Dua : Positif

3.1K 171 2
                                    

Kulihat Mas Rizal tertidur pulas setelah hampir satu jam dia merampas kesucianku. Aku segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Saat ini yang bisa kulakukan hanya menangis, meratapi nasibku, ingin rasanya aku mengakhiri hidupku yang malang ini. Tapi ada sesuatu yang membuatku tidak bisa melakukannya.

Aku yakin setelah bangun nanti, kakak iparku pasti tidak akan mengingat apa yang telah ia lakukan padaku. Setelah membersihkan diri, aku cepat-cepat pergi dari rumah ini, aku tidak mau bertemu dengan laki-laki itu saat ia bangun nanti.

***

Malam ini aku akan berbicara dengan Mas Ibnu, aku ingin mengakhiri hubungan kami, karena aku merasa tidak lagi pantas untuk laki-laki sebaik dirinya. Aku juga memutuskan untuk kembali ke kampung hakamanku di Semarang. Aku akan berhenti kuliah, dan akan mencari pekerjaan disana.

"Apa yang ingin kamu bicarakan?" ujar Mas Ibnu saat ia mengangkat panggilanku. Aku sudah mengirimnya pesan terlebih dahulu, mengatakan kalau ada sesuatu penting yang ingin aku bicarakan.

"Aku ingin mengakhiri hubungan kita, Mas. Aku tidak bisa melanjutkannya," sekuat tenaga aku menahan airmataku agar tidak keluar.

"Kenapa? Kamu baik-baik aja 'kan?"

"Aku baik, Mas. Aku cuma merasa kita sudah tidak cocok lagi."

"Tidak Intan, aku mencintaimu, jangan lakukan ini."

"Maaf, Mas. Aku harus pergi. Terimakasih kamu sudah mencintaiku dengan tulus. Aku berdoa semoga kamu mendapatkan wanita yang sepadan denganmu." Selama kami menjalin hubungan, aku dan Mas Ibnu memang tidak pernah berantem, orang tuanya juga sudah merestui hubungan kami.

"Katakan kenapa kamu memutuskan hubungan kita, beri alasan yang masuk akal."

"Karena aku mencintai laki-laki lain," terpaksa aku berbohong agar Mas Ibnu mau berpisah denganku.

"Kamu serius? Aku tidak percaya kamu mencintai laki-laki lain, Intan."

"Tapi itu kenyataannya, Mas. Maafkan aku, ya. Mas pantas mendapatkan perempuan yang lebih baik dariku."

Mas Ibnu langsung memutuskan panggilannya, aku terus meminta maaf karena sudah menyakiti laki-laki sebaik Mas Ibnu. Semoga dia mau menerima keputusanku ini. "Maafkan aku, Mas."

****

Tak terasa sudah dua bulan aku berada di Semarang. Aku tinggal dirumah lama kedua orang tuaku. Untuk menyambung hidup, aku bekerja sebagai pelayan disalah satu rumah makan. Mas Ibnu pernah datang kesini menemuiku, awalnya memang dia tidak terima perpisahan kami, setelah aku bilang kalau aku memilih laki-laki lain dan ingin menikah dengan pria tersebut, akhirnya dia mau menerima dan mengatakan akan melupakanku.

Dan soal mbak Irma, awalnya dia juga tidak setuju dengan pilihanku kembali kesini dan berhenti kuliah, termasuk Mas Rizal. Laki-laki itu juga menanyakan alasanku kembali kesini dan kenapa tidak melanjutkan pendidikanku yang hanya tinggal beberapa semester saja. Lagi-lagi aku harus menciptakan dusta untuk mereka. Syukurlah mereka setuju dengan keputusanku.

Akhir-akhir ini aku merasa khawatir, karena sudah dua bulan tamu bulananku belum datang. Semoga aja tidak terjadi sesuatu yang selama ini menghantui pikiranku.

"Semoga hasilnya negative." Aku terus berdoa semoga malam itu tidak membuahkan apa-apa. Ya kemarin aku nekad membeli testpack setelah pulang kerja, aku belum tenang jika belum memastikan. Saat ini aku sedang berada di kamar mandi, menunggu hasil test yang aku lakukan pada tiga testpack yang aku beli.

Setelah hampir lima belas menit menunggu, dengan tangan bergetar kulihat hasil test yang sudah kulakukan. Bulir bening airmataku berjatuhan tanpa bisa kucegah saat kulihat dua garis merah tertera pada ketiga testpack yang berbeda merk itu.

"Ya Tuhan, bagaimana ini. Semua hasilnya positif, itu artinya aku hamil. Anak Mas Rizal." Ku raba perut rataku. Aku kambali menangis. "Kenapa kamu harus hadir."

"Apa yang harus aku lakukan sekarang. Tidak mungkin aku meminta Mas Rizal untuk tanggung jawab, pasti dia tidak akan pernah mengakui kalau ini anaknya." Aku masih berada di dalam kamar mandi, mungkin hari ini aku akan izin untuk tidak bekerja.

"Maafkan Mamah, Sayang. Bukan Mamah tidak menginginkanku, tapi belum waktunya kamu hadir didunia ini."
Aku sudah memutuskan untuk menggugurkan bayi ini, aku akan pergi kerumah sakit. Ya aku sudah memikirkan jalan ini sejak beberapa hari lalu jika terjadi sesuatu padaku. Aku belum siap menjadi ibu, belum lagi aku harus mendengarkan omongan orang lain tentangku jika mereka tahu aku hamil diluar nikah.

"Ampunilah hamba Ya Tuhan."

Bersambung,

Yang udah ga sabar nunggu kelanjutannya cerita Intan, kalian bisa baca akhirnya di cerita My Brondong Driver, disana sudah lengkap.

Kamis, 21 April 2022
THB.

INTAN (Cerita Pendek - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang