Chapter 15

83 21 5
                                    

FOLLOW, VOTE DAN SPAM KOMENT SEBANYAK-BANYAKNYA, BARU LANJUT BACA!

FOLLOW JUGA IG NYA CHEN: @chendana_darmawangsa

Baru beberapa menit setelah lampu utama dipadamkan mami, ponsel gue berdering, si Asep ngapain nelfon jam segini sih? Kurang kerjaan banget tuh anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru beberapa menit setelah lampu utama dipadamkan mami, ponsel gue berdering, si Asep ngapain nelfon jam segini sih? Kurang kerjaan banget tuh anak.

"Halo," jawab gue setengah berbisik.

"Chen!" teriak Asep yang membuat gue menjauhkan ponsel dari daun telinga.

Kalau aja sekarang gue nggak lagi di rumah sakit, dan nggak ingat udah tengah malam, apalagi ada mami yang tidur, mungkin udah gue teriakin balik tuh anak monyet.

"Nggak usah teriak anjing!" maki gue, meskipun dengan nada yang sangat pelan, yang membuat gue nggak puas, karena feel makiannya kurang dapet.

"Lo nggak papa kan? Anjir! Kenapa nggak bilang kalau lo hampir mati hari ini Chen? Gue kesel banget karena ponsel lo dari pagi nggak aktif, tapi setelah gue tahu faktanya, gue lebih kesel ke diri gue sendiri," ujar Asep bertubi-tubi.

"Gimana gue mau bilang tuyul! Orang gue hampir mati."

"Oh iya," ujar Asep sambil terkekeh.

"Lo ngapain nelfon gue tengah malam gini?" tanya gue dengan nada sedikit julid.

"Gimana gue nggak nelfon, balasan pesan lo bikin orang panik anjir! Nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba operasi usus buntu, itu gimana ceritanya?"

Gue menghela, "Jangankan lo, gue aja heran."

Terdengar decakan halus dari Asep, gue tahu banget tabiat si Asep, dia orangnya nggak sabaran banget, dan dia juga ga suka dibikin penasaran.

"Lo di rumah sakit mana?" tanya Asep akhirnya.

"Tandika Hospital Canter."

"Ooh yaudah, gue sama yang lain otw."

"Bangke! Mau kemana lo?"

"Gue sama Sunandar dan Umam mau jengukin lo."

"Bego! Lo ga tahu jam besuk? Ini udah hampir jam setengah dua belas Sep! Jam besuk udah lewat dari tadi."

"Bodo amat sama jam besuk, pokoknya gue sama yang lain, malam ini juga ke sana, buat memastikan keadaan lo."

"Gue udah nggak papa. Jangan gila deh! Lo mau nerobos masuk? Bikin kericuhan? Ini rumah sakit goblok! Bukan arena tawuran!"

Asep kembali berdecak, "Iya gue juga tahu itu rumah sakit. Lo tenang aja, gue punya cara sendiri. Cukup kasih tahu aja kamar lo nomor berapa."

"Anjir! Ga bisa besok apa?"

"Kamar lo nomor berapa?"

Gue berdecak kesal, "86," jawab gue akhirnya.

Berdebat sama Asep nggak akan ada gunanya, kepalanya bahkan lebih keras dari tempurung badak! Percuma gue larang, kalau dia mau, nggak ada yang akan bisa larang, termasuk bapaknya sendiri, babe Rojak.

Chen And His Diary (Coming Soon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang