"Dasar anak pembawa sial, pergi dari rumahku." Selalu kata-kata itu yang keluar dari mulut suamiku jika sedang marah pada putra ketiganya.
"Pergi dari sini! Aku tidak sudi lagi melihat wajahmu, seharusnya kamu yang mati dua puluh tahun lalu, bukan Irma istriku," maki mas Rizal lalu masuk ke dalam rumah.
"Kamu mau pergi ke mana, Nak. Mama mohon jangan pergi. Papa kamu tidak benar-benar mengusir kamu," ujarku pada putraku. Aku hanya bisa menangis kalau mas Rizal memarahi anaknya.
"Ravin harus pergi, Mah. Kali ini Papa benar-benar marah. Maafin Ravin ya, selalu bikin Mamah sedih." Ravin mengusap air mataku. Ravin adalah putraku yang kini berusia dua puluh tahun.
"Tapi kamu janji, selalu hubungi Mamah."
"Iya, Mah. Ravin pergi dulu, ya."
"INTAN MASUK!" teriak mas Rizal dari dalam rumah.
"Kamu pergi saja ke rumah kakak kamu." Ravin hanya mengangguk."INTAN!" teriak Mas Rizal lagi karena aku masih tak kunjung masuk.
"Masuk, gih. Ravin akan baik-baik aja, kok," ujar Ravin.
"Hati-hati di jalan." Ia mengangguk lalu memelukku sebelum pergi dari rumah mewah yang selama ini kami tempati.
Edwin Ravindra Hamzah, putra yang ku lahirkan dua puluh tahun lalu, kini dia tumbuh menjadi pemuda yang tampan, wajah dan sifatnya sama-sama keras seperti ayahnya. Hingga saat ini, Mas Rizal masih beranggapan kalau Ravin adalah anaknya dengan mbak Irma. Ya, hingga detik ini aku masih menyimpan rahasia besar itu. Dua puluh tahun berlalu, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakan pada semua orang, bahwa akulah wanita yang telah melahirkan Ravin. Sekarang ketakutanku semakin besar, aku takut Ravin akan membenciku. Aku tidak peduli jika Mas Rizal tidak mempercayaiku, tapi yang ku takutkan saat ini adalah kemarahan Ravin, karena sudah menyembunyikan identitasnya selama ini. Aku takut dia kecewa dan meninggalkanku.
Hari ini Ravin di usir dari rumah oleh ayahnya karena anak itu ketahuan kalah taruhan dari temannya yang mengharuskan dia membayar uang dengan jumlah yang banyak. Ayahnya sangat marah dan sekarang dia di usir. Aku meminta Ravin untuk tinggal di rumah kakak sulungnya. Tapi aku tahu sifat anak itu, dia keras kepala sama seperti suamiku. Sejak masuk sekolah dasar, Ravin kerap membuat masalah disekolah, sehingga kami sering di panggil ke sekolah, sebenarnya Ravin anak yang pintar dalam pelajaran hanya dia sedikit bandel. Aku pernah bertanya pada putraku itu, kenapa sering bikin masalah dan membuat ayahnya murka? Lalu dia menjawab, karena hanya dengan cara inilah ayahnya mau berbicara padanya.
Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan?
Sementara Andra sudah menikah, dan sekarang tinggal bersama anak dan istrinya, mereka di karuniai dua orang anak laki-laki. Begitu juga dengan Ana, putriku juga sudah dipinang oleh laki-laki pilihannya. Pria keturunan Timur Tengah, tepatnya warga negara Uni Emirates Arab. Sekarang Ana tinggal di kota kelahiran suaminya, Dubai. Saat ini Ana sudah mempunyai sepasang anak, laki-laki dan perempuan.
Jadi, saat ini cucuku ada 4. Serta calon cucu baruku yang masih ada dalam kandungan istrinya Andra.Setelah di oparasi pembersihan janin yang ku lakukan waktu itu, aku sempat hamil kembali satu tahun kemudian, tapi sayang, kehamilan berikutnya juga mengalami masalah sama seperti kehamilanku sebelumnya. Jadi, aku pernah hamil dua kali setelah menikah dengan mas Rizal. Hingga kami memutuskan untuk tidak punya anak lagi. Katanya, 3 anak cukup. Mas Rizal bilang dia tidak akan mempersalahkan walau kami tidak punya anak lagi. Namun aku tetap merasa sedih karena tidak bisa memberikan keturunan lagi untuk suamiku.
(Cerita Ravin judulnya My Brondong Driver, sudah tamat. Part lengkapnya bisa di baca di playstore).
****
"Pah, apa enggak keterlaluan, Papah ngusir Ravin ?" Aku menyusul Mas Rizal di ruang kerjanya.
"Biarin saja anak itu pergi. Paling sebentar lagi juga kembali pulang," ucap Mas Rizal. Dia memang kerap bertengkar dengan putra bungsunya itu.
"Tapi, Pah. Ga harus ngusir Ravin juga, kalau dia benar-benar ga kembali ke rumah, bagaimana?"
"Bagus. Biarin aja dia jadi gelandangan di jalanan. Anak seperti itu memang harus diberi pelajaran."
"Papa!"
"Mamah jangan terlalu memanjakkan dia. Liat 'kan, anak itu sangat berbeda dari kedua kakaknya. Itu karena Mamah terlalu memanjakkan dia. Sudahlah, Papa lagi banyak kerjaan, lebih baik Mamah keluar."
"Papa benar-benar egois." Setelah itu aku pergi meninggalkan laki-laki berhati batu itu. Ya, Mas Rizal hanya keras pada Ravin dari dulu. Hatinya sudah beku dengan kebencian. Seharusnya dia tidak menyalahkan siapa pun atas kematian mbak Irma karena ini memang sudah takdir.
Sejak kepergian Ravin dari rumah, aku dan mas Rizal jadi sering bertengkar. Aku selalu mintanya membawa anakku kembali ke rumah, tapi dia masih dengan pendiriannya, memberi Ravin pelajaran. Anak itu pergi dari rumah tidak membawa apa-apa, ATM-nya pun di kembalikan pada Papa nya.
Yang ku dengar saat ini Ravin bekerja sebagai seorang sopir pribadi di sebuah keluarga, setidaknya aku merasa lega putraku mendapatkan pekerjaan.
Dan aku juga bisa berkomunikasi dengan Ravin. Itu semua berkat Andra, putra sulung mbak Irma itu yang mencari tahu keberadaan adik bungsunya. Berbeda dengan mas Rizal yang sangat keras pada Ravin, Andra sangat menyayanginya adik laki-lakinya itu. Dia selalu membela Ravin jika sedang bertengkar dengan ayah mereka.****
Beberapa hari lalu kondisi tubuhku drop, sehingga aku membutuhkan perawatan intensif, aku harus di rawat di rumah sakit untuk beberapa hari. Mendengar aku masuk rumah sakit, Ravin datang menemuiku. Aku sangat senang karena kehadirannya membuatku kembali ceria. Seperti biasa, melihat Ravin ada di ruanganku, Mas Rizal kembali memarahi putraku. Tapi kali ini dia tidak bisa apa-apa, karena kehadiran Ravin membantu kesembuhanku. Akhirnya dia mengalah dan membiarkan Ravin ikut pulang ke rumah.
Entah apa yang akan dikatakan Ravin, malam ini dia meminta kami berkumpul di ruang keluarga. Katanya ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.
Jika melihat dari bahasa tubuhnya, sepertinya Ravin telah melakukan kesalahan, semoga saja bukan kesalahan besar yang membuat ayahmu semakin marah, Nak.
Bughh
Mas Rizal menarik kerah baju Ravin, kemudian memukul wajah tampan anaknya berkali-kali, setelah Ravin mengatakan kalau dia telah menghamili seorang perempuan. Ya Tuhan Ravindra, apa yang sudah kamu lakukan? Aku tidak dapat berkata apa-apa, terlalu shock mendengar kabar yang di bawa putraku.Andra tidak melakukan pembelaan untuk adiknya, jujur dia juga kecewa dengan apa yang telah di lakukan adik laki-lakinya itu.
"Anak siapa yang sudah kamu hamili, Bajingan?"Mas Rizal masih memukuli Ravin. Kini wajah yang sangat mirip dengannya itu sudah babak belur.
"Keluar dari rumahku, ternyata membuat kamu lebih liar."
"Mulai saat ini kamu aku benar-benar tidak sudi melihat wajah kamu, pergi dari rumah ini. Dan mulai detik ini, kamu bukan anakku lagi, kamu tidak pantas menyandang nama besar keluarga Hamzah."Kali ini mas Rizal terlihat sangat murka, kesalahan Ravin sangat fatal. Aku lalu membantu anak itu duduk, sebesar apapun kesalahannya, tapi aku tidak bisa marah pada Ravin. Aku memang kecewa, namun semuanya sudah terjadi. Percuma marah pada Ravin karena tidak akan merubah kenyataan jika sebentar lagi putraku akan mempunyai anak.
Aku membersihkan luka pada wajah Ravin, sambil menyuruhnya bercerita bagaimana dia bisa menghamili anak orang. Dia mengatakan mencintai wanita itu meski usia Ravin jauh lebih muda dari ibu calon anaknya.
"Kamu jangan kemana-mana. Mamah akan bicara pada Papa mu."
Ya, malam ini aku akan mengatakan yang sebenarnya pada mas Rizal, jika Ravin adalah anakku. Aku sudah tidak kuat lagi menyimpan rahasia ini.
"Aku tau, Mas belum tidur. Ada yang ingin aku bicarakan, ini tentang Ravin." Saat masuk kamar, ternyata mas Rizal sudah berbaring di ranjang.
Dengan tegas mas Rizal menjawab, "Aku ngantuk, dan tidak ada lagi yang perlu di bicarakan tentang anak itu. Dia bukan bagian dari keluarga ini lagi."Aku menghela nafas, sudah ku duga dia akan mengatakan itu.
"Aku ingin pisah darimu, Mas."
Bersambung,
Minggu, 29 Mei 2022
THB
KAMU SEDANG MEMBACA
INTAN (Cerita Pendek - End)
Cerita PendekPrekuel cerita My Brondong Driver Kisah kedua orang tua Ravin Cerita Pendek ( End) Bagaimana perasaanmu saat mahkota yang kamu jaga selama ini direnggut paksa oleh laki-laki yang tak lain adalah kakak iparmu sendiri? Ya, itu yang ku alami, pria y...