6| a piano played

895 336 234
                                    

|cw // suicidal thought|

[.]

🔉 Now playing

Jet Te Laisserai Des Mots -
Patrick Watson
.
.
.

"Terkadang, orang lebih mampu menyelamatkan orang lain, alih-alih menyelamatkan dirinya sendiri."

[.]

"Gue masih inget. Waktu itu lo bilang, lo nggak berniat temenan sama gue. Terus— sekarang apa namanya?"

Yunara menoleh pada Haidar yang berjalan bersamanya. Lelaki itu justru mengedikkan bahu. Berdeham beberapa saat. Seolah tidak ingin menjawab pertanyaan itu langsung

"Mungkin karena... gue pikir lo pasti butuh teman?"

Yunara terkekeh kecil. Justru sejak lama pun, ia tidak pernah memikirkan perihal itu sama sekali. Walau sesekali ia ingin menjadi Arjuna yang selalu mendapatkan teman di mana pun ia berada.

Namun melihat bagaimana Haidar memperlakukannya dengan baik, Yunara jadi berpikir kalau ia memang membutuhkan teman. Sekali pun Haidar ingin berteman dengan Arjuna, bukan dengan dirinya.

"Gue nggak butuh teman."

Haidar memiringkan kepala. Menunjuk dirinya sendiri dengan naif. "Apa karena orang itu gue?"

Yunara seketika menggeleng. "Nggak. Nggak gitu. Gue cuma agak nggak biasa aja."

Haidar mengerutkan keningnya. "Aneh. Gue pikir, lo udah terbiasa karena dulunya temen lo banyak. Bahkan Mahaka dulunya juga temen lo kan?"

Yunara mengerutkan kening. "Mahaka?"

Haidar mengangguk. "Jangan pura-pura kayak lupa ingatan deh. Kalian kan dulu emang sahabatan. Gue sering merhatiin, lo akrab banget sama Mahaka."

Terlalu banyak tanda tanya dalam dada Yunara di tiap harinya. Kali ini, ia benar-benar penasaran bagaimana hubungan antara Mahaka dan kembarannya.

Jika benar dulunya mereka baik-baik saja, lantas apa yang terjadi belakangan?

Mengapa Mahaka begitu membenci Arjuna dan terus berambisi menyakitinya?

"Jun?" Haidar melambaikan tangan di depan wajah Yuna.

Yunara menoleh, baru ingin bersuara tatkala matanya tidak sengaja melirik sebuah ruangan yang terbuka tatkala seseorang masuk ke dalamnya.

"Itu... ruang cctv?"

Haidar mengangguk.

"Biasanya, ruang cctv gitu yang punya kunci ada berapa ya?"

Haidar berdeham bingung. "Setau gue dua. Satu dipegang Pak Abdi yang baru masuk itu, satunya lagi sama Pak Supras."

"Kalau Pak Supras itu yang mana?"

"Penjaga yang biasanya duduk di pos." Haidar memiringkan kepala, menoleh heran ke arahnya. "Kenapa tanya? Bukannya- kalian sering ngobrol, ya?"

Yunara memejamkan mata. Sepertinya ia salah bertanya. Yunara menggelengkan kepala. "Oh, Pak Pras! Iya, iya. Gue baru ngeh. Gue cuma agak lupa."

Haidar hanya memiringkan kepalanya, agaknya masih heran dengan perilaku orang di hadapannya itu.

Yunara tahu, Haidar mungkin akan merasa heran dengan Arjuna yang sekarang. Namun ia tidak begitu memedulikan mau penyamarannya akan ketahuan atau tidak.

Enervate ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang