PART 20: At Dawn

512 55 16
                                    

Beomgyu baru menyelesaikan tugas memotretnya pada pukul tiga lewat sepuluh pagi. Selain memotret, setelah ini Beomgyu harus mengedit foto-fotonya agar terlihat lebih menarik lagi.

Pemuda itu masih berada di ruang tengah yang sekarang sangat lengang, seperti suasana waktu subuh pada umumnya. Beomgyu selalu menyukai waktu subuh seperti ini, tapi bukan saat dia harus begadang mengerjakan tugas. Walaupun begitu, Beomgyu tidak mengeluh banyak jika harus begadang sampai pagi.

Tugasnya harus dikumpulkan pukul dua belas siang nanti melalui email, jadi rencana Beomgyu adalah menyelesaikan tugas fotografi ini, mengumpulkannya, lalu tidur sejam dua jam sebelum mengerjakan tugas editing yang harus dikumpulkan nanti malam.

Sebelum melanjutkan tugasnya, Beomgyu meregangkan lengan dan bahunya yang mulai kaku dan saat itulah dia baru menyadari keberadaan Yeonjun di sofa.

Berbeda dengan tadi malam ketika Yeonjun menemaninya sambil mengobrol sedikit dan minum kopi, sahabatnya itu sekarang sedang tertidur dengan earphone masih terpasang rapi di telinganya.

Pasti ketiduran pas nonton deh.

Setelah melakukan rutinitas malamnya kemarin, Yeonjun mengatakan bahwa dia akan menemani Beomgyu di ruang tengah dengan menonton film di sofa, dilengkapi dengan earphone agar Beomgyu tidak terusik oleh suaranya.

Di saat Beomgyu menolak niat itu, Yeonjun tetap bersikeras untuk menetap di situ dengan alasan yang sangat acak, yaitu Beomgyu bisa diculik setan kalau sendirian di waktu subuh.

Karena alasan awal dari bibit perdebatan itu sudah absurd, Beomgyu langsung mengalah. Tidak ada salahnya juga jika Yeonjun berada di sisinya walaupun tidak untuk mengobrol. Semoga pemuda itu tidak pegal-pegal saja saat bangun nanti.

Setelah puas memandangi Yeonjun yang sedang tertidur–salah satu cara Beomgyu untuk beristirahat saat ini–, Beomgyu merapikan peralatan dan barang-barang yang telah digunakan sebelum akhirnya membuka laptop.

Namun, terlintas di benaknya tentang suatu hal. Oleh sebab itu, Beomgyu bangkit dari duduknya di karpet, kemudian menuju kamar Yeonjun untuk mengambil salah satu bantal yang ada di kasur.

Dengan hati-hati Beomgyu menyelipkan bantal tersebut di bawah kepala Yeonjun, kemudian pelan-pelan mencopot earphone dan menaruhnya bersamaan dengan ponsel Yeonjun di meja.

Barulah Beomgyu dapat mengedit dengan tenang sampai sebuah tangan mendarat dengan lembut di atas kepalanya, membelai rambutnya dari belakang, menyebabkan Beomgyu sedikit terkejut.

Untungnya bukan tangan setan.

Beomgyu berusaha membalikkan badan tanpa menyingkirkan tangan yang masih mendarat di kepalanya. "Kebangun ya? Maaf–"

"Gak kok," ucap Yeonjun dengan suara khas orang baru bangun tidur sambil menatap balik pada Beomgyu. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis agar Beomgyu percaya padanya.

Suasana kembali hening. Tidak ada yang mau bersuara dan juga bergerak, kecuali tangan Yeonjun yang mulai kembali mengelus rambut Beomgyu.

Diam-diam Beomgyu menikmati tiap elusan lembut yang diberikan Yeonjun. Di tiap elusannya, Beomgyu dapat merasakan perasaan yang tulus. Mungkin karena tubuhnya sudah kelelahan, dia jadi lebih peka, begitu pikir Beomgyu.

Mungkin juga karena saking lelahnya, Beomgyu mengindahkan keinginan impulsifnya di jam tiga pagi.

Seolah-olah ada magnet yang menariknya, Beomgyu secara reflek mencondongkan badannya pada Yeonjun, kemudian sedikit memiringkan kepalanya untuk sekilas menempelkan bibirnya pada bibir teman terdekatnya, sahabatnya, yang mengajaknya berpacaran dua hari yang lalu.

POPULAR • Yeongyu [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang