Bagian 8 : Pergi

2.6K 337 144
                                    

Usai bercinta penuh gairah dalam ruang kamar yang panas. Taehyung tertidur lelap meninggalkan Jisoo yang tetap terjaga sendiri.

"Kau itu munafik Sooya, bersikap dingin di depan padahal dalam hati kau juga kagum dengannya." Monolog Jisoo dalam cermin kecil kamar mandi.

"Cih, kagum dengannya? Tidak akan pernah Jisoo." Balas Sooya.

"Lantas kalau seperti itu? Mengapa kau mengendalikan tubuh ini saat aku sedang bercinta dengannya?" Tanya Jisoo penuh emosi, "Kau juga menginkannya bukan?!---"

"Jisoo berteriak? Apa kau lupa jika kau marah maka kau akan kalah Jisoo? Tenanglah, jangan emosi atau kau ingin kulenyapkan?"

Jisoo terdiam. Mengepalkan kedua tangannya kuat, wajahnya merah padam menatap pantulan dirinya di cermin yang retak.

"Jika kau melenyapkanku lantas identitas siapa yang akan kau gunakan dalam kehidupan sehari-hari?" Tanya Jisoo sinis, "Maafkan aku Sooya, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap berada di tubuh ini selamanya."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut begitu angkuh. Jisoo mencuci mukanya dengan kasar. Merasakan sejuk nan dingin air membasahi wajahnya. Lalu, setelah keluar dari kamar mandi. Wanita itu langsung merapikan kembali barang-barangnya yang akan dibawa ke kota.

Membungkus tanaman bunga kesayangannya dalam kantong plastik. Jisoo membereskan barang-barangnya sendiri tanpa dibantu sang suami.

Meski tubuhnya begitu remuk dan pegal seperti ingin lepas, ditambah inti tubuh bawahnya masih begitu nyeri. Jisoo tetap bersemangat dengan cepat menyelesaikan pekerjaannya tersebut.

"Akhirnya beres juga." Gumam Jisoo rendah sembari menyeka bulir keringat yang menetes dari pelipisnya.

Kembali masuk ke dalam rumah, Jisoo langsung mendekati Taehyung yang masih tertidur nyenyak. Ikut berbaring di sebelah laki-laki itu. Tangan Jisoo terangkat untuk mengelus lembut wajah Taehyung yang terlihat begitu lelah.

"Sedang bermimpi apa kau sekarang Taehyung?" Tanya Jisoo berbisik halus, "Apa mimpimu sangat indah sampai-sampai kau tidur begitu lelap?"

Taehyung menggeliat kecil. Saat ia merasakan suara Jisoo samar terdengar. Hangat sentuhan menggelitik wanita itu membuat kesadaran dalam dirinya terkumpul.

"Jam berapa sekarang Stella?" Gumam Taehyung rendah. Dengan kedua matanya masih terpejam rapat, ia melontarkan sebuah kalimat pertanyaan yang hampir tak terdengar.

"Jam? Stella?" Ulang Jisoo bingung, "Taehyung apa kau sudah bangun?" Tanya Jisoo, menggoyangkan pelan tubuh Taehyung.

"Matahari sudah hampir tenggelam, katanya kau---"

"Ya Tuhan, Jisoo!" Pekik Taehyung terkejut. "Mengapa tidak bilang jika sudah petang?!"

Jisoo terdiam di tempat. Melihat Taehyung tergesa-gesa memakai pakaian. Wajah cerahnya seketika pudar saat dirinya diteriaki Taehyung begitu kencang.

"A-aku tidak tega membangunkanmu Taehyung, kau terlihat sangat lelah." Ucap Jisoo menjelaskan, "M-maafkan aku, tadi baru saja---"

"Sudah jangan banyak bicara cepat kemasi barangmu!" Teriak Taehyung kembali.

Jisoo mengangguk menuruti. Keluar kamar lebih dulu dari laki-laki tersebut. Kedua tangannya membawa sebuah tas jinjing yang telah dirinya persiapkan tadi.

"Aku tunggu di mobil." Ucap Taehyung sambil berjalan mendahului Jisoo---sang istri yang sedang melangkah tertatih karena kesulitan membawa tas jinjingnya.

Dengan acuh tak acuh, Taehyung melangkah. Namun tak lama, suara gemetar Jisoo memanggil.

"T-taehyung."

BEST PARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang