Happy Reading
***
Perkenalkan, namaku Intan. Intan Suci Utami. Saat ini aku tercatat sebagai mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta di ibukota. Aku anak bungsu dari dua bersaudara, tujuh tahun lalu kedua orang tuaku meninggal dunia. Setelah kepergian mereka, aku ikut kakakku pergi hijrah ke kota metropolitan ini. Dan melanjutkan pendidikanku disini.
Kakakku, Irma, menikah tak lama setelah kedatangan kami ke ibukota, dia sangat beruntung dipersunting laki-laki seperti Mas Rizal, selain kaya, Mas Rizal juga sangat baik orangnya. Dia sama sekali tidak keberatan saat aku ikut tinggal bersama mereka. Ya, karena sebelum menikah kakakku bilang, aku tidak punya siapa-siapa selain dirinya. Hampir enam tahun aku tinggal dirumah mewah Mas Rizal, dia juga sudah menganggapku seperti adik kandungnya sendiri. Saat ini, Mbak Irma dan Mas Rizal sudah dikaruniai dua orang anak, Andra yang sekarang berusia lima tahun dan Ana empat tahun.
Setahun lalu aku memutuskan keluar dari rumah kakak iparku, awalnya mereka tidak mengizinkan, tapi aku bilang, aku ingin hidup mandiri, lagipula rumah kontrakanku tak jauh dari rumah mereka.
Oh, ya, aku juga sudah mempunyai kekasih, namanya Ibnu, kami sudah berpacaran sekitar dua tahun. Aku sangat mencintanya begitu juga dengannya.
"Maaf ya, hari ini aku ga bisa jemput kamu, aku ada kerjaan mendadak diluar kota," ujar Mas Ibnu dari ujung telepon sana. Saat ini aku masih di tempat kerja, setelah pulang kuliah tadi, aku kerja menjadi pelayan disebuah restoran. Memang sih gajih nya tidak terlalu besar, tapi cukup untuk keperluanku sehari-hari karena biaya kuliahku ditanggung oleh Mas Rizal, kakak iparku.
"Ga apa-apa, Mas. Hari ini aku akan pulang kerumah mbak Irma, sudah lama aku tidak menginap disana," kataku meyakinkan. Setiap hari memang Mas Ibnu selalu menjemputku dari tempat kerja. Dia sendiri saat ini bekerja sebagai manajer disalah satu perusahaan, dan hari ini dia mendapatkan tugas keluar kota.
"Sampai jumpa minggu depan," kata Mas Ibnu sebelum menutup panggilan kami.
"Sampai jumpa, hati-hati dijalan."
Tujuanku saat ini adalah rumah mbak Irma, sudah lama aku tidak menginap disana, aku juga sudah kangen pada dua keponakanku, ternyata kesibukanku membuatku jarang bertemu mereka.
Hanya butuh waktu dua puluh menit, akhirnya aku tiba dikawasan perumahan elit dimana kakakku tinggal. Semua satpam sudah kenal denganku, jadi, aku bisa dengan mudah masuk kearea perumahan ini.
"Selamat malam, Mbak Intan," ujar salah satu security yang sedang bertugas.
"Selamat malam, Pak." Aku sedikit menundukkan kepalaku. Oh, ya, aku kesini naik taksi, karena rumah Mas Rizal paling dekat dengan jalan, jadi aku turun digerbang masuk perumahan.
"Saya permisi, Pak."
"Silakan, Mbak."
Aku belum mengabari mbak Irma kalau aku akan menginap dirumahnya, aku ingin memberi kejutan pada mereka.
Sayang sekali, ternyata mbak Irma dan kedua keponakanku sedang berlibur ke luar kota, itu yang di katakan bi Marni, asisten mbak Irma saat aku tiba dirumah ini. Karena sudah malam akhirnya aku tetap menginap disini, aku tidur dikamarku dulu. Barang-barangku masih banyak disini, kakakku memang menyuruhku untuk menyisakan pakaianku dikamar ini, jaga-jaga jika aku menginap disini supaya tidak perlu membawa baju lagi.
Aku sedang berkirim pesan dengan mbak Irma, ternyata kakakku sedang berada di pulau Bali. Kakakku juga bilang, kalau dia sedang ada masalah dengan Mas Rizal, kemarin mereka sempat cek-cok sebelum berlibur. Mas Rizal sendiri belum pulang dari kantor.
"Selamat berlibur, Mbak. Jangan lupa oleh-olehnya." Pesan terakhir yang aku kirim pada mbak Irma. Saat ini jam diponselku menunjukkan pukul sebelas malam, hujan diluar juga sangat deras.
Kebiasaanku sebelum tidur adalah membersihkan diri, mencuci muka dan gigiku. Aku kaget saat keluar dari kamar mandi, mendapati Mas Rizal sudah berada di dalam kamarku, berdiri didekat pintu sambil menatapku tajam.
"Selamat malam, Mas." Entah mengapa perasaanku menjadi tidak enak.
Mas Rizal tidak menjawab, dia berjalan mendekatiku. Aku jadi takut, apalagi aku mencium bau alkohol dari tubuhnya. Apakah Mas Rizal mabuk? Yang aku tahu dia laki-laki yang tidak suka minuman keras.
"Maafkan Mas, Irma. Mas salah." Mas Rizal langsung memeluk tubuhku.
"Mas, lepasin, aku bukan mbak Irma." Aku mencoba melepaskan pelukan kakak iparku.
"Kamu harus percaya, tidak ada wanita lain diluar sana, Mas hanya mencintai kamu." Aku dapat melihat sorot matanya, sepertinya dia memang sedang mabuk berat.
"Aku Intan, Mas. Bukan mbak Irma." Aku mencoba menyadarkan Mas Rizal, karena sekarang aku benar-benar takut.
Tanpa kuduga, bukannya melepaskanku, pria itu malah melumat bibirku kasar.
"Mas, lepasin! Aku bukan istrimu."
"Aku tidak akan membiarkan kamu pergi, Sayang. Kamu hanya salah paham." Mas Rizal menggenggam tanganku kuat seolah-olah takut aku pergi.
"Iya, tapi lepasin tanganku. Aku bukan mbak Irma, Mas aku mohon." Airmataku mulai turun membasahi pipiku.
"Aku tidak akan melepaskanku, saat ini aku menginginkanmu." Setelah mengatakan itu Mas Rizal mendorongku ketempat tidurku.
"Sadar, Mas! Aku Intan, bukan istrimu." Aku mencoba bangun, tapi tenaga Mas Rizal lebih kuat. Dia sudah berada di atas tubuhku dan mengunci kedua tanganku.
Sepertinya dia tidak menghiraukan ucapanku, "Mas, aku mohon, lepasin aku." Aku terus memberontak hingga tenagaku habis. Akhirnya aku hanya bisa pasrah dengan nasibku selanjutnya.
Dan malam ini, kakak iparku merenggut harta berharga yang aku juga untuk suamiku kelak. Sekarang aku sudah kotor, masa depanku hancur oleh laki-laki yang sudah ku anggap kakak kandungku.
Bersambung,
Rabu, 20 April 2022
Thb
KAMU SEDANG MEMBACA
INTAN (Cerita Pendek - End)
Short StoryPrekuel cerita My Brondong Driver Kisah kedua orang tua Ravin Cerita Pendek ( End) Bagaimana perasaanmu saat mahkota yang kamu jaga selama ini direnggut paksa oleh laki-laki yang tak lain adalah kakak iparmu sendiri? Ya, itu yang ku alami, pria y...