PART 7: Aneh

1.1K 138 14
                                    

Beomgyu bertanya dengan hati-hati sambil berusaha menebak alasan mengapa sahabatnya ini merasa lelah. Yeonjun bukanlah tipe orang yang mudah lelah pikiran, well, itu menurutnya.

"Selain itu, gua juga lagi pengen sama lo, my human diary." Yeonjun melanjutkan perkataannya.

Human diary? Beomgyu merasa Yeonjun jarang bercerita tentang masalahnya. Entah dia tidak menunjukkannya karena dapat menyelesaikannya sendiri atau karena memang dia tidak punya masalah. Dimana letak 'human diary'-nya?

Yeonjun tertawa kecil melihat Beomgyu yang mengernyitkan dahinya lebih dalam dari sebelumnya secara tidak sadar, tanda dia sedang berpikir keras. "Kenapa gitu? Lo cerita ke gue aja jarang. Lo ada masalah apa?"

Yeonjun membuka mulutnya tapi tertahan karena,

"LO GAK DILILIT UTANG KAN???"

Beomgyu heboh sendiri, mengundang perhatian pelanggan lain dan Yeonjun mewakilkannya untuk minta maaf karena sudah berisik.

"Kagak, anjir! Santai dong, elah." ucap Yeonjun dengan cepat sambil menendang kursi Beomgyu.

Iya, ya. Sahabat tajirnya ini tidak mungkin terlilit utang, mengeluarkan uang saja tanpa beban. Bagi Beomgyu, Yeonjun itu sudah termasuk kategori 'crazy rich'.

Beomgyu masih penasaran dan hendak menebak lagi, tapi niatnya terhalangi oleh Yeonjun yang segera menyergahnya dengan langsung berdiri, membuat lelaki di hadapannya ini terlonjak kaget.

"Intinya lo itu udah gua anggap human diary karena gua nyaman mau ngomong apapun ke lo. Mau itu cerita seneng atau ngeluh, gua ngerasa bisa cerita semua itu ke lo, ya walaupun belum." Yeonjun tersenyum lembut kepada 'safe place'-nya itu dan hal itu tidak berlangsung lama karena sekarang dia sudah mulai berjalan menuju kasir sambil berkata,

"Lo jadi bayar gak? Kalo gak, gua yang bayar-" dan hal itu berhasil menyadarkan Beomgyu yang segera berdiri dan berjalan cepat menuju kasir mendahului Yeonjun. Dia tidak mau Yeonjun mengeluarkan uang secara terus menerus untuknya.

***

Hari masih gelap sebab matahari masih mengintip dari balik awan. Waktu baru menunjukkan pukul enam lewat lima menit, tapi Beomgyu sudah berada di lift apartemen Yeonjun sambil sesekali menguap karena kantuk yang masih melanda.

Bukan, Beomgyu datang pagi-pagi bukan untuk melabrak Yeonjun. Dia di sini untuk mengantarkan lauk-pauk yang sekiranya cukup untuk sarapan karena pemuda itu kadang malas untuk sarapan. Selain itu, Beomgyu juga membungkus beberapa buah kue kering hasil mencomot dari oven mamanya tadi malam.

Setelah merenungi (agak) dalam kemarin, Beomgyu menyadari kalau dia terlalu cuek pada sahabatnya itu. Entah dia tidak memperhatikan atau lupa, intinya Beomgyu merasa tidak terlalu memahami Yeonjun kemarin. Oleh karena itu, mulai hari ini, Beomgyu bertekad untuk memberikan perhatian lebih pada Yeonjun.

Gue bakal jadi teman dan sahabat terbaiknya!!! - Beomgyu.

Beomgyu sudah memencet bel pintu unit apartemen Yeonjun sebanyak tiga kali, tapi Yeonjun tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Sebenarnya tidak heran, mungkin Yeonjun masih tertidur karena jadwal kuliahnya hari ini hanya satu di siang hari. Yang Beomgyu herankan adalah paper bag berwarna kuning pastel di depan pintu.

Ini apa? Dari siapa? Paket? Gak mungkin begini tampilannya. Beomgyu penasaran, apalagi Yeonjun tidak pernah membahas hal ini.

Khawatir karena waktu menuju kelas paginya semakin menipis, Beomgyu hendak menaruh tas bekalnya di samping paper bag tersebut, namun dia terlonjak kaget karena tiba-tiba pintu terbuka.

POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang