluka

[.]

Sebetulnya, Mahaka tidak begitu pandai membenci orang lain lebih dari pada dirinya sendiri.

Dulu, ia begitu membenci diri sendiri karena tidak mampu menepati janji pada Yunara karena sebuah alasan. Lalu, ia membenci diri sendiri karena gagal melindungi adik perempuannya dengan sedemikian rupa. Kini, ia membenci dirinya sendiri karena menjadikan Arjuna sebagai objek pelampiasan kegagalannya dengan menyalahkan lelaki itu atas semua yang terjadi.

"Apa yang lo lakuin sama adek gue, Juna!"

Mahaka masih ingat bagaimana ia memukul Arjuna pertama kali. Memberi bogeman bertubi-tubi pada teman dekat yang dulunya ia anggap seperti adik sendiri. Tak membiarkannya barang sejenak membalas balik. Mencengkeram kerah seragam yang sudah berantakan, memukuli tulang pipi hingga wajahnya memar di mana-mana.

"Kenapa lo tega ngelakuin itu? Vinara adek gue Juna! Kenapa harus Vinara!"

Hari itu, ialah hari di mana ia mendengar bahwa adiknya telah dinodai. Mahaka tidak tahu jenis perasaan apa saja yang berkecamuk di dalam dada. Hingga matanya memerah dan berkaca-kaca, dengan urat yang menonjol di mana-mana.

"Jawab gue, jawab bangsat! Apa yang lo lakuin ke Vinara! Apa yang bikin dia nggak bersuara sampai sekarang! Lo lakuin apa ke dia bangsat!"

Mahaka enggan menghentikan pukulannya sampai lelaki di depannya itu lemas. Bahkan sudah lemah dari sejak ia memukulinya pertama kali. Sukar bernapas, terus memegangi dada alih-alih balas memukul kala ia melayangkan bogemannya. Berusaha menggapai sesuatu yang terjatuh di sekitar situ juga. Alat bantu pernapasannya.

"Ka... tolong..."

Bahkan, seberapa besar kekecewaannya, Mahaka tetap tidak mampu membiarkan lelaki itu tersiksa. Ia pada akhirnya melepaskan cengkeraman saat ini, bergerak mengambil inhaler dan melemparkannya dengan kasar hingga mengenai dada Arjuna. Membiarkan lelaki itu mengambil terburu, segera menghirup oksigennya, mencegahnya yang bisa saja mati kehabisan napas di hari itu.

Mau di situasi seperti apa pun, separah ini pun, Mahaka tetap tidak mampu membenci Arjuna sepenuhnya. Sekeras apa pun ia berusaha.

Dengan tangan terkepal, Mahaka lantas menatap lelaki yang masih tergeletak di atas lantai itu. Memberikan sorot paling tajam yang mampu ia bagi.

"Lo tau Arjuna? Lo nggak akan pernah ngerti gimana rasanya jadi seorang kakak yang gagal ngelindungin adiknya sendiri." Mahaka bersuara lirih, namun penuh penekanan dan kebencian yang kentara. "Karena lo- cuma mampu ngebebanin kakak lo sendiri dengan penyakit sialan lo itu."

Arjuna menatapnya dengan tatapan berkaca, berupaya menahan tangis karena Mahaka tahu lelaki itu tidak akan pernah menangis di hadapan siapa pun. Berusaha membuka suara namun tak terdengar sama sekali, hingga hanya berupaya berbicara melalui tatapan mata saja. Namun, Mahaka tidak akan pernah mengerti.

Mahaka justru menaikkan nada bicaranya, sengaja agar semua orang mendengar. Menatap Arjuna tajam sembari berkata,

"Siapa pun yang berani berinteraksi sama Arjuna, barang mengobrol satu kata aja, kalian bakal berurusan sama gue! Dan kalau kalian berurusan sekali aja sama gue, gue pastiin hidup kalian nggak akan pernah tenang! Camkan itu!"

Mahaka sadar ia mungkin telah terlampau kejam. Ia hanya tidak mampu melihat orang yang tega menghancurkan hidup adiknya hidup tentram begitu saja. Melupakan rasa bersalahnya, mengingat bagaimana kegagalannya, Mahaka menjadikan Arjuna sebagai penyebab permasalahan yang ada. Walaupun mungkin ia juga salah karena terlampau egois untuk kembali, ketika mungkin saja adiknya akan tetap baik-baik saja jika mereka tidak pernah pulang ke sini.

Enervate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang