Bagian 39 : Rencana penangkapan

823 194 87
                                    

Selepas mengambil dan menggenggam tangan Tzuyu beberapa detik, Jisoo pergi meninggalkan wanita itu hanya berdua dengan Taehyung.

Masuk ke dalam rumah lebih dulu. Ia menatap nanar bangunan rumah tradisional di hadapannya kini, menggunakan kedua maniknya yang berkaca-kaca. Entah mengapa perasaannya gelisah, tak tenang.

Di luar, sesaat Jisoo pergi, ponsel Taehyung berdering panggilan masuk. Mengangkatnya di depan Tzuyu, ia membuat wanita itu mendengar pembicaraannya dengan sang penelepon.

"Apa kau sedang menghindariku Taehyung?" Tanya Lucas, geram.

"Setelah melanggar perintah membuatnya hamil, sekarang kau pergi membawa kabur wanita itu?" Terus laki-laki itu begitu cepat.

Jantung Taehyung mencelos, yang ia takutkan kini datang. Mengeratkan genggaman tangannya pada ponsel, urat-urat tangan Taehyung tampak tercetak jelas.

Laki-laki itu berniat ingin memutus sambungan telepon. Namun, tiba-tiba rintihan suara yang sangat dirinya kenal terdengar. Mengurungkan niatnya tersebut, Taehyung memilih mendengar penjelasan Lucas sejenak.

"Itu ibumu bukan? Aku sekarang sedang bersamanya." Kata Lucas, "Dalam waktu kurang 24 jam, timku akan sampai di rumah barumu itu. Untuk membawa Jisoo, tolong jangan persulit penangkapannya nanti."

"SIALAN! KAU APAKAN IBUKU?!" Teriak Taehyung penuh emosi.

"Dia bersedia menjadi jaminan jika Jisoo tak kau lepaskan. Bukan aku yang meminta, ibumu yang datang sendiri kepadaku. Sungguh luar biasa kan?" Tanya Lucas, diakhiri kekehan mencerca Taehyung.

Merasa seperti sedang dipermainkan oleh sang ibu, Taehyung tanpa sadar mengeluarkan setetes air matanya. Dirinya saat ini benar-benar tengah berada di jalan buntu, tak bisa berpikir lancar menemukan jalan keluar.

"Jangan kemana-mana Taehyung, kuperingati sekali lagi padamu. Kalau sampai kau bawa kabur wanita itu lagi ke tempat lain yang tak kuketahui, jangan harap kau bisa bertemu ibumu kembali!"

"ARRGHH!"

Taehyung melempar ponselnya dengan kesal ke sembarang arah. Sambil menangis tersedu-sedu, beralaskan tanah berpasir ia jatuh bersimpuh karena tak kuat lagi berdiri.

Membuat Tzuyu terkesiap, wanita itu ikut berlutut. Menahan kuat pundak Taehyung yang bergetar, ia menenangkan laki-laki tersebut sampai tak lama Jisoo berdiri di ambang pintu masuk. Menyadari ada sepasang kaki yang bisa netranya lihat sedikit, perlahan Tzuyu mulai mendongak untuk melihat kehadiran Jisoo.

"Kau kenapa Taehyung?" Panggil wanita itu dari tempatnya berdiri.

Karena kakinya terasa berat mendekati Taehyung, Jisoo lebih memilih tetap berada di tempatnya kini. Dahinya berkerut samar, bersama alisnya yang menukik tajam. Ia keheranan melihat Taehyung tengah menangis kencang sarat kefrustasian.

Lama tak dapat jawaban. Jisoo pun mulai mengalihkan pandangannya kepada Tzuyu. Bertanya hanya melalui kontak mata, Tzuyu yang mengerti arti tatapannya langsung berlari menghampiri Jisoo.

"Sepertinya masalah pekerjaan eonni. Aku juga tak yakin, karena setelah menerima panggilan telepon Oppa langsung seperti itu." Ungkap Tzuyu, asal bicara.

Merasa ada yang janggal, Jisoo pun melangkah cepat mendekati sang suami yang sedang terpuruk. Kendati ia tak lupa akan kehadiran Tzuyu yang datang mendekatinya.

"Taehyung-ah, kau kenapa? Apa ada masalah di toko roti ibu? Mengapa kau menangis seperti ini?" Tanya Jisoo, tak mengerti. "Kalau ada masalah, ayo kita kembali ke kota saja. Setelah semua selesai, kita bisa—-"

"Apa kau memberitahu kepergian kita ini pada ibu?" Tanya Taehyung, memotong ucapan Jisoo. Dengan maniknya yang berkaca-kaca, ia lekas bangun karena tak ingin membuat wanita itu ikut duduk bersamanya di bawah.

BEST PARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang