9| a truth just told

799 330 202
                                    

🔉 now playing
Lights are on - Tom Rosenthal


[.]

"Kak, kalo gue ngelakuin sebuah kesalahan, apa lo bakalan benci gue?"

Yunara ingat. Dulu Arjuna pernah menanyakan hal itu padanya. Tatkala mereka tengah berjalan beriringan seusai pulang membeli sebungkus nasi dari warung makan. Ketika mereka sedang berada di titik tidak punya cukup uang, dan mereka tidak punya satu keluarga pun yang bisa didatangi hanya sekadar meminta makan.

"Gue cuma bisa beli sebungkus nasi buat kita berdua, apa lo bakalan benci gue karena itu?"

Yunara tahu, dahulu ia mengatakannya tanpa sadar akan apa pun. Tanpa menyadari bahwa maksud dari Arjuna menanyakan hal itu, karena kembarannya tengah diam-diam menyimpan masalah seorang diri.

Seharusnya Yunara sadar dari lama. Seharusnya Yunara paham bahwa senyuman Arjuna hanya pura-pura. Tawa renyahnya, guyonan tidak jelasnya, racauannya, semuanya hanya sekadar perisai untuk menutupi lukanya sendiri.

"Gue nggak akan benci lo, Yuna. Nggak mungkin akan pernah bisa. Apalagi cuma karena hal kecil kayak gitu. Karena lo saudara gue, kembaran gue, satu-satunya keluarga yang gue punya."

Yunara mengangguk. "Maka jawaban yang sama bakal keluar dari mulut gue atas pertanyaan lo barusan, Arjuna."

Arjuna tersenyum kepadanya, senyuman yang jika diingat-ingat lagi di kepala, malah terasa menyesakkan sekali.

"Tapi, beli sebungkus nasi itu bukan sebuah kesalahan, Yuna. Itu bahkan bukan sebuah kesalahan besar." Arjuna memalingkan tatapannya, memandangi langit malam yang begitu cerah dengan bintang-bintang.

"Gue mau jadi bintang, Yun."

Yuna tersenyum kecil mendengarnya. "Dari dulu lo selalu bilang gitu."

Arjuna menoleh kepadanya. "Kalau gue beneran jadi bintang, lo nggak apa-apa kan?"

Yunara terkekeh kecil. "Bintang? Mau jadi artis maksudnya?" Yunara mengedikkan bahu. "Hmm yaa itu terserah lo, Juna. Gue pasti bakal tetep dukung dan bahagia sama semua keputusan lo."

"Lo nggak akan benci gue kan?"

Yunara mendecak. "Junaaa! Nanya itu terus? Lo beneran mau gue benci, ya?"

Mungkin, dahulu Yunara pikir Arjuna hanya mengisenginya atau menyuarakan hal-hal tidak masuk akal seperti biasa. Yunara tidak berpikir bahwa ketika Arjuna mengatakan itu, Arjuna benar-benar punya maksud tertentu akan perkataannya.

Arjuna takut akan dibencinya.

"Arjuna udah lecehin gue... dia udah lecehin gue... Arjuna lecehin gue..."

Kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Vinara masih tak bisa dilupa. Terus terngiang dari kepala. Yunara benar-benar tidak tahan. Sakit rasanya. Sakit mengetahui fakta bahwa Arjuna telah melakukan kesalahan yang mungkin tidak layak dimaafkan.

Tapi, mengapa rasanya Yunara masih sulit percaya Arjuna benar melakukan hal itu pada Vinara?

Semua benar-benar terasa abu-abu bagi Yunara. Ia bahkan tidak lagi yakin dengan tujuannya sendiri. Berpura-pura menjadi Arjuna, mencari tahu kebenaran tentang Arjuna. Lalu setelah mengetahui sesuatu, mengapa bukan perasaan cukup yang ia rasakan? Justru perasaan tidak nyaman yang kini menggerogoti sebagian besar rongga dadanya. Yunara benar-benar benci perasaan semacam itu.

Enervate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang